Sunday, August 23, 2015

Sinopsis Oh My Ghost Episode 15 Part 2


Sun Woo marah-marah di kantor polisi karena mereka tak mau mencari di semua TK atau sekolah. Alasannya terlalu banyak, dan lagi ini karena perkataan shaman, bahkan dengan investigasi ilmiah saja sulit. Sun Woo tak terima, seseorang hilang dan diculik! Mereka tau Sun Woo frustasi, tapi ini bukan satu-satunya kasus mereka. Mereka bahkan harus makan ramen karena tak sempat makan dengan layak.


Sun Woo keluar dengan kesal, “Memangnya kalian akan melakukan investigasi ilmiah kalau adikmu yang hilang? Kau pasti akan mencoba apapun. Tunggu sebentar lagi, Na Bong Sun. Aku akan datang menemukanmu.”

 
 

Sun Woo pun mencari di banyak sekolah, minimarket di dekatnya, penitipan anak, bahkan panti pijat (err, apa hubungannya Chef?). Soon Ae juga meminta bantuan teman-teman hantunya dan memberitahu ciri-ciri Bong Sun. Umurnya di akhir 20, tingginya kira-kira sama dengannya, tampak seperti anak anjing (eh?), matanya seperti bulan separuh, rambutnya sebahu, dan dia dibawa seorang laki-laki sekarang. Dan yang perlu diingat, ia di tempat dengan banyak anak-anak di dekatnya. Copy that! Semua saling memberitahu hantu lainnya, dan mencari Bong Sun kemanapun.


Meski jujur, temannya merasa terganggu dengan Soon Ae yang sudah menganggu saat berkeliaran merasuki orang-orang. Tapi tetap saja ia tak bisa mengabaikan permintaannya, yang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. “Memangnya tempat dengan banyak anak kecil sedikit hah? Apalagi kalau kau mencari di panti asuhan juga,” omelnya.

 
 

Tapi hantu wanita itu mencari di tempat yang tepat, karena Sung Jae keluar dari salah satu ruangan di sana. Langkah Sung Jae yang terhenti di hadapannya membuat hantu itu kaget, kau bisa melihatku? Dan ia refleks lari saat Sung Jae mendekat ke arahnya.


Soon Ae bingung harus mencari Bong Sun di mana. Apalagi saat melihat ayunan di taman dan ingat pembicaraannya dengan Bong Sun tempo hari, makinlah ia merasa bersalah. Harusnya ia yang ditangkap. Harusnya ia tak kabur. Ia harus menemukan Bong Sun yang sudah membuka hatinya dan sangat memikirkannya. Soon Ae tak tau kalau sampai sesuatu terjadi padanya, ia akan..


Hantu wanita tadi menemui Soon Ae, ia sudah mendatangi semua panti asuhan, tapi tak menemukan seorang pun yang mirip dengan yang dimaksud Soon Ae. Ia malah dikagetkan seorang pria yang bisa melihat hantu, dan qi-nya sangat kuat, ia juga sangat tinggi. “Kenapa semua orang bisa melihat hantu akhir-akhir ini? Apa ini tren?” keluhnya. Soon Ae curiga, “Qi-nya sangat kuat?”


Sung Jae kembali membawa makanan untuk Bong Sun. Ia memberi isyarat untuk diam, dan membuka lakban yang menutup mulut Bong Sun. Meski mau menghabisi Bong Sun, ia menyodorkan roti untuk Bong Sun makan. Bong Sun menggeleng, “Officer Choi, masih belum terlambat untuk menyerahkan diri. Demi keluarga yang memikirkanmu, bukan, Eun Hee.. pikirkan soal Eun Hee.”


Sung Jae teriak minta Bong Sun diam. “Siapa yang menyuruhmu bicara? Kau tau aku sangat membenci orang yang banyak bicara?” ujarnya sambil mencekik leher Bong Sun. Bong Sun sudah kesulitan bernapas, tapi untunglah ibu panti datang meminta bantuan Sung Jae. Sung Jae melakban lagi mulut Bong Sun dan keluar dari sana.


Bong Sun terus menangis, dan menatap hantu anak kecil yang kembali ada di sana. ‘Hey, aku bisa melihatmu. Aku bukan orang jahat jadi jangan takut. Kau pernah memindahkan barang sebelumnya? Bisakah kau mencoba menendang ponsel itu ke arahku?’ pinta Bong Sun dalam hati.


Tapi hantu anak kecil itu mengerti dan mencobanya. Ia berhasil di percobaan ketiga, dan Bong Sun meraihnya dengan susah payah. Dirinya yang nyaris tak bertenaga kesulitan memegang ponsel itu di tangannya.


Di Sun Restoran, Min Soo masih annoying seperti biasa, tapi sekarang ia tak berkutik di depan Dong Chul. Ji Woong memuji Dong Chul yang terbaik, kalau tau begini harusnya Dong Chul jujur lebih awal. Sun Woo kembali, dan hanya bertanya tanpa semangat apa semua baik-baik saja? Ia minta maaf sering tak ada di sana.


