Jang Mi marah dan memukuli Ki
Tae di peringatan kematian kakeknya, “Aku menderita karenamu!” Ki Tae sampai
jatuh menimpa meja berisi penuh makanan untuk kakeknya.
[D-4]
Jang Mi merangkul Ki Tae yang
lemas keluar apartemen. Ki Tae menolak dibantu, ia baik-baik saja. Tapi begitu
melepas tangannya dari Jang Mi, Ki Tae langsung mau terjatuh, untung Jang Mi
sigap menangkapnya lagi, bahkan menggendong Ki Tae di punggungnya (buseet, kuat
amat??).
Mereka bertemu Se Ah, dan Ki Tae
buru-buru turun dari punggung Jang Mi. Ki Tae berkata ia tak apa-apa, tapi Jang
Mi menjelaskan kalau Ki Tae pingsan di kamar mandi. Se Ah jadi khawatir, mana
yang terluka? Tidak dimanapun, jawab Ki Tae.
“Kupikir kepalanya.. dia
bersikap aneh,” sahut Jang Mi mengingat Ki Tae yang memeluknya tadi. Ki Tae
sadar maksud Jang Mi yang bersikeras kalau ia tak normal. Se Ah mengajak segera
ke rumah sakit, tapi Ki Tae masih tak mau, aku baik-baik saja, aku juga dokter.
Jang Mi memukulnya, “Kau harus pergi karena dia dokter juga!” Dan Jang Mi pun
kembali menggendong Ki Tae di punggungnya.
Di mobil, Se Ah sedikit masam
melihat Jang Mi – Ki Tae yang tampak seperti pasangan yang overworried. Jang Mi
memegang dahi Ki Tae, kau demam. Ki Tae menyingkirkan tangan Jang Mi, kepalanya
yang sakit. Jang Mi makin khawatir, jadi kepalamu? Bagian mana yang terbentur,
depan atau belakang? Pusing? Tutup matamu. Se Ah cuma diam dan melirik dari
spion.
Di UGD, Ki Tae meyakinkan dokter
kalau ia tak sakit dimanapun. Jang Mi mengomel karena Ki Tae tak memberitahunya
saat terkunci di kamar mandi. “Aku sudah bilang aku baik-baik saja,” kata Ki
Tae pelan. Ki Tae akan melepas selang infusnya, tapi dicegah Se Ah, selesaikan
sebelum kau pergi (habiskan dulu infusnya maksudnya), kau tak makan apapun
selama 48 jam, Jang Mi adalah penyelamat hidupmu, dan aku datang karena ia
memberitahuku. Ki Tae kesal karena Jang Mi menyebar rumor kemana-mana dan ingin
pulang, yang langsung dicegah Jang Mi, bertemulah dengan keluargamu sebelum
pergi, mereka akan segera sampai.
“Bagaimana mereka bisa tau?”
tanya Ki Tae heran. Jang Mi tersenyum, aku menelpon nenekmu, kupikir kau sangat
kesakitan. “Kau mengenal keluarganya?” tanya Se Ah terkejut. Jang Mi bingung
akan menjawab apa, tapi Ki Tae berkata kalau keluarga mereka sudah saling
mengenal, kau pergi saja sekarang.
Jang Mi mendengus, “Sepertinya kau baik-baik
saja sekarang, baiklah aku akan pergi.” Tapi ternyata bukan Jang Mi yang
dimaksud, karena Ki Tae menahan tangan Jang Mi yang hendak pergi. Ki Tae minta
maaf dan berterimakasih pada Se Ah, sebaiknya kau pergi sekarang. Kecewa, tapi
Se Ah terpaksa tersenyum dan berkata dirinya memang butuh istirahat dan pergi.
Se Ah meninggalkan rumah sakit persis saat keluarga Ki Tae datang.
“Kau sangat kekanak-kanakan,
ingin dia cemburu?” selidik Jang Mi. Ki Tae menyangkal, kalau ibunya melihat
semua akan jadi rumit. Dia akan menyukainya, sahut Jang Mi tanpa berfikir.
