[D-Day]
Ibu Jang Mi membangunkan
putrinya yang masih tidur nyenyak dan memilihkan baju untuknya. Jang Mi membuka
mata dan berkata ia sudah memilih baju semalam. “Mana? Tunjukkan padaku?” suruh
ibu. Jang Mi bangun, aku sedang mengenakannya sekarang. Muahahaa, jadi Jang Mi
sudah tidur pake baju yang mau dipakenya ke rumah Ki Tae, plus celemeknya. Ibu
Jang Mi sampe speechless liatnya.
Dan Jang Mi langsung keluar
tanpa mandi atau apapun. Ibu mengejarnya, kau kesana dengan penampilan seperti
baru bangun tidur? Jang Mi tak peduli, aku hanya akan membuat pancake seharian
ini, kenyamanan adalah yang terbaik. “Tapi tetap saja, kau akan bertemu
keluarga besan,” sanggah ibu. Jang Mi menegaskan kalau ia ingin penampilan
dengan konsep rajin dan langsung pergi.
Jang Mi datang dan ibu Ki Tae memandangi
penampilan Jang Mi dari atas ke bawah. Jang Mi cuek dan tersenyum menyapa ibu,
disini sepi sekali, belum ada yang datang ya? Ibu berkata para tamu baru akan
datang malam nanti. Jang Mi pun menanyakan dimana nenek dan bibi Ki Tae? Sedang
pijat refleksi, jawab ibu sambil melangkah ke dapur.
Di dapur, Jang Mi takjub melihat
banyaknya hal yang sudah dikerjakan ibu. Ibu bertanya dimana chestnutnya? “Oh, Ki Tae akan membawanya
nanti,” jawab Jang Mi. Ibu bingung, Ki Tae? Jang Mi menjelaskan kalau mereka
mengupasnya bersama. “Kau membuat dokter mengupas chestnut? Dia selalu mengoperasi orang, bagaimana jika tangannya
terluka?” tanya ibu tak percaya. Jang Mi menunduk, tapi sedetik kemudian ia
memuji Ki Tae yang sangat hebat mengupasnya dan tertawa, aku penasaran darimana
dia belajar.
Ibu merasa ini semua salahnya,
seharusnya ia tak meminta bantuan Jang Mi. Jang Mi jadi tak enak, apalagi ibu
bilang kalau lebih baik ia melakukan semuanya sendirian, Jang Mi istirahat
saja. “Tidak! Biar kubantu,” cegah Jang Mi.
Nenek dan bibi Ki Tae yang
sedang pijat refleksi membicarakan Jang Mi, bibi penasaran apa Jang Mi akan
datang? Dia akan membuat kekacauan besar. Nenek berkata itulah yang diinginkan
Bong Hyang (ibu Ki Tae). Bibi mengajak nenek pulang agar tak kelewatan hal seru
di rumah. Nenek tak setuju, Jang Mi bisa membuat pancake yang sangat enak.
Dan Jang Mi menggelar tikar di
taman, berkutat membuat pancake di bawah terik matahari. Jang Mi nyaris tak
kuat, keringat bercucuran, bahkan rambutnya sudah basah oleh keringat. Jang Mi
menelpon Ki Tae dan kesal saat tau yang ditelpon sedang santai memesan jus,
“Aku mati-matian membantu keluargamu dan kau malah menikmati minuman di
restoran? Segar kan?”
“Bakar saja semua itu, atau
hancurkan sampai jadi bubur,” suruh Ki Tae. Tapi Jang Mi tak bisa bermain
dengan makanan dan bertanya kenapa kau belum datang. Ki Tae berkata kerjaannya
belum selesai. Jang Mi melepaskan sutil yang dipegangnya kesal, “Aku malah
ambil cuti hari ini. kehidupan pernikahan memang tak adil ya?”
“Siapa yang peduli? Kita tak
akan benar-benar menikah.”
“Aku tak akan sejauh ini jika
itu sungguhan,” teriak Jang Mi. Ki Tae minta Jang Mi sabar, dan Jang Mi minta
Ki Tae cepat datang, jangan lupa chestnut-nya
dan menutup telponnya. Jus pesanan Ki Tae sudah siap dan saat berbalik, ada
Hoon Dong di hadapannya. Ia berpesan jangan sakiti Jang Mi.
