Wednesday, February 25, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 12 Part 2

 

Hari masih pagi, tapi Se Ro sudah terus-terusan mengirim pesan sampai Doo Soo terbangun. Ia sedang di restoran kimbab dan bertanya apa yang Doo Soo suka dengan tak sabar karena tak juga ada balasan. Pelayan restoran ikut tak sabar karena Se Ro hanya berdiri di counter tapi tak juga memesan. Se Ro minta si pelayan menunggu, akan ada jawaban sebentar lagi dan malah menunjukkan foto Doo Soo dari ponselnya. “Apa kau tau orang ini? Dia sering datang ke sini. Apa yang paling dia suka dari sini?” tanya Se Ro. Si pelayan tak tau, ada banyak sekali pelanggan.


Se Ro sedikit kecewa, kalau ia pasti akan mengingatnya (ya iyalaaah). Ponsel Se Ro berbunyi, Doo Soo akhirnya membalas pesannya dan berkata ia tak perlu apa-apa. Se Ro senang dan minta saran ke si pelayan untuk jawabannya. “Jika kau bertanya ‘Apa yang sedang kau lakukan sekarang?’ Maka 100% aku yakin kau akan mendapatkan jawaban,” saran si pelayan. Se Ro menurut dan menanyakan itu pada Doo Soo. Tapi Doo Soo hanya membacanya dan menaruhnya di meja, ia mau tidur lagi.

Se Ro kesal, saran si pelayan sama sekali tak berhasil dan akhirnya ia memesan semua variasi kimbabnya.


Ahjumma Geum Shim sengaja jogging di  daerah rumah Kakek. Ia tak yakin segalanya di rumah berjalan dengan baik tanpanya. Saat itulah Kakek keluar. Ahjumma menahan Kakek yang tampak mengabaikan dirinya, berpikir Kakek tak mengenalinya karena pakaiannya sekarang (yang ya ampun bikin sakit mata). Kakek langsung bertanya apa yang Ahjumma lakukan di depan rumahnya?


Ahjumma beralasan ia hanya sedang olahraga, dan ia tak suka Kakek bicara padanya dengan bahasa informal, juga minta dipanggil Ny. Ahn. Kakek tertawa, kau bilang kau akan ke Ulleungdo untuk melihat cucumu? Ahjumma akan kesana kalau cuaca sudah membaik, jadi ia punya banyak waktu sekarang, ia akan banyak berjalan-jalan dan makan makanan lezat. Kakek tak peduli, malah menyuruh Ahjumma jangan berkeliaran di rumahnya dan minggirlah.


Ahjumma melihat baju Kakek penuh debu dan langsung penasaran bagaimana ibu Yi Suk melakukannya. Kakek berkata itu urusannya, jadi Ahjumma tak perlu repot-repot khawatir. Kakek baru mau jalan lagi saat Ahjumma berkata kancingnya copot. Ia juga tanya apa Kakek mengganti pakaian setelah mandi? Kakek kesal, ia sudah bilang kalau ia baik-baik saja. Dan itu sebabnya Kakek tak suka pada Ahjumma, seseorang harus tau batasan dan bijaksana. Ahjumma membenarkan dengan kesal, ia tak bijaksana sedikitpun, tapi tetap saja Kakek sudah makan masakannya selama 20 tahun jadi Kakek tak seharusnya begitu. Ahjumma sudah selesai bicara, berteriak semoga Kakek panjang umur, dan melanjutkan joggingnya. 


Melihat Ahjumma yang berlari, Kakek malah mengatai bagian belakangnya besar sekali sampai celananya mau robek, haha. Kakek tak jadi pergi dan masuk lagi ke rumah. Eh, kok nggak jadi pergi?? Jangan-jangan dari awal emang nggak mau pergi? :p




Se Ro datang ke rumah sakit dengan semua jenis kimbab di tangannya. Doo Soo meyakinkan kalau ia baik-baik saja dan menyuruh Se Ro mengemasi semua.. blup. Belum selesai bicara, Se Ro menutup mulut Doo Soo dengan tangannya, “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Kata-kata apa itu? Aku sudah terluka sampai hatiku hancur lebur, jadi hentikan itu.” Se Ro merasa ini tak adil, tapi sekarang ia hanya bisa menunggu sampai Doo Soo melihatnya atau ia akan menunggu sampai tak lagi dibutakan oleh cinta. Se Ro memanggil Doo Soo ‘sunbaenim’ dan bertanya apa yang harus ia lakukan?


