Wednesday, February 18, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 11 Part 1

 

“Belok kiri di sana dan kemudian ke kiri di persimpangan,” ujar Hong Do memberikan arah. Tapi kata-katanya terhenti saat melihat Doo Soo melangkah perlahan dan memeluknya. Se Ro yang ada di sana kaget tapi tak bisa berkata apapun. “Jangan pergi,” pinta Doo Soo yang memeluk Hong Do makin erat.



Episode 11.


Yi Suk terkejut saat tau Nenek Oh itu ternyata Cha Hong Do. Ia memandang marah pada Hong Do yang masih mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Kakek kembali dan bingung melihat cucunya tiba-tiba ada di sini, bertanya apa Yi Suk mengikutinya? Kakek minta Nenek Oh tak perlu khawatir dan menyuruh Yi Suk cepat pergi. Yi Suk tak menanggapi, hanya diam menatap Hong Do.

 

Jika ada yang ingin Yi Suk katakan, kakek minta nanti saja setelah ia pulang dan menyuruh Yi Suk pulang. Yi Suk membenarkan, mari kita bicara saat kita pulang, dengan pandangan tetap mengarah ke Hong Do. Banyak hal yang ingin ia bicarakan, ujar Yi Suk lalu pergi. Kakek tak mengerti kelakuan cucunya dan menyuruh Nenek Oh jangan khawatir, kita tak bisa hidup seperti yang diinginkan anak-anak dan opini orang lain.


Kakek akan memesan, tapi Nenek Oh buru-buru berkata ia tak bisa menerima cincinnya dan pamit pergi setelah minta maaf berkali-kali.


Mobil Yi Suk baru akan meninggalkan lobby hotel saat Hong Do berlari mendekat dan mengajak bicara. Yi Suk membuka jendela dan berkata kesal kalau ia bahkan bingung harus memanggil Hong Do apa sekarang. Yi Suk melihat Kakeknya berjalan keluar dan menyuruh Hong Do cepat masuk mobil. Hong Do masuk dan terpaksa bersembunyi agar tak kelihatan.


Masih sembunyi, Hong Do minta maaf, kau pasti sangat terkejut. Yi Suk menyuruh Hong Do bangun dengan dinginnya. Hong Do menurut, tapi ia tak berani melihat ke arah Yi Suk saat akan menjelaskan. “Jangan bicara padaku, aku sedang menyetir,” potong Yi Suk. Hong Do langsung diam.


Yi Suk yang tak tahan langsung menepikan mobilnya, “Aku mulai merinding. Dengan siapa aku berbicara sepanjang waktu?” Hong Do berbalik menatap Yi Suk takut-takut. Yi Suk tak habis pikir, ia menarik wig Hong Do dan merasa benar-benar tertipu. Harusnya Hong Do menjadi seorang aktris. “Apa kau seorang penipu yang menggoda dan meminta-minta pada orang kaya? Kau menatap mataku, tertawa, bermain, dan bahkan tidur denganku. Artinya kau memanfaatkan dan mempermainkan aku!” omel Yi Suk.


Hong Do sudah mencoba untuk memberitahu berkali-kali, ia minta maaf. Yi Suk tak mau, ia tak bisa percaya pada Hong Do lagi, “Kau sengaja melakukannya kan? Kau datang karena tau itu rumahku kan?”


Hong Do langsung menyangkal, ia datang karena mendengar tentang posisi pembantu secara kebetulan. Selama ini ia menyamar sebagai nenek dan bekerja sebagai pembantu. Hong Do menangis dan minta maaf, ia tak melakukannya dengan sengaja. Hong Do tak sanggup menghadapi Yi Suk dan mau turun, tapi Yi Suk buru-buru mengunci pintu mobilnya. Hong Do bersikeras ingin turun, mereka bicara lain kali saja. Yi Suk menahan tangan Hong Do, “Siapa yang salah? Kau melarikan diri karena kau melakukan sesuatu yang salah? Bahkan jangan berpikir untuk menangis, kau mengerti?” Tapi Hong Do tetap saja terus menangis.