Ki Tae hanya berkata ia mengerti
dan pergi, Hoon Dong tak terima dan menahannya, kau tak merasa bersalah ya? Aku
duluan yang bersamanya. Jika kau temanku jangan dekati dia. Ki Tae minta maaf,
tapi ibuku mencintainya, Jang Mi malah sedang memasak untuk upacara peringatan
keluarga sekarang. Yeo Reum yang juga ada di situ menoleh mendengar perkataan
Ki Tae. Hoon Dong tak percaya, Ki Tae kan ingin tetap melajang, kau sungguh
ingin menikahinya? Ki Tae cuma senyum, membetulkan dasi Hoon Dong dan pergi.
Setelah bersusah payah, akhirnya
Jang Mi selesai memasak pancake! Jang Mi langsung nari-nari dengan hebohnya,
tapi di tengah-tengah pose yang nggak banget, nenek, bibi, dan bibi Ki Tae yang
lain datang. Freeze! Jang Mi baru sadar dan bangun setelah semua memandanginya
dengan aneh, dan menyapa mereka semua. Seorang bibi bertanya apa dia pembantu
baru? Hahaa. Bibi berkata kalau ia pacar Ki Tae. Bibi lainnya terkejut, jadi
nenek mengajak mereka segera masuk saja.
Nenek menghampiri dan memegang
tangan Jang Mi, kau kelelahan ya? Jang Mi mengiyakan, tapi ia senang, para
wanita sudah di sini sekarang. Nenek diam saja melihat ekspresi lega Jang Mi.
Karena ternyata, tak satupun yang berniat membantu di dapur, nenek, bibi dan
yang lainnya malah asik mengobrol sambil makan. Jang Mi yang sedang cuci piring
melirik sebal, ini tak adil, mereka cuma mau makan pancakenya. Dan saat bibi
minta dibawakan arak beras, ibu berkomentar kalau mereka tak cuma makan pancake
dan pergi mengambilkannya.
Jang Mi benar-benar tak sabar,
mereka hanya minta berbagai macam hal tanpa membantu sama sekali, tunggu saja
adegan terjelek nanti. Ponsel Jang Mi berdering, dari Yeo Reum. Jang Mi
berbisik-bisik mengangkatnya dan berkata nanti ia akan menelpon, ia sedang
sibuk sekarang. “Dimana kau sekarang?” tanya Yeo Reum. “De..department store,”
jawab Jang Mi bohong, tepat saat bibi muncul dan minta Jang Mi membawakan buah.
Refleks, Jang Mi berteriak iya bibi, dan langsung diralat, maksudku nyonya!
Bibi bingung, kenapa dia memanggilku begitu? Bibi penasaran siapa yang ditelpon
Jang Mi dan malah menguping.
Jang Mi berkata pada Yeo Reum
kalau ia tak bisa keluar sampai tengah malam nanti. Tak apa, jawab Yeo Reum,
aku akan menunggu di restoran. Ki Tae yang baru datang mencium keadaan bahaya
dan langsung berteriak memanggil Jang Mi. Jang Mi kaget dan ponselnya terlempar
ke.. bak cuci piring, hahaa. Ki Tae menyapa bibi yang kaget melihat kedatangan
Ki Tae, sementara Jang Mi panik mengambil ponselnya. Btw, itu Ki Tae kok
keliatan ganteng banget pake jas rapi gitu? *eh, salah fokus*
“Hati-hatilah, banyak orang yang
mengawasimu,” bisik Ki Tae. Jang Mi malah bergumam sedih, ponselku mati. Ki Tae
mengatai Jang Mi yang selalu saja memakai ponsel bodoh itu. “Kau juga selalu
memanfaatkan orang! Tapi ini berharga untukku..” sahut Jang Mi tak mau kalah.
Ki Tae sibuk minta Jang Mi diam, kau ini keras kepala.
“Kau bawa chestnut-nya?” tanya Jang Mi. Ki Tae pun langsung menyodorkan tas
yang dibawanya. Ki Tae bilang harusnya Jang Mi istirahat saja, apa yang kau
lakukan di sini? Jang Mi juga tak tau. Btw, di scene ini mereka beneran tampak
seperti pasangan suami istri, aaaah, urri Nemo couple!
Malamnya, upacara peringatan
untuk kakek Ki Tae dilaksanakan, dan Jang Mi hanya berjongkok di belakang,
kelelahan. Jang Mi melihat ayah Ki Tae dan mengingat perselingkuhannya. Saat
makan malam, Jang Mi tampak tak bersemangat. Ayah minta Jang Mi makan, kudengar
kau yang memasak semua pancake. Ki Tae berkata kalau Jang Mi sedang tak enak
badan, tuangkan dia alkohol, ayah.
Semua yang di meja kaget, Jang Mi juga, tapi
ia terus menyodorkan gelasnya pada ayah. Selesai 1 gelas, Jang Mi minta
dituangkan 1 gelas lagi, dan lagi. Ayah berkomentar, kau pasti merasa sangat
stress.