“Meskipun akan sulit, kau harus melatihnya. Jika kau diam saja, orang itu akan selalu datang kepikiranmu. Jadi gunakan semua kekuatan dan berlatihlah untuk tak memikirkannya selama satu detik, satu menit. Dan ketika kau merindukannya sampai mati, hanya terasa sakit.”


Se Ro langsung memeluk Doo Soo, “Inilah yang aku suka darimu.” Doo Soo tak menepisnya sampai Se Ro sendiri yang melepas pelukannya. “Telpon aku kalau kau terluka, aku akan menjadi teman minummu. Setuju?” ujar Se Ro. Doo Soo hanya tersenyum tipis dan menyuruh Se Ro pergi dan berlatih.


Yi Suk membawa Hong Do ke sebuah butik. Hong Do tak mau, ia punya banyak baju di rumah. Yi Suk malah menyuruh Hong Do membuang saja semuanya, ia tak mau Kakek melihatnya dengan dandanan begini. Yi Suk menyuruh Hong Do segera memilih, sambil meminta penjaga tokonya pergi sebentar karena Hong Do pasti merasa tak nyaman. Aww!


Hong Do pun mencoba berbagai macam baju. Baju pertama, membuatnya terlihat seperti anak SD.


Baju kedua, terlalu mengundang sampai Yi Suk bisa melihat semua yang ada di dalamnya. Haha.


Baju ketiga, Hong Do terlihat seperti calon menantu Cheongdamdong yang dijodohkan, dan roknya terlalu pendek.


Yi Suk sampai stress dan akhirnya menyuruh Hong Do melakukan apapun yang ia mau.


Akhirnya Yi Suk dan Hong Do pergi menemui Kakek yang sedang bersantai di kursinya. Hong Do maju dan menyapa takut-takut. Kakek langsung bangun dan menyuruhnya pergi, siapa yang memberimu izin untuk datang lagi? Kakek memarahi Yi Suk yang malah membawa Hong Do bersamanya. Hong Do berlutut meminta maaf berulang kali. Kakek tak peduli dan berteriak menyuruhnya pergi.


Yi Suk minta Kakek tenang dan mendengarkan Hong Do yang terus meminta maaf. Kakek berkata Hong Do yang menyamar dan menipunya bukan masalah besar, ia tak suka Hong Do yang datang dan pergi semaunya. Yi Suk tak mengerti. Ibu yang mendengar Hong Do datang buru-buru ke kamar kakek, dan bingung mendapati Hong Do yang berlutut di lantai.


“Kau berkeliaran sesukamu tanpa orang tua atau keluarga. Bagaimana aku tau apa saja yang sudah kau lakukan dan di mana. Aku bahkan tak punya pertanyaan apapun untukmu. Pergi! Kubilang pergi!” teriak Kakek  yang lalu kesakitan memegangi dadanya. Semua panik. Hong Do cepat mengambilkan obat Kakek di laci meja dan segera meminumkannya. Masih kesakitan, Kakek memohon agar Hong Do pergi demi cucunya.


Hong Do hanya bisa menangis dan pergi. Yi Suk menahannya dan minta Hong Do untuk tak merasa bersalah, Kakek tersinggung dan mengatakan itu untuk menyakitimu. Hong Do menggeleng, Kakek hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Yatim piatu, dikeluarkan dari SMA, tak punya apa-apa, dan memiliki penyakit aneh. Ia juga tak pantas untuk Yi Suk.