Kakek pulang dan memandangi cincinnya, berpikir kalau Nenek Oh tak menyukainya karena terlalu kecil. Kakek jadi bingung sendiri karena Nenek Oh menolaknya tadi. Ahjumma Geum Shim masuk dengan segelas minuman, ada yang ingin ia bicarakan dengan kakek. Suasana hati kakek sedang tidak baik, jadi kakek minta Ahjumma melakukannya lain kali saja. Ahjumma tak mau, ia tak tau apakah mereka akan punya ‘nanti’, jadi ia akan melakukannya sekarang.


Ahjumma bilang kalau ia akan menolaknya, seorang pria tua yang bau dan berliur, yang mengganggu orang dengan menuntut makanan dan pakaian. Dan lagi sadarlah kondisi anak-anak Anda dan pendapat orang lain. Ahjumma lebih rela mati sebagai gantinya, seorang wanita lebih nyaman pada dirinya sendiri.

Kakek tak terima, “Apa? Seorang kakek yang bau? Apa kau pernah melihatku berliur? Berhentilah bicara omong kosong dan keluar.” Gantian Ahjumma yang kesal, lalu kenapa Kakek menanyakan hal itu? Kakek bertanya apa yang akan terjadi jika Ahjumma tinggal dengannya. Kakek menegaskan kalau ia tak punya niat sama sekali pada Ahjumma dan menyuruhnya segera keluar.

Bukannya keluar, Ahjumma malah penasaran pada cicin di meja. Kakek buru-buru meyimpannya dan menyuruh Ahjumma jangan pernah menyentuhnya. “Itu cincin yang mau Anda berikan pada Nenek Oh?” selidik Ahjumma. Kakek menyangkal, dan menyuruh Ahjumma membawa keluar gelasnya, ia tak akan meminumnya.


Hong Do membersihkan dirinya dari dandanan Nenek Oh di apartemen Yi Suk. Yi Suk menyiapkan baju ganti dan menyuruh Hong Do membersihkan semua, jangan sampai ada yang tersisa. Saat Hong Do selesai, Yi Suk sudah menunggunya di sofa. Hong Do duduk, mengakui kalau ia bersalah. Ia baru sadar kalau ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan menipu orang lain. Hanya saja jika ingin bekerja, Hong Do harus pergi keluar.


Yi Suk berkata anggap saja ia mengerti tentang penyamaran Hong Do, tapi yang membuatnya marah adalah Hong Do yang tidak memberitahunya. Hong Do punya banyak kesempatan untuk melakukan itu. Bahkan jika mereka tidak pacaran, seharusnya Hong Do mengatakannya sebagai pasien. “Setidaknya jika perasaanmu padaku tulus, seharusnya kau jujur padaku,” cecar Yi Suk.

“Aku tak bisa memberitahumu karena aku malu. Bahkan jika aku tak bisa menjadi wanita yang luar biasa seperti Woo Yeon Woo, aku tak ingin terlihat bodoh,” jawah Hong Do jujur.  Tapi ia malah terus menunjukkan sisi tak berguna dan buruk dari dirinya, jadi ia tak bisa memberitahu Yi Suk karena ia benci hal itu.


Tapi Yi Suk kesal karena Detektif Jang bahkan tau dan berani-beraninya Hong Do membodohinya persis di bawah hidungnya. Hong Do tak bermaksud memberitahu Detektif Jang, ia tak sengaja ketahuan. Yi Suk jadi berpikir negatif kalau Hong Do pura-pura tau sedikit tentang hal-hal dunia, pura-pura naif, bertingkah seperti menderita semua kesakitan di dunia, mana wajah aslimu? Apa namamu benar-benar Cha Hong Do?

Hong Do membenarkan kalau ia salah, ia sangat minta maaf. Sesuatu seperti ini tak akan terjadi lagi, tak ada lagi kebohongan. Hong Do akan melakukannya dengan baik agar Yi Suk bisa mempercayainya. Yi Suk minta Hong Do jangan menyamar lagi di depan kakeknya, ia akan membereskan semuanya di rumah, dan lagi Hong Do tak perlu datang ke rumah sakit lagi.

 

“Apa yang akan kau lakukan dengan pasienmu?” tanya Hong Do sedih. Yi Suk berkata dingin kalau fobia pasiennya sudah hilang, jadi Hong Do tak perlu ada di sana lagi. “Aku tak membutuhkanmu. Pergilah,” ujar Yi Suk tanpa melihat Hong Do. Hong Do kaget, tapi ia diam dan pasrah.


