Thursday, February 12, 2015

Sinopsis Heart to Heart Episode 9 Part 2


Tak berhasil menghubungi Yi Suk, Hong Do meminta Doo Soo untuk datang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Doo Soo bertanya dimana Hong Do sekarang dan langsung pergi dengan mobilnya. Ia sampai di supermarket dan minta dibukakan pintu gudang. Begitu melihat Hong Do yang sendirian dan kedinginan, Doo Soo langsung memakaikan jaketnya dan menuntunnya keluar.


Hong Do yang kali ini duduk di jok depan mobil Doo Soo berkata ini bukan kesalahan Yi Suk, ini salahnya. Yi Suk menyuruhnya percaya bahwa ia bisa melakukannya, tapi Hong Do malah lari karena takut. Doo Soo hanya bertanya di mana Yi Suk sekarang?

“Bersama pasien,” jawab Hong Do, “dia punya sesuatu yang mendesak untuk dilakukan dengan pasien lain jadi dia pergi ke sana.” Menurut Doo Soo jawaban Hong Do mencurigakan. Akhirnya Hong Do jujur kalau ia tak bisa bertanya pada Yi Suk, jika benar-benar ada sesuatu yang terjadi dengan wanita itu, apa dia akan kembali padanya? Hong Do terlalu takut sampai tak bisa bertanya, ia sadar kalau tak cocok dengannya.


Doo Soo: “Hong Do-ssi, kau bukan tipe orang yang akan membandingkan dirimu. Kenapa kau jadi seperti ini setelah bertemu Go Yi Suk?” Hong Do hanya diam saja.


Yi Suk memberikan baju ganti untuk Yeon Woo dan akan pergi agar Yeon Woo bisa tidur dengan nyaman. Yeon Woo memeluk Yi Suk, memintanya jangan pergi, dan menciumnya. “Apa yang sangat kau sukai tentang gadis itu? Dia bahkan bukan tipemu,” tanya Yeon Woo melihat Yi Suk yang tak bereaksi. Yi Suk membenarkan, ia bahkan mengatakan itu pada Hong Do, bahwa tak ada bagian dari dirinya yang bisa ia sukai. “Lalu mengapa?” tanya Yeon Woo.


“Aku tak benar-benar yakin selama ini, tapi “ini” berbeda, dengan seseorang yang benar-benar kau suka. Sekarang kurasa aku tau,” jawab Yi Suk sambil memegang bibirnya. Menurut Yeon Woo, Yi Suk sangat kejam, “Jadi wanita itu nyata dan aku palsu?”. Yi Suk hanya minta maaf dan pergi. “Baik, pergilah! Pergi sana!” teriak Yeon Woo kesal.





Yi Suk baru menghidupkan ponselnya dan langsung menelpon Hong Do. Hong Do tau Yi Suk menelpon, tapi ia membiarkannya.. setidaknya itu yang ia mau, karena sebelum panggilan terputus ia sudah mengangkat telponnya. Yi Suk bertanya apa Hong Do di rumah? Hong Do hanya mengiyakan lirih.


“Hei, kenapa kau terdengar serak? Apa kau baru bangun?” tanya Yi Suk. Hong Do yang menahan tangis berbohong kalau ia sedang tidur. Yi Suk tak curiga dan bertanya soal tadi, apa Hong Do bisa melakukannya? Tapi Hong Do malah bertanya soal Yeon Woo. Yi Suk berkata ia harus mengobatinya, dan sekarang ia ingin menemui Hong Do, jadi jangan tidur lagi dan tunggu dia. “Tapi aku mengantuk,” jawab Hong Do lirih.


Yi Suk tertawa, Hong Do benar-benar jual mahal untuk didapatkan, tapi ia mengerti dan membiarkannya karena hari ini adalah hari yang mendebarkan bagi Hong Do. Meski Yi Suk merasa Hong Do tak akan bisa tidur jika ia memberitahu bagaimana perasaannya sekarang. Yi Suk mengucapkan selamat malam dan menutup telponnya. Hong Do tampak sedih, dan sebaliknya Yi Suk tertawa-tawa sendiri dan menganggap dirinya gila karena Cha Hong Do.