 

Yi Suk minta Hong Do jangan khawatir pada perkataan orang lain, cukup percaya kata-kata orang yang menghargaimu, yang paling mengkhawatirkanmu, dan yang paling mencintaimu, contohnya.. Go Yi Suk? Go Yi Suk menyukai Cha Hong Do yang yatim piatu, dikeluarkan dari SMA, tak punya apa-apa, dan memiliki penyakit aneh. Hong Do hanya menangis, dan Yi Suk memeluknya. Ia akan mengantar Hong Do pulang dan menuntunnya pergi.

 

Ibu membantu Kakek yang sudah membaik untuk istirahat. Kakek menyuruh ibu Yi Suk pergi saja, tapi ibu ingin bicara sebentar. Ia di pihak Yi Suk, ia bisa mengerti kenapa Kakek tak menyukai kekasih Yi Suk. Jika hanya melihat kualifikasinya, ibu juga tak puas. Tapi Yi Suk bukan anak-anak lagi, ibu ingin menyerahkan pernikahannya pada dirinya sendiri. Karena wanita itu, Yi Suk terlihat seperti anak normal, dia tak perlu berkelahi, dan dia juga tak gelisah. Sama seperti Kakek yang membawa ibu dan tak membuangnya, ibu memohon agar Kakek percaya pada Yi Suk dan menerima Hong Do. Ibu minta maaf dan beranjak pergi.


Yi Suk sedang membuat kopi saat Se Ro yang baru bangun menyapanya tak semangat. Yi Suk tanya apa yang terjadi, tapi Se Ro malah bertanya apa oppanya yakin 100% atas Hong Do unni? Apa kau yakin tak akan goyah? Yi Suk tak mengerti. Se Ro berkata Doo Soo dirawat di rumah sakit, orang itu sangat merindukan Hong Do unni, tapi dia menahannya. Ia berharap Hong Do bisa mengunjungi orang itu dan menenangkan hatinya.

Yi Suk terus memandangi adiknya, “Apa kau gila? Kenapa kau berpura-pura jadi baik?”


“Hati seseorang memang menarik. Dia cemburu dan sedih, tapi tetap saja.. melihat orang itu sakit, rasanya seperti itu,” curhat Se Ro. Yi Suk menyilangkan tangan di dadanya dan memberi Se Ro peringatan, jangan berkencan dengan orang itu, kenapa kau menyukai orang yang sudah menyukai gadis lain? Yi Suk tak akan tinggal diam nanti. “Kenapa kau memilihkan hatiku untukku? Aku yang tau hatiku lebih baik dari orang lain,” keluh Se Ro lalu pergi.


Doo Soo terbangun, Detektif Yang yang menemaninya masih tidur nyenyak. Doo Soo memandangi semua barang yang Se Ro bawa untuknya. Buah, lilin aromaterapi, roti berikut toasternya, gelas-gelas kecil.


Hong Do berlari menyebrang sungai terburu-buru. Yi Suk yang ada di seberang sampai khawatir, kau bisa jatuh. Hong Do berhenti persis di depan Yi Suk, “Ada apa pagi-pagi begini?” Yi Suk hanya datang untuk melihat Hong Do di pagi hari, bukankah itu normal untuk pasangan kekasih? Dan lagi, ia dengar Detektif Jang dirawat di rumah sakit.


“Benarkah? Kenapa?” tanya Hong Do langsung. Yi Suk akan memberitahu, tapi jangan ada ekspresi khawatir di matamu, kalau tidak ia tak akan memberitahu apapun. Tetap saja Hong Do penasaran. “Apa dia sakit? Kenapa? Kapan? Bagaimana dia terluka? Sudah kubilang jangan bertanya. Apa kau masih punya perasaan untuknya?” tanya Yi Suk. Hong Do hanya senyum sambil tetap bertanya apa yang terjadi, tak ada yang serius kan?