Se Ro mendatangi Doo Soo yang sedang makan sendirian. Ia benar-benar ingin makan bersama, tapi ia sedang diet. Sudah hampir waktunya syuting dan Se Ro ingin terlihat cantik dalam seragam polisinya. Doo Soo hanya diam, tapi ia mendengarkan dan tak mengusir Se Ro. Se Ro tau kalau Doo Soo punya cinta bertepuk sebelah tangan dengan seorang wanita, yang ternyata pacar kakaknya. Tapi ia penasaran, apa kalian putus setelah berpacaran atau dari awal bertepuk sebelah tangan?

 

Doo Soo: “Setelah melihat itu, apa kau masih berpikir segalanya akan berhasil baik untuk kita?” Se Ro mengiyakan tanpa ragu dan bercerita soal ciuman pertamanya saat ia berusia 13 tahun dengan seorang anak Amerika. Setelah itu tak ada situasi yang membuat hatinya bergetar. Tapi yang membuat hatinya tergerak, Doo Soo lah yang pertama. Bayangan saat Doo Soo memegang erat tangan Hong Do terus ada. Se Ro bertemu Doo Soo saat hatinya untuk orang lain dan itu membuatnya kesal, tapi sekarang ini ia ingin mencoba melewati dan menyelesaikannya. “Jadi, kenapa kau tidak mencoba membuka hatimu padaku?” Doo Soo tak bisa menjawab, dan malah melanjutkan makannya.


Ibu Yi Suk sedang membuat teh dan memanggil Butler Ahn untuk minum bersamanya. Ibu khawatir dengan yang terjadi pada Kakek dan ingin membuat makanan favoritnya. Ia mengajak Butler Ahn pergi ke pasar bersama besok pagi. Butler Ahn tak enak kalau nyonya-nya harus pergi sendiri, ia bisa pergi membelinya dengan Ahjumma Geum Shim.


Ibu malah bertanya soal orang yang sedang ditemui Kakek. Butler Ahn minta ibu berpura-pura tak tau kalau Kakek tak mengatakan apa-apa lebih dulu, karena sepertinya situasinya sedang tidak baik. Ibu tertawa-tawa karena ada seseorang yang Kakek suka. Tapi tawa itu hilang saat melihat ayah Yi Suk datang dengan kopernya.


Ayah langsung menyuruh Butler Ahn membawakan kopernya ke kamar, dan minta ibu membuatkan teh untuknya juga. “Bukankah seharusnya kau mengurus tasmu sendiri?” ujar ibu dingin lalu pergi. Kasian deh baru datang nggak ada yang nyambut.


Doo Soo berdiri diam memandangi rumah Hong Do. Ia bisa merasakan sesuatu terjadi saat melihat Hong Do datang. Tapi Hong Do menyangkal. “Apa kau merasa yakin kau tak akan menyesal berkencan dengan Go Yi Suk? Bahkan jika kau menyesal, aku yakin perasaanmu tak akan berubah kan?”


Doo Soo tak bisa janji akan segera mengakhiri perasaannya, mungkin ia akan datang mencari Hong Do lagi. Tapi ia akan berusaha agar tak menyukai Hong Do lagi. Doo Soo berpikir ia bisa menyukai Hong Do selama yang ia inginkan meskipun Hong Do menyukai Yi Suk. Asalkan perasaannya tak berubah, ia yakin bisa menunggu selamanya. Doo Soo tau Hong Do tak nyaman, jadi ia tak akan mengganggu lagi. Hong Do hanya minta maaf.

“Aku tak akan datang kesini lagi. Aku tak akan menghubungimu. Aku juga tak akan khawatir padamu. Baik-baiklah.”


Hong Do hanya diam dan terus menunduk.Doo Soo akan pergi, tapi ia minta ijin untuk membuat salam perpisahan. Ia mendekat dan mencium Hong Do, untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

 

Yi Suk pulang semalam mungkin agar tak bertemu ayahnya. Se Ro yang tak bisa tidur sedang main hoola hop di ruang tengah. Yi Suk bertanya soal Kakek dan ibunya, tanpa peduli soal ayah. Se Ro berkata kalau kakek tidur, dan tak tau keadaan ibunya, ia juga pulang terlambat dan belum melihatnya. Se Ro melihat ada yang salah dengan ekspresi kakaknya, bukankah saat ini harusnya saat paling bahagia. Yi Suk tak mengerti, “Apa maksudmu?”