“Itulah masalahnya,” jawab Ki Tae. Keluarga Ki Tae datang dan menghampiri
dengan panik. “Kau suka mengejutkan kami ya?” komentar ibu Ki Tae saat melihat
Jang Mi. Bibi mengomel, kenapa kita selalu bertemu di UGD? Itulah kenapa kau
perlu menantu yang baik. Jang Mi minta maaf, tapi ia belum jadi menantu, dan
karena keluarga Ki Tae sudah disini, ia akan pergi sekarang. Tapi lagi-lagi Ki
Tae menahannya, tinggallah denganku. Semua memandang tak percaya karena Ki Tae
malah meminta mereka pergi saja. Bibi ngomel lagi, kau sudah membuat kami
khawatir dan terbangun tengah malam. Ki Tae berkata kalian tak akan membantu,
aku hanya butuh istirahat.
Nenek penasaran dengan apa yang
terjadi, dimana tepatnya kau terluka? Ki Tae berbisik, “Ini serius, aku bahkan
belum yakin, tapi jantungku sepertinya berhenti kalau aku tak melihat Jang Mi,
aku perlu ia disekitarku agar aku bisa bernapas. Aku tak tau ini masalah
kardiopulmonar atau mental. Mereka perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan.”
Semua langsung yang “yaelah”, Jang Mi malah kayak mau muntah, hahahaa.
“Berarti kau baik-baik saja,”
ujar nenek lega. Jang Mi menjelaskan kalau pintu kamar mandi Ki Tae rusak dan
ia terkunci di sana, jangan khawatir. Ki Tae mulai lagi dan meraih tangan Jang
Mi, “Jika bukan karena dia, aku mungkin akan mati kelaparan.” Nenek memegang
tangan keduanya dan berterimakasih, kau benar-benar penyelamat. Ibu menganggap
ini cukup dan mengajak nenek pulang. Sebelum pulang, bibi sempat berkata kalau
ia akan mengawasi mereka.
Begitu keluarganya pergi, Ki Tae
dan Jang Mi langsung melepaskan tangan mereka. Jang Mi malah memukul kepala Ki
Tae, minta Ki Tae berhenti memperalatnya.
Di mobil, nenek berkata kalau
kalian harusnya mendengarkan Jang Mi. Bibi terlanjur berpikir itu semua karena
Jang Mi, karena nenek mabuk dan pingsan saat bersamanya. Nenek malah berkata ia
merasa lebih baik karena tidur nyenyak malam itu, keriputku hilang dan kulitku
bersinar. “Tapi kau bengkak, aku akan membuatkan bubur untuk mengurangi
bengkaknya,” ujar ibu. Nenek mendengus, kau tak selalu benar, dan kau jangan
menghakimi orang begitu gampang, Jang Mi baik, dan dia bisa memasak pancake
yang enak juga. “Benarkah? Itu poin plus di keluarga kita,” sahut Bibi senang.
Ibu berkata kalau Jang Mi harus bisa membantu Ki Tae.
“Ki Tae bahkan tak bisa hidup
tanpanya, Jang Mi yang membuatnya ingin hidup. Apalagi yang kau inginkan?” ujar
nenek yang percaya omongan Ki Tae tadi. Bibi membenarkan, Ki Tae
menginginkannya, jika kau tetap menentang mungkin dia benar-benar akan
memutuskan hubungan dengan kita. Ibu Ki Tae diam saja, tapi mukanya sereem.
Nenek minta ibu mencoba lebih dekat dengan Jang Mi. Ibu mengiyakan, aku akan
melakukan yang kau katakan.
[D-3]
Jang Mi yang baru pulang dengan
sepedanya kaget saat melihat ibu Ki Tae ada di depan rumah bersama ibunya.
Sepertinya ibu Ki Tae minta tolong sesuatu tentang Jang Mi. Jang Mi buru-buru menyapa,
kenapa ibu kesini? Tapi ibu Ki Tae hanya senyum dan pamit pergi. Jang Mi
penasaran apa yang terjadi, tapi ibunya malah buru-buru menyusul ayah Jang Mi
ke restoran.