Setelah minum 3 gelas, Jang Mi
mulai beraksi, “Ya, aku stress sekali. Kalian tak merasa bersalah?” Jang Mi
melirik Ki Tae, anak manja berhargamu ini malah muncul terlambat. Ki Tae
berkata ia sudah mengupas chestnut-nya.
Jang Mi gantian melirik bibi yang heran melihatnya, kau pergi untuk pijat
relaksasi kan? Padahal ibu yang pantas mendapatkannya. “Itu mensucikan kami
untuk ritual,” dalih Bibi. Jang Mi mulai menyemprot bibi lainnya yang kerjanya
cuma ngobrol, yang dijawab sudah lama mereka tak bertemu dan mengobrol. Jang Mi
berkata ia yang tak punya hubungan apapun sudah bekerja keras dengan ibu.
Nenek mencoba menengahi, tapi
Jang Mi juga kecewa pada nenek yang pura-pura tak tau, kupikir nenek baik.
Gantian ayah yang bicara, tapi Jang Mi berkata kalau ayahlah yang terburuk,
istrimu mengorbankan dirinya untuk semua orang, tapi apa yang ayah lakukan?
Ayah, “Oh, aku menulis...” Jang
Mi tak peduli ayah menulis apa dan bertanya apa yang ayah lakukan di luar?
Semua melemparkan pandangan tak mengerti, termasuk ayah. Jang Mi berkata ia
juga pernah di posisi itu, saat orang tua tidak akur hati anak sangat terluka
dan sebelum Jang Mi membeberkan apa yang dilihatnya, ibu memintanya berhenti
dan ikut dengannya.
Seorang bibi bertanya pada ayah
sebenarnya ada masalah apa. Tak ada, jawab ayah lalu pergi. Gantian Ki Tae yang
ditanyai, kata Ki Tae ini tentang orang tua Jang Mi, mereka tak akur.
Ibu merasa Jang Mi keterlaluan.
Jang Mi menyesal dan hanya ingin membantu. Ibu menghela napas, memangnya aku
terlihat menyedihkan? Ibu bukan orang bodoh, ia tau semua yang terjadi di
keluarga ini. “Tidak, kau tidak tau, ibu bodoh jika membiarkannya saja,” sahut
Jang Mi. Dan plak, ibu menampar Jang Mi, memintanya diam. Jang Mi sadar, ibu
sudah tau? Ibu minta Jang Mi jangan mengacau hanya karena sudah membantu
sedikit. Ki Tae mendengarnya dan ingat perkataannya yang serupa saat marah pada
Jang Mi kemarin.
Jang Mi mengiyakan dengan sedih,
ia sudah salah paham, ia pikir ia bagian dari keluarga ini karena ibu bekerja
keras dengannya seperti keluarga. Orang sepertiku hanya punya kewajiban, dan
tak ada hak, benar kan? Jang Mi tak mungkin bisa hidup seperti ibu, ia mungkin
bisa mencuci piring atau membuat pancake, tapi ia tak bisa menyembunyikan
kebenaran dan perasaan seperti ibu. Jang Mi yang marah pergi, dan terhenti saat
melihat Ki Tae ada di sana. Tapi tak mengatakan apapun, dan pergi.
Di ruang keluarga, para bibi
malah membicarakan Jang Mi yang memberikan kesan pertama yang buruk, sepertinya
dia labil. Seorang bibi membenarkan, jika orang tua labil, maka anaknya akan
seperti itu juga. Langkah Jang Mi terhenti. Dan para bibi masih menggosipkan
orang tua Jang Mi yang menjual minuman keras, pantas saja ia kuat minum seperti
itu. Apalagi orang tuanya seperti itu, kita perlu menerima cinta agar bisa
memberikan cinta.
Jang Mi tak tahan dan menatap Ki
Tae, “Kau.. kau bilang pada mereka tentang keluargaku?” Ki Tae diam saja. “Jadi
bukan hanya aku, kau juga melibatkan keluargaku dalam masalah ini? kau pasti
memanfaatkan sakit hatiku? Brengsek kau!” Jang Mi marah dan mulai memukuli Ki
Tae. Para bibi berusaha melerai, tapi Jang Mi malah mengambil ikan kering dari
meja peringatan dan memukuli Ki Tae dengan itu, “Aku sudah bekerja sangat keras
untukmu!” Dan Ki Tae pun jatuh tersungkur di meja peringatan sampai semuanya
berantakan.