Yi Suk pergi, ia pura-pura marah karena Hong Do mencemaskan Doo Soo. Hong Do tertawa kesal, ia sudah memberitahu berkali-kali kalau ia menyukai Yi Suk. Yi Suk ikut tertawa, Hong Do boleh melakukan hal lain, kecuali mengkhawatirkan Detektif Jang.


Doo Soo bersiap keluar rumah sakit. Detektif Yang disuruhnya mengemasi semua barang yang Se Ro bawa. Detektif yang berkomentar kalau ada berbagai macam hal di sini, tapi ada satu yang hilang.. Go Se Ro, tak mungkin dia tak tau kalau kau sudah boleh pulang. “Kau masih hidup,” sapa Yi Suk yang baru saja masuk dengan Hong Do. Yi Suk mencari-cari luka Doo Soo, tapi tak ada. Ia hanya buang-buang bensin dan mengajak Hong Do pergi.


Tapi akhirnya mereka duduk bertiga di ruang tunggu RS. Doo Soo tak menduga Yi Suk dan Hong Do akan datang bersama ke RS. Yi Suk akan membicarakan hal yang mengganggunya dan menyuruh Hong Do pergi membeli kopi, agar ia bisa membicarakan rahasia dengan Doo Soo. Hong Do tak bergerak. Yi Suk jadi mendekat dan menutupi telinga Hong Do agar tak mendengar pembicaraan mereka. Barulah Hong Do akhirnya pergi.


Yi Suk berdeham sebal karena Doo Soo malah memandangi kepergian Hong Do. Doo Soo jujur kalau Hong Do terlihat lebih menarik setelah jadi milik orang lain. Yi Suk tanya apa Doo Soo tak penasaran kenapa ia datang ke RS? Ia mendengarnya dari Se Ro. “Sepertinya kau berencana mempermainkan adikku setelah mempermainkan Cha Hong Do, tapi apa sebenarnya yang kau rencanakan?”


“Apa ini pembicaraan rahasia yang kau tak mau Hong Do dengar?” tanya Doo Soo. Yi Suk berkata itu karena Cha Hong Do masih percaya bahwa kau orang baik, dan tak mau Hong Do kecewa dengan mengungkapkan warna aslimu. Yi Suk tak bisa membiarkan Hong Do ditikam lagi oleh seseorang yang ia percaya. “Kenapa kau pacaran dengan Se Ro? Apa kau mau balas dendam kekanak-kanakan padaku?”


Doo Soo mendesah kesal, “Aku tak tau bagaimana kau mengencani orang-orang, tapi orang normal hanya berkencan karena mereka saling menyukai. Aku tidak berkencan dengan adikmu jadi berhenti bereaksi berlebihan.” Gantian Yi Suk yang kesal, berarti maksudnya adiknya yang bereaksi berlebihan karena dia bertepuk sebelah tangan? Ia heran bagaimana perempuan terutama Hong Do dan Se Ro bisa tertarik pada Doo Soo yang sudah menyuruh mereka pergi. Katakan padanya dengan jelas kalau kau tak menyukainya, bukannya malah bermain-main dengannya. Tentu Doo Soo menyangkal, tapi Yi Suk tak percaya, “Playboy yang sebenarnya bukan aku, tapi kau!”


Ponsel Yi Suk berdering, ia pergi mengangkatnya dan menyuruh Doo Soo jangan pergi kemanapun. Kakek menelponnya, menyuruh Yi Suk datang ke pertemuan perjodohan dengan putri kedua perusahaan Saehan. Dia belajar di Amerika, sangat baik, cantik dan punya segalanya. Yi Suk tak mengerti, “Maafkan aku karena mengatakan ini, tapi dia gadis yang kau suka. Kau menyukai sifat Nenek Oh dan aku juga jatuh cinta padanya karena itu. Dia baik, hangat, dan meskipun dia serba kekurangan, dia akan bekerja keras. Jangan hanya melihat permukaan dan...”


Kakek tetap tak setuju. Jika Yi Suk tak mau mendengarkannya, gadis itu hanya akan menderita. Kakek menutup telponnya, tinggal Yi Suk yang bingung karena kakek tiba-tiba seperti itu.