 

Yi Suk pulang, dan sudah ada Doo Soo menunggu di depan rumahnya. Tanpa babibu, Doo Soo langsung menghajar Yi Suk. Yi Suk yang tak mengerti apa yang terjadi balas memukul dan menggigit paha Doo Soo. Saat Doo Soo berhasil menguncinya, Yi Suk menggigit tangan Doo Soo. Tak puas, Yi Suk juga menggigit telinga Doo Soo. Muahahaa, Yi Suk kelahinya kayak cewek sumpah, mukulinnya itu nggak banget, dan gigit itu kan andalan cewek kalo kelahi.


Perkelahian itu dilerai polisi patroli dan terpaksa Doo Soo menjelaskan kalau semua itu salah paham dan ia akan menyelesaikan dengan damai. Yi Suk berteriak kesal kalau Doo Soo yang memukulnya duluan dan minta polisi itu menangkap Doo Soo. Tapi polisi itu lebih percaya pada Doo Soo dan pergi.


Mereka malah pergi minum. Yi Suk yang tak mau kalah terus menenggak soju seperti yang dilakukan Doo Soo. Doo Soo bercerita soal Hong Do yang terjebak di gudang yang gelap sendirian dan memarahi Yi Suk karena itu. Ia tak bisa memaafkan Yi Suk dan memintanya enyah saja. Yi Suk malah minta Doo Soo berhenti omong kosong, ”Apa kau bahkan benar-benar tau perasaanku?”


Yi Suk menuangkan segelas penuh soju dan menyuruh Doo Soo meminumnya. Tentu saja itu kecil bagi Doo Soo, sekali teguk habis. Doo Soo mempertanyakan kenapa Hong Do, padahal Yi Suk sudah punya gadis yang cantik dan cerdas, dan gantian menyodorkan segelas penuh soju. Terpaksa susah payah Yi Suk meminumnya.


“Lihat dirimu, kau lemah dengan alkohol, itulah sebabnya kau selalu menyebabkan masalah!” omel Doo Soo. Yi Suk tak peduli, ia tetap memilih Cha Hong Do. Doo Soo tak yakin sampai kapan Yi Suk akan bertahan, “Dua minggu? Satu bulan? Bisakah kau bahkan bertahan tiga hari?” Yi Suk jadi kesal dan menuang soju penuh-penuh lagi. Doo Soo kembali meminumnya dalam satu tegukan. Ia yakin Hong Do satu-satunya yang akan terluka, dan ia tak akan hanya berdiri di samping dan melihat. Sebelum Hong Do terluka lagi, Doo Soo akan mengembalikannya ke tempat aslinya.


“Tempat aslinya? Apa kau tak tau betapa sulitnya untuk membuatnya keluar? Dan kau mau menempatkannya kembali ke rumah yang seperti kotak itu lagi? Untuk siapa? Untukmu?”


Menurut Doo Soo,Yi Suk salah paham, tempat asli Hong Do bukan di sebuah kotak,  juga bukan di samping Yi Suk, tapi bersamanya, di sampingnya. Yi Suk berkata Doo Soo pasti sudah mabuk, tapi Doo Soo malah menyodorinya soju dan terpaksa Yi Suk menghabiskannya.


Di rumah, Hong Do berbicara pada neneknya, “Aku akan berhenti menyamar sepertimu, Nek. Semua itu karena aku ingin hidup dan makan. Aku tidak berpikir soal orang lain. Aku merasa bersalah dan takut, jadi aku akan berhenti berpura-pura menjadi dirimu, Nek.”


Hong Do tersenyum, yakin itu hal yang benar untuk dilakukan. Lalu pandangannya beralih ke buku Yi Suk di bawah meja dan mengeluh, “Go Yi Suk, apa kau mempermainkan aku? Tapi aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Terlalu menyukaimu.”


Paginya, Doo Soo terbangun dan memendangi kaleng-kaleng bir di dekat kakinya. Rupanya sesi minum-minum mereka masih berlanjut sampai Doo Soo tertidur di lantai kamar Yi Suk. Ia yang masih pusing bingung kenapa bisa ada di kamar Yi Suk dan langsung keluar.