“Upacara peringatan?” tanya Jang
Mi kaget. Ibu menyuruh Jang Mi pergi membantu, kau bisa dapat poin bagus dari
mereka, jadi kau bisa terbiasa dengan mereka sebelum menikah nanti. “Kau
menyebut dirimu ibuku? Para ibu lainnya benci anak gadis mereka menderita
karena mertua,” jawab Jang Mi tak rela. Ayah membela Jang Mi, dia kan bisa melakukannya
selamanya setelah menikah nanti, kenapa dia harus pergi sekarang? Ibu malah
komentar kalau ayah tak pernah peduli padanya tapi selalu peduli pada putrinya.
“Jangan khawatir, memasak pancake beberapa kali dalam setahun jauh lebih baik
daripada harus menggoreng ayam setiap hari,” jawab ibu tenang.
Jang Mi tak punya pilihan, “Aku
tak akan menikah dengan Ki Tae, maaf aku telah berbohong, tapi sebenarnya kami
tak ada hubungan.” Tentu saja ibu tak percaya. Seorang tamu protes karena
mereka sangat ribut dan minta Jang Mi menuangkan minuman. Ibu kesal dan
melempar ayam ke tamu itu, pergi ke bar sana kalau ingin ditemani gadis! Si
tamu tak terima, Jang Mi terpaksa menahan ibunya dan ayah menyuruh tamunya
pergi saja. Ibu makin kesal karena mereka belum bayar, tapi ayah berkata kau
harus mengusir orang mabuk dengan cara seperti itu.
“Kau ini ayah yang lembek, itu
sebabnya dia tak mau menikah. Sudah kubilang tak usah jual minuman keras!”
semprot ibu Jang Mi. “Tapi kenapa kau malah bawa Jang Mi kesini?” sahut ayah
tak mau kalah. Meski Jang Mi minta mereka berhenti, tak ada yang mau mengalah.
Ibu mengeluarkan surat cerai dan cap, minta mereka berpisah.
Jang Mi tak percaya surat itu
masih ada, ibu selalu bilang begitu saat Jang Mi masih SMA. Ibu bertahan agar
Jang Mi tak sulit menikah nanti, tapi Jang Mi malah tak ingin menikah, jadi
sudah saatnya ia berpisah sekarang. Ibu siap membubuhkan cap di surat itu, tapi
Jang Mi langsung berteriak, aku akan ke rumah mereka! Haha, ibu berhasil, meski
Jang Mi jelas nggak rela.
[D-2]
“Kau harus pergi,” ujar Ki Tae.
Jang Mi masih nggak rela, kau bahkan tak peduli. Ki Tae minta Jang Mi jangan
memperumit masalah. Jang Mi mengungkit ia sudah menyelamatkan hidup Ki Tae.
“Kaulah yang hampir membunuhku.
Kau yang merusak kenop pintu kamar mandiku.”
Jang Mi tertawa, “Kau langsung
memelukku erat setelah melihatku datang.”
Ki Tae terdiam. “Mungkinkah..
kau mulai punya perasaan padaku? Jadi itu sebabnya kau menyuruhku pergi? Karena
kau benar-benar ingin menikah denganku?” selidik Jang Mi. Ki Tae tertawa, ia
ingin Jang Mi pergi karena ia tak ingin menikah. Ibu mengundangmu karena ia tak
ingin kau jadi menantunya. Jang Mi bingung. “Ia ingin kau merasakan kalau
menjadi menantunya sangatlah rumit, jadi ia ingin kau menyerah. Ia akan bilang kalau
ia menerimamu, padahal ia ingin mengakhirinya dengan baik-baik,” jelas Ki Tae.
Jang Mi menyerah, kita mengaku
saja. Ki Tae menolak, sudah terlambat. Jang Mi bersikeras, kebohongan kita
semakin banyak, kita harus akhiri ini. Ki Tae setuju saja, tapi harus ibunya
yang mengakhiri ini, ini pertarungan harga diri, ia tak bisa menyerah begitu
saja. Jang Mi ngedumel, kenapa aku harus terlibat dalam pertarungan harga
dirimu ini? Ki Tae meminta Jang Mi menunjukkan sosok yang paling jelek di hari
itu.
