Jang Mi menemui Yeo Reum di taman dan terkejut karena Yeo Reum sudah memasakkan sesuatu untuknya. Ia teringat perkataan Ki Tae tadi kalau foto di SNS Yeo Reum semuanya makanan, ia tak mungkin memakan semuanya sendirian. Jang Mi tersenyum, aah, kau suka memasak kan?
Ki Tae kembali sendirian dan
mengomel soal Jang Mi yang datang dan pergi semaunya, selalu saja membuang
waktuku, sambil menghabiskan ramennya. Jang Mi mencicipi masakan Yeo Reum dan
memujinya. Sebagai gantinya, Jang Mi menawarkan kimchi yang dibawanya dari
rumah Ki Tae, tapi Yeo Reum tak suka kimchi. Jang Mi kemudian mencoba lagi
masakan Yeo Reum, lalu memasukkan kimchi ke mulutnya dan terpana, ini enak
sekali dimakan bersama. Jang Mi memaksa Yeo Reum mencoba, awalnya sih Yeo Reum tak
mau, tapi setelah mencoba ia setuju pada Jang Mi.
“Mau menjadi teman makan?” tanya
Jang Mi, kau selalu makan di pojok dapur, makan itu penting, aku makan bersama
saat kau tak ingin makan sendirian, ya? Yeo Reum tersenyum mengiyakan. Jang Mi
ikut senyum dan lanjut makan. “Oke, aku
akan menikmati waktuku, tak perlu
terburu-buru”, batin Jang Mi.
Bibi Ki Tae memperlihatkan hasil
spionasenya pada Jang Mi ke ibu Ki Tae dan nenek, foto Jang Mi yang bekerja di
department store. Nenek berkomentar kalau Ki Tae bisa juga tertarik pada
seseorang yang tak seperti ibunya, aku benar-benar mengerti, mengancam,
membuntuti, menguping, keluarga macam apa ini? Nenek tak mengatakan apapun
untuk kedamaian keluarga ini, tapi ia tak bisa menahannya lagi, itulah kenapa
Ki Tae ingin tinggal sendiri. Ibu membenarkan, semua ini salahku, jika ibu (nenek
maksudnya) ingin membantu itu sangat membantu.
“Membantumu?” tanya nenek. Ibu ingin
nenek mengetahui apa yang Ki Tae pikirkan, dia akan membuka diri padamu. Nenek senang
dan membenarkan, dia memang selalu begitu.
Nenek datang ke rumah sakit Ki
Tae, tapi Ki Tae tak bisa menemuinya karena rupanya Ki Tae kedatangan tamu. Siapa?
Ternyata ibu Jang Mi yang datang karena penasaran dengan rumah sakit Ki Tae,
kau punya banyak pasien kan? Ki Tae membenarkan dengan canggung. Ibu Jang Mi
berkomentar kalau kulit Ki Tae terlihat kasar dan matanya bengkak. Ki Tae berkata
kalau ia makan ramen semalam. Ibu Jang Mi tak percaya, kau tak menangis sebelum
tidur kan, karena Jang Mi membuatmu menderita. Ki Tae melotot lalu tertawa
membenarkan. Ibu Jang Mi berjanji akan mengubah pikiran anaknya, jangan
khawatir oke?
Ibu Jang Mi mencoba perhatian
dan mengelus pipi calon menantunya, kulit dokter bedah plastik harusnya lebih
baik, dan kemudian ganti mengelus tangan Ki Tae dan berpesan, jika mungkin
jangan makan ramen. Ki Tae sampe merinding dan berkata ia akan mencobanya,
hahaa.
“Kau tak memberitahu ibumu?”
tanya Ki Tae langsung saat menelpon Jang Mi. Jang Mi berkata ia punya alasan. “Alasan
apa? Sekarang ia ada di rumah sakit,” beritahu Ki Tae sambil memegang pipinya
yang tadi dielus, huahahaa.
Tapi Jang Mi juga sedang sibuk, karena ada yang datang mengunjunginya juga.. nenek. Nenek yang basah kuyup kehujanan minta waktu Jang Mi dan menagih janjinya untuk membuat pancake.