“Dengan unni berpipi merah, sepertinya kalian sangat dekat. Ini pertama kalinya aku melihatmu terlihat begitu keras, Oppa. Kau, kemarilah!” Se Ro sampai menirukan saat Yi Suk menyuruh  Hong Do datang padanya. Yi Suk senang Se Ro menyebutkan itu dan menariknya duduk, “Apa kau akan mengencani Detektif Jang brengsek itu? Kenapa kau berkeliaran di sekitarnya?”

Se Ro berkata ia tak berkeliaran, ia sedang mencoba untuk menempatkan dirinya di hatinya. Yi Suk tak suka dan menghadiahinya jitakan di kepala, “Apa kau tak punya harga diri? Kau seperti ini bahkan setelah kau melihat apa yang dia lakukan pada Cha Hong Do hari itu?” Pokoknya Yi Suk tak suka Se Ro berkeliaran di sekitar Doo Soo, bahkan jangan ada di dekatnya.


“Orang itu.. kurasa ini pertama kalinya dia benar-benar jatuh cinta pada seorang wanita. Sampai saat ini dia hanya berkencan dengan perempuan yang diatur keluarganya. Dia tak pernah punya hubungan yang baik. Cinta pertama memang sulit.”

Yi Suk tak mengerti, apa kurangnya adiknya sampai ia mau bergantung ke orang seperti Doo Soo, kenapa Se Ro bisa menyukai orang seperti itu? Se Ro tak mau memberitahu, Yi Suk pasti akan mengejeknya dan malah berpesan agar Yi Suk baik-baik dengan pacarnya. Jangan membuatnya kesulitan dengan berada di antara dua pria. Se Ro akan mengurus urusannya sendiri dan pergi tidur duluan. Yi Suk tetap teriak kalau Detektif Jang itu terlarang.

 

Kakek mencoba tidur, tapi bayangan soal Nenek Oh menganggunya. Yi Suk masuk, dan Kakek langsung memejamkan matanya. Yi Suk duduk di sisi tempat tidur Kakek, tak percaya Kakek sakit seperti ini karena wanita. Tapi Yi Suk mengerti kenapa kakek bisa sakit, Nenek Oh pasti punya alasan yang mungkin tak seperti yang dipikirkan kakek. Yi Suk merapikan selimut kakek, berharap ia cepat sembuh dan beranjak pergi.


Di rumahnya, Hong Do bergumam soal ia yang sudah menyakiti perasaan Kakek, membuat Detektif Jang kesulitan, dan membuat Go Yi Suk marah. “Apa yang aku lakukan di luar sana? Seharusnya aku hanya tinggal di sini, pergi ke kamar mandi, tidur, makan. Seharusnya aku tidak pergi keluar.”


Tapi sepertinya Hong Do tak bisa melakukannya. Pagi hari saat bangun tidur yang terlintas adalah keluar menemui Yi Suk. Ia beralasan hanya akan mengembalikan pakaiannya, apa yang aku takutkan saat tak ada yang perlu ditakutkan? Hong Do tak tahan dan hanya akan pergi melihat wajah Yi Suk.


Orang yang ingin Hong Do temui sedang konsultasi dengan Profesor Uhm. Ia bertanya-tanya bagaimana seseorang dengan sosial fobia menjalani kehidupan ganda. Profesor Uhm tak mengerti. Yi Suk bertanya Profesor Uhm pernah bertemu nenek yang bekerja untuk kakeknya kan? Profesor Uhm mengiyakan, ia pernah menyapa beberapa kali, kenapa?

“Dia Cha Hong Do,” ungkap Yi Suk. Profesor Uhm makin bingung, “Siapa maksudmu? Cha Hong Do.. nenek.. menyamar?” Yi Suk mengangguk, ketika menyamar sebagai nenek, anthrophobianya hilang, dia bisa bicara denganku dan bahkan dilamar kakekku!


“Presdir.. melamar? Wow. Apa yang akan kau lakukan? Jika kakekmu mencuri pacarmu,” Profesor Uhm sama sekali tak bisa menahan tawanya. Masih dengan ekspresi stressnya, Yi Suk berkata itu bukan hal yang lucu sekarang, karena itu kakek jadi sakit karena cinta. Yi Suk jadi berandai-andai, apa mungkin yang disukai Hong Do bukan Go Yi Suk sebagai pria, tapi dokter Go Yi Suk? Karena pasien cenderung mudah melihat dokter mereka secara emosional.