“Apaan ini?” teriak ibu. Jang Mi
menatap Ki Tae, kau puas? Aku sudah melakukan tugasku, aku akan pergi sekarang.
Ki Tae mengejar Jang Mi dan menahannya. Jang Mi berkata ia sudah mengakhirinya
sekarang, apa lagi yang kau inginkan? Jang Mi tak mau mendengar apapun lagi dan
pergi.
Ki Tae kembali ke ruang keluarga
dan menemui ibunya yang sedang diomeli bibi lainnya karena memilih sembarang
wanita untuk Ki Tae, lebih baik hidup sendiri daripada menikah dengannya. Ki
Tae minta semua berhenti, “Aku hanya akan menikah dengan Jang Mi. Jika kau
menolak, aku akan tetap melajang.”
Bibi berkata Ki Tae tak normal,
kau kembali ke RS lagi saja, meja peringatan ayah jadi begini. Nenek yang
daritadi diam saja tertawa, ayahmu juga selalu memukul meja setiap kali ia
marah, kau pantas mendapatkannya sayang.
Di taksi, Jang Mi melepas
celemeknya dan memandangi ponselnya yang mati, Jang Mi jadi ingat Yeo Reum yang
berkata akan menunggunya. Jang Mi datang ke restoran yang sudah tutup, ia
mengetuk pintu tapi tak ada jawaban. Saat Jang Mi putus asa dan pergi, Yeo Reum
keluar, ternyata ia masih menunggu Jang Mi.
Bibi memberitahu ibu soal Jang
Mi yang mencurigakan dan akan bertemu seseorang di restoran, Jang Mi pasti
menyembunyikan sesuatu. Ibu menelpon seseorang.. ibu Hoon Dong dan bertanya apa
Hoon Dong sering menemui seseorang belakangan ini? Ibu Hoon Dong berkata kalau
ada seorang stalker, ia tak ingat namanya. Ibu penasaran dan mengajak mereka
bertemu besok. Ibu Hoon Dong setuju, besok ia akan menunggu di cafe Hoon Dong.
Yeo Reum memasak sesuatu,
sementara Jang Mi malah minum alkohol yang digunakan untuk masak. Spaghetti
buatan Yeo Reum sudah jadi dan Jang Mi makan dengan lahap.
“Kau kesulitan di rumah Ki Tae
ya?”
Jang Mi bingung, darimana kau
tau?
“Kau sangat ingin menikah ya?”
tanya Yeo Reum lagi. Jang Mi berhenti makan dan meminum alkoholnya, aku tak
ingin menikah dengannya, aku ingin membuat adegan yang jelek di sana, tapi
malah jadi kenyataan. Yeo Reum bertanya apa Jang Mi benar-benar punya perasaan
pada Ki Tae? Jang Mi menggeleng, tak ada hal seperti itu di antara kami.
“Benarkah?”
Jang Mi mengangguk,
“Sebenarnya.. aku sebenarnya.. benar-benar.. benar-benar.. khawatir padanya.”
Dan setelah berkata begitu, Jang Mi yang mabuk langsung tertidur. Yeo Reum
tersenyum memandangi Jang Mi, aku juga khawatir padamu. Di rumahnya, Ki Tae tak
bisa tidur mengingat Jang Mi yang tadi ditampar ibunya.
Paginya, ibu Ki Tae sudah siap berangkat
ke cafe Hoon Dong dan bibi memberi informasi itu pada Ki Tae. Ibu Hoon Dong
juga sudah mau berangkat. Sementara di mana Jang Mi? Ia masih di cafe Hoon
Dong, tertidur di sana, bersama Yeo Reum. Ki Tae berusaha menghubungi Jang Mi,
tapi tak tersambung. Ki Tae baru ingat ponsel Jang Mi mati, Ki Tae panik dan
menekan pedal gas lebih dalam. Sementara Jang Mi masih tidur dengan nyenyaknya.
Dan, terdengarlah seseorang
membuka kunci pintu cafe..
Siapakah itu?
Komentar:
Ampun yah Jang Mi – Ki Tae ini,
biar kerjaannya bertengkar terus tapi aura couplenya kerasa banget, beneran
kayak pasangan yang udah nikah. Dan waktu Ki Tae ngomong kalo dia cuma akan nikah sama Jang Mi, rasanya Ki Tae tulus dan itu bukan akting. Aww, Ki Tae...
Ki tae keliatannya udah mulai ada rasa nih, gemes deh sama couple ini hihi. Thanks sinopsis ya tetap dilanjut ya semangat^^
ReplyDeleteaduhh.. jd penasaran nih... tanks sinopsisnya y...
ReplyDelete