Tapi Jang Mi juga sedang sibuk, karena ada yang datang mengunjunginya juga.. nenek. Nenek yang basah kuyup kehujanan minta waktu Jang Mi dan menagih janjinya untuk membuat pancake.
Dan entah kenapa mereka malah
menuju apartemen Ki Tae. Jang Mi khawatir, dia tak disini, apa tak apa-apa? Nenek
yakin, ia tau Jang Mi sering datang ke sini. Jang Mi tersenyum kecut,tapi ia
tak tau passwornya. “Jadi kalian belum sedekat itu,” komentar nenek yang
kemudian mencoba ulang tahunnya sebagai password. Ternyata bukan. Ah, ini pasti
4 nomor terakhir ponselku. Bukan juga. “Dia mencintai dirinya sendiri, coba
ulang tahunnya,” saran Jang Mi. Nenek tak yakin, tapi dicobanya juga, dan benar
saja pintunya terbuka. Jang Mi memang jjang!
Jang Mi menganggap itu rumahnya
sendiri dan memasakkan pancake untuk nenek. Bibi menelpon Ki Tae, bertanya apa
ia tak bertemu nenek? Ia pergi naik taksi menemuimu, tapi ia tak mengangkat
telponnya. Rupanya nenek tak mendengar bunyi ponsel karena asik bernyanyi dengan Jang Mi sambil minum arak
beras. “Apa yang kau pikirkan tentang Ki Tae?” tanya nenek. “Dia pria egois
yang kejam,” jawab Jang Mi yang mabuk jujur. Tapi tak lama ia sadar sudah salah
omong dan minta maaf. Nenek berkata Ki Tae tampak dingin, tapi ia penuh kasih
sayang dan perhatian, ia butuh seseorang yang terus terang sepertimu, jagalah
dia ya? Jang Mi mengeluh, tapi ia lebih suka sendirian.
Nenek berkata ini semua
salahnya, alasan kenapa ia pergi, kenapa ia ingin tinggal sendiri. Nenek menangis
dan merasa sangat bersalah, ia bahkan tak bisa tidur dengan baik. Jika tertidur,
nenek akan mulai mimpi buruk, kau harusnya mati saja saat sudah tua. Jang Mi
minta nenek tak berkata seperti itu. Nenek meminum arak berasnya dan berkata,
aku harusnya mati, lalu tak sadarkan diri dan wajahnya terkulai di piring
pancake.
Jang Mi super panik dan menelpon
Ki Tae. Ki Tae yang sedang mencari nenek di tengah hujan minta Jang Mi bicara
nanti saja. Jang Mi minta Ki Tae segera datang ke rumah. Ki Tae tak mau, untuk
apa aku harus datang ke rumahmu. “Maksudku rumahmu! Nenekmu pingsan,” jawab
Jang Mi. Ki Tae panik dan mulai ngebut pulang.
Sampai rumah, nenek sudah akan
dibawa ke ambulance. Jang Mi menarik Ki Tae dan minta maaf, ini salahku. Ki Tae
melihat kekacauan di rumahnya dan akan menyemprot Jang Mi, tapi Jang Mi
cepat-cepat menjelaskan kalau nenek tadi datang ke toko basah kuyup, ia tak
bisa menyuruhnya pulang, kupikir aku harus membuatnya hangat dan aku pernah
bilang akan memasak untuknya. Ki Tae hanya minta Jang Mi pergi, lalu pergi
menyusul nenek.
Begitu tiba di UGD, bibi dan ibu
Ki Tae sudah di sana. Ibu bertanya apa yang terjadi pada Ki Tae. “Nenek minum
terlalu banyak,” jelas Ki Tae. “Alkohol? Dengan siapa?” tanya ibu. “Denganku,”
jawab Ki Tae. Aww, he didn’t want Jang Mi be the one to blame :”)
Jang Mi tiba di UGD, tapi tak
berani masuk. Di dalam dokter menenangkan kalau semua baik-baik saja. Bibi masih
panik, lalu kenapa ia tak sadar? Tapi nggak lama nenek malah ngorok, hahaa. Dokter
tersenyum dan menebak akhir-akhir ini ia pasti kurang tidur. Ibu membenarkan,
ia punya insomnia. Hahahaa, jadi nenek cuma tidur doang nih? Bibi sampe kesal,
ia hampir kena serangan jantung.