Panggilan dari nomor asing menghentikan langkah Sun Woo. Ia mengangkatnya, dan karena orang di seberang telpon tak mengatakan apapun, ia langsung tau itu Bong Sun. “Ini Na Bong Sun kan? Di mana kau sekarang?” tanya Sun Woo. Tapi tak ada jawaban apapun, jadi Sun Woo minta Bong Sun mengirim pesan saja. Tutup telponnya dan smskan lokasinya.


Bong Sun mengirimkan pesannya tepat saat Sung Jae mendekat. Ponsel itu langsung Bong Sun lempar ke tempat semula. Sung Jae masuk dan memeriksa ponselnya. Ia menoleh dan mendekati Bong Sun tanpa kata, lalu hanya menutup tirai tempat Bong Sun diikat.


Sun Woo bingung, pesan dari Bong Sun hanya bertuliskan ‘Rosemary’. Joon tanya apa terjadi sesuatu dengan Bong Sun? Sun Woo hanya bertanya di mana mereka mendapatkan rosemary? Joon berkata tempatnya berbeda-beda, kadang dari Yongin-gu dan Ansung-gu. “Apa Bong Sun pergi mencari rosemary?” tanya Ji Woong bingung.


Sun Woo tak menjawab, ia melihat tanaman rosemary milik Eun Hee. Dong Chul bilang Eun Hee membelinya saat pergi ke suatu tempat dengan Sung Jae. “Dengan adik iparku?” tanya Sun Woo kaget. Mendadak ia ingat surat yang pernah ia lihat saat mencari diary Soon Ae, surat dari panti asuhan Haneul.


Seolah menguatkan dugaannya, Shaman Unni menelpon memberitahu yang dilihat hantu wanita tadi. Dan lokasinya persis di dekat panti asuhan. Yakinlah Sun Woo kalau itu panti asuhan tempat Sung Jae dibesarkan di Namhyang-ju. Ia buru-buru pergi sambil memberitahu polisi di mana lokasinya. Shaman Unni dan Soon Ae juga buru-buru pergi kesana dengan taksi.


Eun Hee terus menerus mengkhawatirkan Sung Jae. Kakaknya berkata ia terlalu sensitif, tapi Eun Hee yakin ada sesuatu yang terjadi. Saat itu ponselnya berdering, sebelum orang di seberang telpon bicara, ia tau itu Sung Jae. Sung Jae yang menelpon dari telpon umum mengiyakan dan bertanya apa Eun Hee di restoran?


Eun Hee ada di rumah, dan bertanya di mana Sung Jae? Apa ada masalah? Sung Jae menyangkal, hanya saja ia ingin menenangkan pikirannya dan bertanya, “Apa kakakmu mengatakan sesuatu tentangku?” Eun Hee mengiyakan, Sun Woo memintanya untuk tak khawatir, tapi tetap saja ia khawatir. ”Kau tak hanya pergi menenangkan pikiran kan? Apa yang terjadi? Tak bisakah kau mengatakannya padaku? Apa kau terjebak dalam situasi sulit?” tanya Eun Hee. Sung Jae menyangkal dan mau menutup telponnya, ia akan menelpon lagi nanti.


“Sung Jae-ssi,” tahan Eun Hee. Ia tak tau apa yang terjadi, tapi ia akan selalu ada di sisi Sung Jae dan percaya padanya, “Kau orang yang baik, Sung Jae-ssi.” Sung Jae terdiam dan langsung menutup telponnya.


Polisi datang ke panti asuhan itu dan mulai melakukan pencarian. Sung Jae yang baru kembali melihat itu dan langsung mengarahkan mobilnya untuk membawa Bong Sun. Sun Woo melihat mobil itu pergi, dan plat nomornya.. 2368. Sun Woo berlari secepat kilat ke mobilnya, dan bergegas menyusul. Shaman Unni dan Soon Ae yang baru sampai dengan taksi juga langsung menyuruh taksinya mengejar mereka.

 
 

Ala film action, terjadi kejar-kejaran di jalan raya.. Sung Jae vs Sun Woo. Selagi Sung Jae fokus menyetir, Bong Sun berhasil melepas ikatan di kakinya, meraih pisau yang ada di dekatnya, dan menusuk perut Sung Jae sekuat tenaga. Sung Jae langsung kehilangan kendali atas mobilnya. Mobilnya oleng kesana kemari dan nyaris menabrak mobil lain. Saat akhirnya berhenti, tanpa menunggu Bong Sun keluar ke jalan raya yang ramai. Tak punya pilihan lain, Sung Jae melarikan diri dengan mobilnya.


Melihat Bong Sun di jalanan, Sun Woo langsung turun dari mobilnya dan menghentikan mobil yang mengarah ke Bong Sun. Bong Sun terus menangis menyebut namanya saat Sun Woo menggendongnya ke tempat yang lebih aman (meski tetep ya bok di tengah jalan).


Sun Woo membuka lakban di mulut Bong Sun, melepas ikatan di tangannya, dan menenangkannya. “Kau baik-baik saja sekarang,” ujarnya sambil memeluk Bong Sun yang terus menangis.