Meski sudah berusaha pergi diam-diam, Se Ro melihatnya juga. “Jang Doo Soo! Apa kau tidur di kamar kakakku?” hadang Se Ro senang. Ia mencium bau alkohol dan menebak Doo Soo pasti habis minum dengan kakaknya. Doo Soo beralasan sudah terlambat dan harus buru-buru pergi. Itu malah mengingatkan Se Ro akan peran barunya sebagai polisi wanita dan ingin mencari pengalaman di kantor polisi Doo Soo.

Doo Soo menyuruh Se Ro mengirim formulir saja ke kantor polisi, departemen bidang umum akan mengurusnya, alias Doo Soo males direpotin :p. Se Ro juga tau itu, tapi ini karena ia tak punya waktu lagi. “Bagus sekali bisa mengenal orang-orang yang ada di sana. Dan kau, kau tak punya pacar kan?” tanya Se Ro langsung. Doo Soo bilang ada seseorang yang ia suka. Se Ro tak percaya, ia sudah menyelidiki dalam beberapa aspek dan sepertinya Doo Soo tak buruk, bahkan untuk pernikahan. “Kau dan aku juga sangat cocok,” ujar Se Ro percaya diri.


Doo Soo malas mendengar lelucon Se Ro dan beranjak pergi. Tapi Se Ro tak bercanda, Doo Soo orang pertama yang menerima dirinya yang selalu terus terang seperti itu. “Lakukan apa yang kau inginkan, dan aku akan menerima itu semua,” kesan seperti itu yang didapat Se Ro. Doo Soo tak menanggapi dan pergi, tapi cup.. Se Ro tiba-tiba mencium pipinya. Doo Soo kaget,tapi Ahjumma penjaga rumah lebih kaget lagi dan mengomeli Se Ro yang berani-beraninya melakukan itu di rumah. Doo Soo mengenalkan dirinya dengan tak enak, dan meminta maaf. Se Ro malah bertanya pendapat Ahjumma soal Doo Soo, dia teman kakakku kan?


Ahjumma tak tau soal itu, tapi ia memang melihatnya bersama Yi Suk dan pulang sambil merangkak karena mabuk berat semalam. Doo Soo berkata sangat menyesal dan pamit pergi, sebelum pergi ia sempat mengambilkan tauge Ahjumma yang terjatuh. Se Ro memberitahu kalau ia akan pergi ke kantor polisi dan berteriak riang kalau pagi ini menyenangkan.


Kakek melihat Butler Ahn sudah menelpon pagi-pagi dan bertanya siapa orang pertama yang kau hubungi pagi-pagi begini? Butler Ahn memberitahu kalau teman kakek dari perusahaan Sam Dam berulang tahun ke 80 dan memberikan 2 tiket untuk acara makan malam Jang Yoon Jeong. Kakek harus datang membawa pacarnya. Menurut Butler Ahn kakek harus pergi, ia dengar sulit untuk mendapatkan tiket acara itu.

“Kemana aku harus pergi sendirian?” jawab Kakek malas. Butler Ahn usul agar kakek mengajak Nenek  Oh dan membelikannya pakaian bagus untuk pergi ke acara itu. Kakek menyuruhnya keluar, tapi usul itu sepertinya menarik buat kakek.


Yi Suk super pusing saat bangun. Sejujurnya ia kesal karena Hong Do malah meminta bantuan pada Detektif Jang, bukannya dirinya. Yi Suk mengecek ponselnya, tapi tak ada panggilan atau pesan apapun dari Hong Do. Ia jadi kesal sendiri, bersama Detektif Jang yang baik padanya pasti akan lebih nyaman.


Yi Suk pun menelpon Hong Do yang baru saja selesai berdandan menjadi Nenek Oh. Ia ingin menemui Hong Do, tapi Hong Do tak bisa. Ia punya pekerjaan paruh waktu lain di hari Senin, Rabu, dan Jum’at pagi. Yi Suk jadi penasaran pekerjaan apa itu dan di mana Hong Do sekarang. Hong Do malah bertanya kenapa? Yi Suk minta Hong Do datang ke rumah sakit saat pekerjaannya selesai, ada sesuatu yang ingin ia katakan. “Bukankah aku selalu melakukan itu?” tanya Hong Do lalu menutup telponnya.


Yi Suk mengeluh, Hong Do benar-benar tak mau mengatakannya. Dan itu membuatnya sadar, suara di telpon kemarin.. dia menangis. Yi Suk tak mengerti kenapa Hong Do tak memberitahunya?