Ibu mengajak Ki Tae bicara di
luar, dan bertemu Jang Mi yang langsung bertanya keadaan nenek dengan khawatir.
Bibi mencium bau alkohol dari mulut Jang Mi, jadi nenek minum denganmu? Jang Mi
hanya bisa minta maaf. Ibu Ki Tae minta Jang Mi menjelaskan. Jang Mi belum
berkata apapun, tapi Ki Tae menariknya pergi.
Ki Tae memarahi Jang Mi, ia
sudah bilang untuk tau batasannya, melewati batas itu cute sekali dua kali,
tapi akan memburuk setelah itu. Kau menjadi stalker karena Hoon Dong, kau belum
berubah. Jang Mi tertegun, itu terlalu kejam.
“Kau pikir kenapa aku memegang
tanganmu untuk memulai ini? Aku ingin hidup sendiri dengan damai! Kau hanya
memperumit semuanya!”
“Bukan itu maksudku.”
“Lalu apa maksudmu? Kau sungguh
ingin menikah denganku sekarang? Itulah kenapa kau menerobos masuk apartemenku?
Dan membuat nenek minum seperti ikan? Dan mendesak ibumu datang ke rumah sakit?”
“Aku tak bisa mengatakan yang
sesungguhnya pada ibu karena.. aku minta maaf, tapi...”
“Bangunlah! Aku tak punya
keinginan untuk menikah dan aku benci gadis sepertimu.”
Jang Mi terisak dan minta maaf
untuk semua kekacauan, aku akan menghilang, ucap Jang Mi lalu pergi. Detik itu
juga Ki Tae menghela napas, menyesal.
Di rumah, Ki Tae membereskan
semua kekacauan yang dibuat Jang Mi dan nenek, lalu berendam air hangat dengan
lega, akhirnya aku sendirian, ini menyenangkan. Ki Tae akan keluar kamar mandi,
tapi pintunya tak mau terbuka. Ia ingat, pasti karena kejadian dengan Jang Mi
waktu itu.
Jang Mi menghempaskan diri di
kasur dengan kesal, berharap Ki Tae hidup bahagia selamanya sendirian.
Ki Tae panik dan berteriak minta
tolong. Tapi tentu tak ada seorang pun yang mendengar, Ki Tae menyerah dan
berharap seseorang datang.
“Tidak, aku tak akan pernah ke
sana lagi,” ucap Jang Mi yang masih kesal. Tapi ia penasaran dan khawatir
dengan keadaan nenek. Jang Mi pun mengirim pesan ke Ki Tae, bagaimana keadaan
nenekmu?
Jang Mi menutup ponselnya kesal,
Ki Tae sama sekali tak membalas pesannya. Jang Mi teringat Ki Tae yang
membawanya pergi dari omelan ibu dan bibi, apa ia ingin melindungiku? Jang Mi
menelpon Ki Tae, tapi tetap tak ada jawaban.
Ki Tae mondar mandir di kamar
mandi, super bosan. Baca buku, push up, mencetin komedo, dan lain-lain agar
tetap sibuk. Pihak rumah sakit pun kebingungan karena Ki Tae tak muncul,
operasi hari ini terpaksa ditunda. Jang Mi datang dan perawat berkata kalau dr.
Gong tak bisa dihubungi sejak kemarin. Jang Mi mulai khawatir, apalagi Ki Tae
tetap tak mengangkat telponnya.
Se Ah datang ke toko tempat Jang
Mi bekerja, entah sengaja atau tidak. Jang Mi langsung bertanya apa Se Ah bisa
menghubungi Ki Tae? Ponselnya mati dan ia tak pergi bekerja, kupikir sesuatu
terjadi. Se Ah berkata harusnya kau sudah berpengalaman dengan Hoon Dong,
mengapa pria menghilang. Dia melakukan itu saat ingin sendirian, lebih baik
tinggalkan ia sendiri. Jang Mi hanya mengiyakan.