Shaman Unni dan Soon Ae sampai. Soon Ae benar-benar merasa bersalah dan minta maaf pada Bong Sun. Shaman Unni tanya di mana Sung Jae? Dan ia memutuskan untuk mengejarnya dengan mobil Sun Woo saat tau Sung Jae berhasil melarikan diri.


Tapi cara Shaman Unni menyetir membuat Soon Ae berpegangan kencang-kencang pada kursinya, minta Shaman Unni menurunkan kecepatan. “Hey, hantu macam apa yang begitu penakut? Pernahkah kau melihat orang pelan-pelan saat mengejar orang lain? Kalau ada yang mati, itu pasti aku. Kau tak akan mati lagi,” ujar Shaman Unni yang membawa mobil Sun Woo zig zag dengan kencangnya sampai Soon Ae ikut teriak kencang. Hahaa, you rock Shaman Unni!


Hari sudah hampir gelap saat mereka menemukan mobil Sung Jae berhenti di sebuah jalan kecil. Tapi mobil itu sudah kosong. Soon Ae melihat bekas darah di pintu mobil dan sepanjang jalan. Mereka pun mengikuti jejak darah itu.

 
 

Sun Woo membuatkan bubur, tapi saat kembali ke kamarnya Bong Sun sudah tertidur. Sun Woo memandangi Bong Sun-nya yang tidur dengan dahi berkerut, berterimakasih karena Bong Sun sudah kembali dengan selamat. Sun Woo berbaring di sampingnya dan menepuk-nepuk Bong Sun yang tampak gelisah dalam tidurnya. Sampai ia sendiri tertidur dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Bong Sun.


Jejak darah sudah tak ada, dan Shaman Unni dan Soon Ae sampai di sebuah gedung kosong. Shaman Unni bisa merasakan hawa dingin dari sana, juga bau darah. Mereka lalu masuk dan naik ke atas, meski Shaman Unni terus membuat keributan karena gelap (padahal udah nyalain senter). Hahaa, Shaman Unni ini shaman tapi kok ya kagetan?

 
 

Sung Jae melihat mereka, dan dengan kepayahan karena luka di perutnya, Sung Jae memaksakan diri melangkah sampai atap gedung.


Praang! Pigura foto Eun Hee dan Sung Jae tak sengaja jatuh. Eun Hee terbangun dan melihat bingkai foto yang pecah berkeping-keping. Firasat buruk...


Shaman Unni dan Soon Ae sampai di atap gedung yang hening. Dan tiba-tiba Sung Jae berlari menyerang, untung Soon Ae melihat dan berhasil menyelamatkan Unninya. Sung Jae berbalik, “Kau bisa melacakku dengan baik sampai kemari.”


Soon Ae: “Kenapa kau melakukannya? Kalau kau tak punya niat buruk, aku tak perlu mati.” Sung Jae tak menjawab dan berlari menyerang. Tapi Shaman Unni merapal mantera sambil melempar kacang merah ke arahnya. Sung Jae teriak kesakitan, dan roh jahat keluar dari tubuhnya.


Roh jahat itu mau menyerang Shaman Unni. Tapi ia tak bisa mendekat karena Shaman Unni punya tongkatnya sebagai tameng, dan ia terus merapal berbagai mantera.

 
 

Roh jahat itu berbalik ke arah Sung Jae yang tampak shock. Ingatannya bergantian menampilkan kenangannya dengan Eun Hee, ibunya juga Sun Woo, juga Soon Ae. Sung Jae shock dan matanya berkaca-kaca mengingat semua itu. Tapi roh jahat itu kembali ke tubuhnya, meski Sung Jae terus berontak agar roh jahat itu keluar. Tak berhasil.

 
 

Ia bangkit perlahan, memandangi Soon Ae yang ketakutan dengan ekspresi tersiksa sekaligus bersalah, dan berlari ke ujung atap gedung. Perlahan ia memundurkan langkahnya, dan menjatuhkan diri dari situ. Soon Ae terduduk lemas melihat Sung Jae menghilang dari pandangannya.


Di tanah, Sung Jae terkapar dengan darah segar terus mengucur dari kepalanya.


Komentar:
Woah, such an intense and dark episode! But one word to say about Im Joo Hwan's acting.. DAEBAK! Gila, aku bisa takut dan kasihan sekaligus di scene terakhir.

One more episode to go, ready to let it go? Unfortunately i'm not! *nangis sesenggukan di pelukan Chef*

6 comments:

  1. Terbawa ketegangan nya good job.... makasih ya sinopsis nya... high society d lanju tin dong ...♡

    ReplyDelete
  2. Makasih mbak sinopsisnya..ayo semangat mbak lanjutin sampe 16 donk..meskipun udah baca sinopsis dr blog lain tetep setia nungguin sinopsisnya mbak..komentar di ending setiap sinopsisnua daebak bgd..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaa, bikin terharu aja deh.. :")
      Udah dilanjut kok, tapi memang pelan-pelan ngerjainnya. :)

      Delete
  3. Whaaaa.....kereeenn sinopsinyaa....sampe terbawa ke suasana di film..trus otak jadi ngebayangin adegan demi adegannya...makasih yaaa...DAEBAK!

    ReplyDelete