“Aku harus bagaimana?” keluh
Jang Mi. Seakan mendapat ide, Ki Tae langsung berkata Jang Mi cukup menjadi
dirinya yang biasa. Muahahaa, maksudnyaa??
Jang Mi dan Ki Tae keluar RS
bersama. Ki Rae berkata ia akan istirahat di rumah hari ini, jadi jangan
datang. Jang Mi tak masalah, ia juga punya rencana lain. “Dengan siapa?” tanya
Ki Tae langsung. Yeo Reum muncul dan merangkul Jang Mi pergi.
Ki Tae yang tampak, uhukk,
cemburu mengikuti mereka dengan mobilnya. Saat mereka pergi makan, tiba-tiba Ki
Tae ikut bergabung dan dipelototi Jang Mi, kenapa kau kesini?
“Bagaimana bisa aku membiarkan
pacarku makan dengan pria lain?” jawab Ki Tae. Yeo Reum tak tau itu, yang ia
tau Jang Mi pacar bosnya, dan ia tau Ki Tae dan bosnya berteman. Ki Tae
berdalih cinta lebih penting dari persahabatan. Yeo Reum bercanda kalau Ki Tae
harus berhati-hati padanya. Melihat Ki Tae menanggapi serius, Yeo Reum berkata
ia mana mungkin berani, kau lebih kaya dan.. lebih tua dariku. Hmmph, Jang Mi
cuma menahan tawa dan minta mereka berhenti.
Pesanan mereka datang, Jang Mi
dan Yeo Reum sama-sama tak suka menggunting mie-nya. Ki Tae yang kesal karena
beda sendiri meraih mangkuk Jang Mi, berkata kalau mereka sering banyak
berbagi, dan menyeruput kuahnya.
“Kalian pernah tidur bersama
juga?” tanya Yeo Reum datar. Dan yak, nyemburlah itu kuah mi dari mulut Ki Tae.
Yeo Reum bisa mengambil kesimpulan sendiri, ternyata belum. Ki Tae kesal,
“Memangnya kenapa kalau sudah?” Jang Mi minta mereka berdua berhenti. Yeo Reum
dengan cuek malah berkata ia tak peduli kalaupun sudah dan kembali asik memakan
mie-nya. Jang Mi pun mengomel tanpa suara pada Ki Tae, hahaa.
Selesai makan, Jang Mi menarik
Ki Tae keluar dan seperti biasa, mereka mulai bertengkar. Jang Mi bilang agar
Ki Tae jangan khawatir, ia baru mengenal Yeo Reum dan akan berhati-hati. Ki Tae
menganggap Jang Mi tak cocok dengan Yeo Reum. “Bukan urusanmu!” sahut Jang Mi.
Tapi Ki Tae tak setuju, bagaimana kalau ibu melihatmu dengan pria lain? Jang Mi
mengingatkan kalau urusan mereka sebentar lagi selesai. “Jadi, berkencanlah
setelah urusan kita selesai. Makanya, kacaukan dulu upacara peringatan itu,”
tegas Ki Tae.
Yeo Reum keluar membawa bill dan
menyodorkannya pada Ki Tae. Melihat pandangan Jang Mi dan Yeo Reum, Ki Tae
terpaksa masuk dan membayarnya. Dan Yeo Reum dengan teganya menarik Jang Mi
pergi, meninggalkan Ki Tae yang kesal setengah mati saat keluar.