Hong Do kembali dengan kopinya, tapi hanya ada Doo Soo di tempat tadi. Doo Soo memberitahu kalau Yi Suk pergi menjawab telepon. Hong Do menyerahkan kopinya dan bertanya soal kaki Doo Soo yang pasti tak nyaman karena terluka. Doo Soo berkata ia baik-baik saja dan akan segera pulih. Ia berkata canggung kalau tak menduga Hong Do jauh-jauh datang ke rumah sakit. Hong Do berkata jujur kalau Doo Soo yang terluka sedikit menganggunya.

Dulu Doo Soo bicara tanpa kesulitan saat Hong Do tidak bicara, tapi sekarang rasanya agak aneh dan canggung. Yah, mereka malah diam-diaman.


Hong Do kembali ke parkiran. Yi Suk yang menunggunya langsung bertanya apa kalian bicara dengan baik? Tadi Yi Suk sengaja pergi karena ingin melihat apa yang Hong Do dan Doo Soo lakukan saat ia tak ada. Hong Do yang merasa tak perlu menjawab malah bertanya kondisi Kakek, ia menyesal tidak dewasa melihatnya. Yi Suk berkata ia harus pergi ke pertemuan perjodohan karena Hong Do. Hong Do tampak agak kaget.


“Haruskah aku pergi?” tanya Yi Suk, “Kudengar dia sangat cerdas dan cantik, apa kau tetap ingin aku pergi?” Hong Do menjawab percaya diri kalau Yi Suk tetap memilihnya dibandingkan semua wanita yang benar-benar cerdas dan cantik, jadi Yi Suk boleh pergi. Ia tak bisa berbuat apa-apa jika Yi Suk memang ingin melihatnya. Yi Suk langsung menggoda Hong Do yang percaya dirinya sudah naik.


Tapi ia mengeluh sudah mengacaukan semua. Yi Suk pikir Kakek akan berkurang marahnya jika mereka memohon, tapi Kakek malah lebih keras kepala. Ia bingung, jika Kakek terluka karena Nenek Oh, dia pasti marah tentang itu, kenapa dia malah membesar-besarkan kekurangannya? Yi Suk sadar kalau ini tak akan berhasil, ia harus mengambil langkah ekstrim. Hong Do tak mengerti, apa yang akan kau lakukan? Yi Suk akan menunjukkan kehendaknya.


Bukannya pulang ke rumah, begitu keluar RS Doo Soo malah ke kantor polisi. Detektif Yang mengomel soal Yi Suk dan Hong Do yang tau-tau datang ke RS, mereka tak terlihat cocok sama sekali, mereka pasti akan segera putus. Doo Soo minta Detektif Yang berhenti, semua dengan Hong Do sudah berakhir. Detektif Yang tentu tak percaya, tapi itu bagus. Ia menyodorkan bungkusan berisi barang-barang Se Ro, melihat Se Ro yang menemani di RS, ia jauh lebih baik dari yang Detektif Yang pikir. Detektif Yang mengalah, ia akan mundur, jaga Se Ro baik-baik. Doo Soo diam saja.


Se Ro di salon. Ia bertanya ke hair stylistnya, apa yang salah dengannya dari sudut pandang pria? Menurut hair stylistnya, Se Ro terlalu manis. Se Ro memejamkan mata dan menyuruh rambutnya dipotong semua. Untungnya sebelum dipotong, pesan Doo Soo masuk ke ponsel Se Ro, ‘Haruskah aku mengirim semua yang ditinggalkan di rumah sakit dengan pengiriman cepat?’ Tentu Se Ro tak mau, ia akan segera mengambilnya di kantor polisi dan buru-buru pergi.


Saat Se Ro datang, Doo Soo sudah keluar membawakan bungkusannya. Se Ro tampak kecewa Doo Soo menghubunginya karena itu. Doo Soo berkata Se Ro sudah bekerja keras jadi ia akan membelikan kopi. Se Ro menunjuk mesin minuman instan di pojokan, tak perlu membeli kopi yang mahal di luar sana, dan lagi ia tak tega Doo Soo banyak berjalan dengan kakinya yang begitu.