Ki Tae mulai lemas, kantung
matanya menghitam dan bibirnya sangat kering. Ia tak bisa berharap ibunya
datang, ibunya marah dan tak ingin anaknya membangkang lagi. Se Ah? Tidak
mungkin juga. Hoon Dong? Apalagi. Ki Tae teringat Jang Mi, tapi mengingat
pertengkaran mereka terakhir kali, Jang Mi tak mungkin datang. Ki Tae makin
putus asa, dan hampir kehilangan kesadaran.
Jang Mi pulang ke rumahnya yang
sepi dan mulai menyalakan semua lampu dan tv. Saat akan minum, Jang Mi
menyenggol gelas sampai terjatuh dan pecah. Flashback, Jang Mi kecil menangis
dengan kaki berdarah karena menginjak pecahan kaca, ia ingin minum tapi
gelasnya malah melukai kakinya. Kembali ke masa sekarang, Jang Mi membereskan
pecahan kaca dan tertegun, merasa ada firasat buruk dan buru-buru pergi.
Se Ah rupanya terganggu dengan
perkataan Jang Mi soal Ki Tae yang tak bisa dihubungi, dan memutuskan putar
balik ke arah rumah Ki Tae.
Jang Mi sudah di depan apartemen
Ki Tae, memencet bel tapi tak ada jawaban. Jang Mi mengetuk pintu, dan tak
terdengar suara apapun di dalam. Jang Mi akhirnya menekan password dan masuk.
“Gong Ki Tae, apa kau di dalam?”
tanya Jang Mi sambil melangkah masuk. Baru satu langkah, ia ingat perkataan Ki
Tae, “Jangan melewati batas, itu hanya
cute sekali atau dua kali dan akan memburuk setelahnya”. Tapi toh Jang Mi
tetap masuk dan minta Ki Tae menjawabnya.
Ki Tae sudah tergeletak tak
sadarkan diri di kamar mandi. Jang Mi berteriak minta maaf sudah mengganggu,
tapi ia sangat khawatir, sebenarnya aku hampir mati saat di rumah sendirian
saat usia 5 tahun, karena itu ia tak bisa sendirian dan jadi khawatir tentang
keadaan orang lain. Gong Ki Tae, apa kau baik-baik saja? Jang Mi berkata
teman-temannya jadi lebih dekat saat tau ia akan menikah dengan dokter bedah
plastik, ia tak pernah melihat mereka seperti itu, tapi Jang Mi minta maaf atas
semuanya.
“Maaf! Kau harusnya bicara padaku sekarang! Hey, Gong Ki Tae, kau tidur? Cepat jawab aku! Aku akan pergi setelah memastikan kau baik-baik saja!“ teriak Jang Mi tak sabar.
“Maaf! Kau harusnya bicara padaku sekarang! Hey, Gong Ki Tae, kau tidur? Cepat jawab aku! Aku akan pergi setelah memastikan kau baik-baik saja!“ teriak Jang Mi tak sabar.
“Disini...” jawab Ki Tae lemah.
Sementara Se Ah sampai di depan
gedung apartemen Ki Tae, Jang Mi panik saat tau Ki Tae terkunci di kamar mandi
dan mencoba membukanya dengan... pisau. Dan berhasil. Jang Mi shock saat
melihat Ki Tae terbaring tanpa daya. Jang Mi mencoba membangunkan Ki Tae, tapi
Ki Tae malah memeluknya erat. Jang Mi berusaha melepaskan diri, tapi Ki Tae
memeluknya makin erat.
Komentar:
Jang Mi, biar dia bertengkar kayak apa sama Ki Tae, tetep aja kembali, huehehee..
Jang Mi, biar dia bertengkar kayak apa sama Ki Tae, tetep aja kembali, huehehee..
Makasih sinopsisnya, tetap dilanjut ya semangat^^
ReplyDeleteSeru. Lucu.
ReplyDeleteMakasih sinopsisnya. Salam kenal :)