Jang Mi yang berlari bersama Yeo
Reum berhenti sebentar karena ada sebuah pesan masuk. Dari Ki Tae, bibiku bisa saja memata-mataimu, jangan
sampai ketahuan. Jang Mi jadi panik melihat sekeliling dan mengajak Yeo
Reum pergi ke tempat sepi. Mereka berdua pun ke taman, dan Jang Mi tetap saja
waswas dan curiga ada yang memata-matainya. “Kau harus terbiasa dengan itu,
para wanita menyukaiku,” ujar Yeo Reum pede. Jang Mi yang tadinya khawatir jadi
tertawa. Melihat gerak gerik Jang Mi, Yeo Reum merasa kalau Jang Mi sedang
menunggu seseorang.
“Kau khawatir pada Ki Tae? Kalia
benar-benar berkencan?” tanya Yeo Reum. Jang Mi tak tau dan pandangannya
tertuju pada mobil yang baru parkir di dekat mereka. Dasar Jang Mi merasa
bersalah, ia khawatir itu mobil bibi yang memata-matainya dan buru-buru
mengajak Yeo Reum pergi sambil menutupi mukanya dengan kaleng minuman.
Jang Mi berhenti, menutupi wajah
dengan rambut, dan mengamati dari balik pohon. Yeo Reum bingung, kenapa Jang Mi
bersembunyi? Jang Mi juga tak tau. Jang Mi mengajak Yeo Reum pergi, tapi malah
melihat sesuatu yang lebih menghebohkan dan buru-buru sembunyi lagi. Tambah
bingunglah si Yeo Reum, apa kau mengenal mereka?
Ternyata Jang Mi melihat ayah Ki
Tae dan seorang wanita yang ia kira ibu Ki Tae, jadi Jang Mi takut dan
sembunyi. Tapi scarf yang dipakai wanita itu terbang, dan rupanya itu wanita
lain. Ayah Ki Tae berjalan ke arah Jang Mi untuk mengambil scarfnya dan Jang Mi
langsung panik. Ia berpaling ke arah Yeo Reum agar wajahnya tak terlihat.
Melihat posisi Jang Mi yang seolah akan menciumnya, Yeo Reum malah menutup mata
dan memonyongkan bibirnya, jadi ditaboklah itu bibir sama Jang Mi, huahahaa.
“Dia bukan ibu mertua,” gumam
Jang Mi shock saat melihat ayah Ki Tae mencium kening wanita itu. Yeo Reum
penasaran, siapa itu? Jang Mi masih tak percaya dan mengajak Yeo Reum pergi.
Yeo Reum akan mengantarnya, tapi Jang Mi menolak, ia ingin pergi sendiri.
Yeo Reum mendatangi mobil yang
tadi dicurigai Jang Mi, yang ternyata Se Ah-lah yang ada di dalamnya dan
menyuruh Yeo Reum masuk. “Kau sepertinya dekat dengan Jang Mi, memangnya apa
hubungan kalian?” tanya Se Ah. Yeo Reum berkata kalau Jang Mi berbeda dengan
wanita lain, semua orang pasti akan langsung tertarik. Se Ah langsung ke
intinya dan berkata kalau ia tertarik pada Gong Ki Tae, kudengar dia dan Jang
Mi bertemu dengan orang tua masing-masing. Ki Tae tak mungkin tulus
mencintainya.
Yeo Reum tertawa, ia merasa sebaliknya, sepertinya Ki Tae-lah
yang sangat serius mencintainya, tapi Jang Mi yang tak peduli. Yeo Reum malah
merasa kalau Jang Mi tertarik padanya.
Se Ah hanya tertawa dan minta
Yeo Reum mencari tau tentang hubungan mereka. “Kenapa harus aku?” tanya Yeo Reum.
“Bukankah kau ingin mengenal dia sekarang? Kau akan membunuh dua burung dengan
satu batu,” jawab Se Ah sambil menyodorkan sebuah amplop. Tanpa pikir panjang,
Yeo Reum tersenyum dan mengambilnya.
Di bis, Jang Mi tak habis pikir
dengan apa yang dilihatnya tadi, ia jadi merasa kasihan pada Ki Tae. Sementara
itu, Ki Tae mengecek pintu kamar mandinya yang sudah benar sambil bergumam
kesal, kenapa harus Yeo Reum dari semua pria? Seleranya sangat buruk.