Ada dua polisi lain lewat dan menyapa Se Ro, bahkan memujinya sangat cantik,pakaiannya juga bagus. Se Ro tersenyum sopan, tapi Doo Soo memarahi dan menyuruh mereka pergi. Se  Ro tersenyum senang, “Apa kau tadi marah? Karena aku?” Doo Soo menyangkal, hanya saja sekarang sedang musim dingin dan pakaianmu sangat pendek, seorang gadis harus menutupi tubuhnya agar hangat. Se Ro malah menyibak mantelnya dan menunjukkan baju di dalamnya yang lebih pendek. Doo Soo langsung menutupnya, dan marah lagi pada dua polisi yang masih saja nongkrong di dekat mereka.

 

Se Ro tertawa senang, Doo Soo mulai cemburu dan ia menanyakan itu langsung, “Apa kau jadi cemburu karena orang-orang menatapku saat memakai pakaian pendek? Jika aku berpakaian seperti ini setiap hari, apa kau akan khawatir dan cemburu setiap hari juga?” Doo Soo berkata itu tak akan terjadi. Meski ia membiarkan Se Ro terus mengoceh dan tersenyum kecil karenanya.


Ibu sedang di kamar Kakek saat Yi Suk masuk dengan kopernya. Yi Suk minta maaf pada kakek, tapi ia tak mengerti kenapa Kakek menentangnya, jadi ia akan pergi. Yi Suk bahkan belum  memikirkan pernikahan, tapi berkat Kakek, Yi Suk berpikir untuk menikahinya. “Kakek, aku akan tinggal bersama gadis itu,” ujar Yi Suk.


Kakek marah, ibu juga langsung memukulnya. Tapi Yi Suk akan pergi karena Kakek tetap ingin menjodohkannya. Ia tak mau dijodohkan, tapi ia juga tak mau melawan kakek, jadi ia minta ibunya menjelaskan dan bicara baik-baik dengan Kakek. Yi Suk pamit dan buru-buru pergi. Kakek marah dan minta ibu menghentikannya, “Kubilang dia tak bisa bersama gadis itu! Jangan sampai dia pergi!”

 

Ibu tak mau menuruti Kakek kali ini, jika kakek mau mengubah keras kepalanya, ia akan menemui gadis itu atau ia yang pergi. Kakek berteriak memanggil ibu yang melangkah pergi, “Apa kau tau siapa dia? Dia cucu dari Ahjumma Naju.” Ibu langsung berbalik, otaknya mencerna apa maksud perkataan Kakek.


Ibu Yi Suk sangat shock, “Gadis yang Yi Suk bawa, gadis itu.. dia yang membunuh Il Suk kita? Begitukah, Ayah? Apa itu benar, Ayah?”



Hong Do sedang sibuk dengan jemurannya saat Yi Suk datang mengetuk pintunya. Hong Do keluar, bingung melihat Yi Suk dan kopernya. Yi Suk berkata sudah melakukan tindakan ekstrim dengan keluar dari rumah. Ia minta Hong Do memberinya tempat untuk tidur. Hong Do kaget.


Komentar:
Yak, makjang! Sulit rasanya percaya kalo Hong Do kecil terlibat di kejadian memilukan itu. Tapi, dengan terbukanya luka lama, semoga pada akhirnya semua bener-bener bisa sembuh.

Btw, beberapa episode lalu aku sebel sama Doo Soo, tapi sekarang nggak bisaaa! Gemes banget deh ah liat dia sama Se Ro..

4 comments:

  1. Replies
    1. Bukan nggak dilanjutkan, tapi episode 13 baru tayang malam ini.. :)

      Delete
  2. Lho bukannya drama ini sudah lama ya mba' tayangnya???

    ReplyDelete
  3. Penasaran sama endingnya

    ReplyDelete