Tak lama, gantian Butler Ahn yang menelpon. Nenek Oh diminta untuk kerja malam. Meski bingung, Hong Do menyanggupi dan berkata ia bisa setelah pukul 6 malam.


Yi Suk keluar kamar dan badannya sakit semua. Rumah sepi, hanya ada Ahjumma di dapur. Ahjumma langsung mengomel soal Se Ro yang sembarangan mencium orang, ia menebak Se Ro pasti pacaran dengan teman Yi Suk yang datang semalam. Yi Suk awalnya bingung, tapi begitu sadar orang yang dimaksud Doo Soo, ia tak percaya, ahjumma pasti salah lihat. Tapi ahjumma malah curhat soal kakek, ia tau benar kalau ahjumma menyukai Jang Yoon Jeong tapi ia malah mengajak Nenek Oh.


Yi Suk yang tau ahjumma sedang merajuk langsung tersenyum dan berkata ia akan mendapatkan tiketnya segera untuknya. Ahjumma malah kesal, ia bukan seperti ini karena tiket. Ia juga punya uang, ia bisa dapat ratusan tiket jika mau dan menyuruh Yi Suk pergi saja.


Yeon Woo masih di apartemen Yi Suk saat Yi Suk datang membawakan sarapan. Tapi Yi Suk tak datang untuk sarapan bersama. Yeon Woo sudah berpikir semalaman dan menurutnya tepat untuk mengakhirinya. Tapi Yeon Woo tak tau ia orang yang materialistis. “Jika bermimpi menikahi chaebol adalah materialistis, maka semua wanita di dunia adalah materialistis,” sahut Yi Suk.


“Lalu apa yang harus kulakukan? Tidak menikah?” tanya Yeon Woo. Yi Suk malah menyuruh Yeon Woo menikah saja dan bercerailah, dengan bukti perselingkuhan itu dapatkan tunjangan besar darinya. Yeon Woo tak percaya, apa kau seorang dokter? Yi Suk berkata satu-satunya hal yang bisa ia katakan adalah, apapun yang Yeon Woo pilih, curahkan semua yang kau miliki dalam keputusan itu. Yi Suk menyuruh Yeon Woo makan dan pergi.


Yi Suk menikmati angin luar sambil menyetir, sambil memikirkan perkataan Hong Do padanya dulu. “Bahkan jika kau bukan dokter terbaik di dunia ini, bahkan meskipun kau seorang psycho, playboy, dan penjahat, kau harus mengobatiku. Jika tidak.. jika tidak.. aku akan mati di sini. Tolong obati aku.” Semua yang sudah ia lalui bersama Hong Do membuatnya tersenyum. Yi Suk benar-benar menyadari sesuatu sekarang.


Hong Do menunggu Doo Soo di depan kantor polisi. Ia datang untuk mengucapkan terimakasih dan minta maaf sudah mengganggu, hal seperti itu tak akan terjadi lagi. Doo Soo tersenyum, itu tak mengganggu sama sekali, itu malah menghiburnya. Ia berpikir, “ah, Hong Do tidak benar-benar melupakan aku.” Doo Soo benar-benar bahagia kemarin, bahagia karena masih ada yang bisa ia lakukan untuk Doo Soo.

“Hong Do-ssi, kau bilang aku ada di hatimu selama 7 tahun terakhir kan?”

Hong Do mengangguk.


“Kau tau apa moto polisi Gangnam? Detektif yang kuat bertahan akan menang. Aku sangat kuat. Tunggu dan lihatlah, saat ini adalah awal dari 7 tahun untukku.” Melihat Hong Do diam saja, Doo Soo minta agar Hong Do jangan merasa terganggu.


Yi Suk menemui penjaga-penjaga stand makanan di supermarket, dengan bonus yang Yi Suk berikan, mereka menerima dengan senang hati apapun yang akan Yi Suk lakukan pada wajah mereka.