“Itulah kenapa aku bilang jangan pernah berkencan dengan pasien? Kenapa kau tak pernah mendengarkan?” semprot Profesor Uhm kesal. “Lalu apa aku harus putus dengannya setelah sejauh ini?”


“Kalau aku menyuruhmu putus apa kau akan melakukannya?” tanya Profesor Uhm balik. Yi Suk menggeleng seperti anak kecil. Profesor Uhm makin kesal, kalau kau tak mau apa kencan itu cuma main-main, tapi tetap saja Profesor Uhm tak bisa menahan tawa karena kasihan pada kakek. Tapi akhirnya Profesor Uhm serius dan memberi saran agar Yi Suk memikirkannya sebagai pasien anthrophobia agar mudah mengabaikan semua itu. Jika dia marah, biarkan dia marah. Jika dia minta maaf, terima permintaan maafnya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Yi Suk mengiyakan dengan malas, ini semua karena ia bodoh.


Profesor Uhm minta Yi Suk berhenti memikirkan itu dan menyuruhnya datang ke seminar, pergilah dan tidur dengan nyenyak di sana agar stressmu keluar. Yi Suk malas, tapi pergi juga.


Hong Do datang ke rumah sakit saat mobil Yi Suk sudah tak ada di sana. Ruangannya tentu saja juga kosong. Hong Do duduk. Sambil menunggu ia membereskan ruangan. Karena tak juga muncul, Hong Do mengiriminya pesan, ‘Di mana kau? Apa kau akan bekerja?’ Baru sedetik tak ada respon, Hong Do mengirim pesan lagi, ‘Apa kau sedang menyetir atau kau sakit?’ Hong Do juga menelpon, tapi tak diangkat.


Hong Do pun pergi ke rumahnya, mencari bayangan Yi Suk. Tapi ia malah bertemu Se Ro yang menyapanya saat mau keluar rumah. Mereka lalu minum kopi bersama. Se Ro memanggilnya Unni dan merasa pertemuan pertama mereka terlalu berlebihan, “Aku bisa memanggilmu Unni kan?” Hong Do mengiyakan. Sebelum ini SeRo tak pernah memanggil unni pada siapapun, jadi ia juga merasa aneh. ”Tapi, kurasa kakakku sangat menyukaimu dan kurasa Detektif Jang juga.”

 

Hong Do diam. Saat itu Se Ro merasa marah dan bingung, tapi ia lalu meralat kalau ia cemburu dan meyakinkan kalau Hong Do menyukai kakaknya. Hong Do berkata kalau sekarang ia akan lebih menyukai Yi Suk. Ia berharap Yi Suk tau kalau ia sangat menyukainya, kalau ia sangat mencintainya. Se Ro senang akhirnya Oppanya menemukan ‘The One’, dan ia jadi cemburu lagi. Ia sudah berkata menyukai Detektif Jang tapi sepertinya waktunya tak tepat. Se Ro menghela napas panjang, tak tau kapan Doo Soo akan berubah pikiran dan menatapnya. Hong Do tak tau harus berkata apa.


“Tak apa-apa, ini masalahku dengan Jang Doo Soo, aku akan mengatasinya. Jangan terlalu dipikirkan,” sahut Se Ro riang. “Tapi unni, apakah kau pernah berpikir untuk mengubah gayamu? Kau sama sekali bukan selera kakakku,” ujar Se Ro jujur. Hong Do cuma diam memandangi gayanya yang tak menarik. 


Bersambung ke Part 2


Komentar:
Makin lama aku makin suka Se Ro. Her understanding to Doo Soo bener-bener deh. Dia tau lukanya Doo Soo, jadi dia sama sekali nggak memaksakan perasaannya meski tetep nggak mau nyerah. Jadi nggak tega dia banyak nelen pil pahit gara-gara Doo Soo. Dan Se Ro satu-satunya yang menyambut Yi Suk tiap pulang ke rumah, aku suka interaksi mereka berdua. Se Ro juga yang pertama di keluarga Yi Suk yang nerima Hong Do dengan baik. Suka deh waktu dia manggil Hong Do unni. 

Se Ro ya, fighting!

No comments:

Post a Comment