[D-1]
Jang Mi dilema, beritahu Ki Tae
atau tidak? Hyun Hee yang ada di sampingnya penasaran dan tanya apa yang
mengganggu Jang Mi. Tak ada, jawab Jang Mi. Hyun Hee kecewa, dulu kita selalu
berbagi segalanya, apa ini karena Hoon Dong oppa? Persahabatan para wanita
memang dangkal. Bukan seperti itu, jawab Jang Mi. Tapi Hyun Hee tetap merasa
Jang Mi tak percaya padanya, kalau begitu tanya saja sendiri pada Hoon Dong
oppa.
Dan, muncullah Hoon Dong. Jang
Mi melirik kesal Hyun Hee yang malah berkata gara-gara Hoon Dong menyakitinya,
Jang Mi malah berkencan dengan sembarang pria. “Apa? Sembarang pria?” tanya
Jang Mi kesal. Hyun Hee, “Gong Ki Tae atau Han Yeo Reum? Atau Hoon Dong oppa?”
Hoon Dong berkata Jang Mi bisa
bilang perasaanmu yang sebenarnya sekarang. Jang Mi tentu tak mau. Hoon Dong
pun berlutut dan menyodorkan buket bunga pada Jang Mi, “Sekarang aku tulus
mencintaimu.” Jang Mi mengerti, ia memberitahu kalau ia tak suka salah satu
dari kalian bertiga, terutama kau! Hoon Dong tak percaya dan minta Jang Mi
jangan bersikap seperti itu. Jang Mi kesal
dan saat melihat ke arah lain, ada ibu Ki Tae yang berjalan ke tokonya.
Panik, Jang Mi menyeret Hoon Dong dan menyembunyikannya ke ruang ganti.
Jang Mi buru-buru keluar
menyambut ibu dan bertanya kenapa ibu kesini? Ibu ingin mengajak Jang Mi
belanja daging dan buah. Jang Mi sedikit ragu, tapi melihat Hoon Dong yang
keluar ruang ganti, Jang Mi segera mengiyakan dan mengajak ibu pergi. Hoon Dong
masih sempat melihat dan mengenali kalau itu ibu Ki Tae.
Di supermarket, Jang Mi
memandangi ibu iba. Ibu bertanya apa Jang Mi pernah mengupas chestnut sebelumnya? Jang Mi
mengingat-ingat, kalau yang dipanggang sudah. Ibu menebak kalau keluarga Jang
Mi tak punya ritual seperti itu. Jang Mi mengiyakan, tapi waktu kecil ia pernah
melihat para pria mengupas chestnut. Ibu
berkata kalau dikeluarganya hanya wanita yang melakukannya. Jang Mi tak setuju,
kita kan harus saling membantu. Ibu tak apa-apa, ia senang melakukannya, jika
ia bekerja lebih keras, orang yang ia cintai bisa menikmati banyak makanan enak
buatan sendiri. Itu kesenangan dan hak istimewa dari wanita. Jang Mi tertegun
dan mendesah.
Btw, Hoon Dong rupanya penasaran
dan menyusul Jang Mi. Jang Mi memandanginya kesal, dan ibu mengikuti arah
pandang Jang Mi dan mendekat. Hoon Dong jadi panik dan sembunyi. Jang Mi buru-buru
menyusul ibu yang merasa melihat orang yang ia kenal. Tapi Hoon Dong sepertinya
sudah berhasil pergi tanpa ketahuan.
Jang Mi membawa banyak belanjaan
ke mobil. Ibu Ki Tae berbasa basi ingin mengajak Jang Mi minum teh, tapi ia
masih banyak kerjaan, memasak nasi,sup, dan persiapan lainnya, kami juga harus
mengupas chestnut semalaman. Jang Mi
jadi tak tega dan menawarkan bantuan. Ibu senang dan memberikan gembolan chestnut dan minta Jang Mi datang lebih
pagi besok.