Butler Ahn bersama Kakek mendatangi rumah Nenek Oh dengan sebuah bingkisan besar. Kakek berkata akan menunggu di sebrang jalan dan menyuruh Butler Ahn pergi memberikan itu pada Nenek Oh. Butler Ahn bingung, kenapa Kakek tak ikut, apa Kakek tak ingin melihat wajah bahagia Nenek Oh saat menerimanya. Kakek bersikeras, lagipula ia akan melihat semuanya saat pertunjukan Jang Yoon Jeong. Kakek menyuruh Butler Ahn segera pergi dan berpesan agar memberikannya dengan lembut, jangan seperti melempar sekantong keripik *jiaaaah, kakek!*


Kakek melihat rumah Hong Do dari kejauhan dan berpikir jadi ia tinggal di tempat semacam ini. Tak lama ponsel kakek berdering, seorang temannya meninggal. Dan berita itu membuat Kakek shock dan jatuh memegangi dadanya yang sakit.


Hong Do datang ke rumah sakit juga. Yi Suk sudah menunggunya. Tanpa basa basi Hong Do tanya apa selama ini Yi Suk mempermainkannya? Apa Yi Suk bosan selalu bertemu gadis cantik dan baik? Karena ia gadis jelek, tak berpendidikan, cukup menyedihkan karena juga punya anthrophobia. Apa Yi Suk menemukan hal menarik dan baru jadi memutuskan untuk bermain dengannya?


“Bagaimana setelah bermain beberapa hari denganku? Apa kau sakit lagi? Atau karena kau bertemu seorang gadis yang cantik dan cerdas lagi, apa kau merasa seperti aku bukan salah satunya? Bagaimana? Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Hong Do panjang lebar.


Yi Suk tersenyum, sekarang Hong Do sudah mendapat keberanian untuk bertanya dan berkomentar kompleksitas rendah diri Hong Do itu cukup besar. Hong Do mengiyakan dan minta Yi Suk menjawabnya. Tapi Yi Suk malah bangkit dan mengajak Hong Do pergi ke suatu tempat.


“Apa kau berbohong tentang melakukan konseling pada wanita itu? Meskipun kau bilang kau tak bisa melakukannya tanpa aku? Kau sangat bodoh. Bagaimana bisa kau sekolah kedokteran dengan otak seperti itu?”

Yi Suk jujur ia hanya ingin mencobanya sekali karena tampaknya ia mungkin bisa melakukannya meski tanpa Hong Do. “Jadi.. apa itu baik-baik saja?” tanya Hong Do.


“Tidak. Aku hampir mati. Aku tak bisa melakukannya tanpamu.” Aww, Yi Suk ah! Jawaban itu membuat Hong Do menangis. Yi Suk tersenyum, menghapus air matanya dan mengajaknya pergi.


Mereka kembali ke supermarket. Yi Suk janji ia tak akan pergi siapapun yang menelponnya. Ia mendorong Hong Do dan menyemangatinya dari belakang. Hong Do berjalan perlahan ke stand penjual pangsit, mengabaikan orang-orang yang memandanginya aneh. Sambil menunduk ia menerima sepiring pangsit untuk dicicipi, saat menengadahkan kepala, ia seperti berkaca.

 
 

Penjaga stand pangsit itu memakai helm persis seperti dirinya, dengan bibir super merah. Di sudut lain penjaga stand makanan lain menawarkan jualan mereka dengan riang sambil berjoget gembira. Semua mengenakan helm, dan wajah yang tak sempurna. Bibir besar, tahi lalat yang besar, pipi yang kemerahan.

 

Hong Do memandang ke arah Yi Suk sambil tersenyum, “Ini kau yang lakukan, bukan?” Yi Suk balas tersenyum, mengangguk. Tak lama datang seorang pria super tinggi. Yi Suk sampai menganga melihatnya. Kali ini Yi Suk menggeleng, itu bukan ia yang melakukannya. Tapi hal ini membuat Hong Do tersenyum dan merasa nyaman untuk pertama kalinya di tempat umum.


Komentar:
Misi Yi Suk kali ini membuat Hong Do sadar kalau semua orang di dunia ini punya kekurangan. Tinggal kita mau terpuruk di kekurangan itu atau tetap riang gembira menghadapi hidup. Percobaan pertama gagal, tapi Yi Suk belajar kalau Hong Do tak bisa secepat itu berubah, dan akhirnya berhasil di percobaan kedua. Aduh aduh Yi Suk, bikin makin ngefans aja sih! 

No comments:

Post a Comment