Jang Mi menggendong chestnut ke tempat kerjanya, dan
langsung disambut omelan manajernya karena Jang Mi pergi begitu saja saat jam
kerja. Jang Mi minta maaf, dan malah minta ijin untuk besok. Manajer malah
berkata kalau Jang Mi berpikir untuk berhenti demi pernikahan, beritahu saja
aku, kudengar calon ibu mertuamu datang. Jang Mi melirik curiga Hyun Hee yang
langsung ngoceh kalau Hoon Dong yang bilang padanya, dia ibunya dokter itu kan?
Manajer melihat sesuatu di
punggung Jang Mi dan begitu berbalik, manajer kaget ternyata itu gembolan chestnut, hahaa. Begitu manajer pergi,
Jang Mi melirik Hyun Hee yang langsung minta maaf.
Jang Mi yang lembur pulang
terlambat dan stress melihat segitu banyaknya chestnut yang harus dikupas. Jang Mi pun ke apartemen Ki Tae, dan
membuka sendiri passwordnya. Ki Tae keluar kamar dan kesal karena Jang Mi masuk
tanpa menekan bel dan kenapa kau kesini? Jang Mi malah bilang kalau harusnya Ki
Tae bersyukur, bagaimana kalau kau terkunci lagi di kamar mandi? Jang Mi
berbalik dan menurunkan chestnut yang
digendongnya daritadi, ibu menyuruh mengupasnya, ini pekerjaan rumahmu! Ayo
lakukan bersama!
“Kau yang bilang pada ibuku kau
akan melakukannya? Kau sudah jatuh ke dalam perangkapnya,” sahut Ki Tae kesal.
Jang Mi biasa saja dan menyodorkan pisau pada Ki Tae. Ki Tae tak mau, kau
lakukan sendiri saja. “Ini kan untuk kakekmu! Atau haruskah aku mengaku kalau
semua ini hanya akting?” ancam Jang Mi.
Jadi terpaksalah Ki Tae membantu
Jang Mi mengupas itu chestnut, yah
meski sambil ngomel, ia tak menyuruh Jang Mi melakukan ini. “Aku cuma merasa
kasihan padanya,” jawab Jang Mi. “Siapa? Ibuku?” tebak Ki Tae. Jang Mi
mengangguk, dia sudah bekerja keras untuk keluargamu, tapi kau tak menurutinya.
Kau tak pernah tinggal bersamanya, dalih Ki Tae. Sedikit ragu, tapi Jang Mi
berkata akan mememberitahu Ki Tae sesuatu, tapi nanti kau bisa terluka.
“Apa?”
“Tapi aku harus memberitahumu
sebelum terlambat. Kau bisa bicara denganku, aku akan mendengarkannya. Aku juga
terluka saat orang tuaku bertengkar.”
“Apa yang ingin kau katakan?”
“Jangan terkejut.. ayahmu punya
selingkuhan.” Ki Tae minta Jang Mi diam dan marah, urus saja urusanmu sendiri.
“Kau sudah tau ya?” duga Jang Mi. Jang Mi minta Ki Tae memberitahu ayahnya agar
berhenti sebelum ibu tau, jika kau tak bisa aku akan menemuinya dan..
“Kau pikir kau siapa?” tanya Ki
Tae.
“Apa maksudmu? Aku...” Jang Mi
tak bisa melanjutkan. Ki Tae minta Jang Mi tak usah ikut campur dalam urusan
keluarganya, kau pikir kau bagian keluarga kami? Ki Tae marah dan menendang chestnut-nya, “hubungan kita akan
berakhir besok, ingat itu?” Jang Mi berkata kalau ia menyesal sudah ikut campur
dalam urusan keluarga Ki Tae yang hebat itu dan pergi.
Di luar Jang Mi ngedumel kalau
ia kan hanya khawatir pada Ki Tae, si bodoh itu.. dia terus saja diam begini.
Tapi dalam sedetik Jang Mi berubah pikiran, aku juga tak ingin berhubungan
denganmu! Adegan terjelek akan kutunjukkan agar semuanya berakhir besok.
Bersambung ke Part 2
Bersambung ke Part 2
lucu x
ReplyDelete