Monday, July 21, 2014

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 4 Part 1



Jang Mi marah dan memukuli Ki Tae di peringatan kematian kakeknya, “Aku menderita karenamu!” Ki Tae sampai jatuh menimpa meja berisi penuh makanan untuk kakeknya.

[D-4]


Jang Mi merangkul Ki Tae yang lemas keluar apartemen. Ki Tae menolak dibantu, ia baik-baik saja. Tapi begitu melepas tangannya dari Jang Mi, Ki Tae langsung mau terjatuh, untung Jang Mi sigap menangkapnya lagi, bahkan menggendong Ki Tae di punggungnya (buseet, kuat amat??).

Mereka bertemu Se Ah, dan Ki Tae buru-buru turun dari punggung Jang Mi. Ki Tae berkata ia tak apa-apa, tapi Jang Mi menjelaskan kalau Ki Tae pingsan di kamar mandi. Se Ah jadi khawatir, mana yang terluka? Tidak dimanapun, jawab Ki Tae.


“Kupikir kepalanya.. dia bersikap aneh,” sahut Jang Mi mengingat Ki Tae yang memeluknya tadi. Ki Tae sadar maksud Jang Mi yang bersikeras kalau ia tak normal. Se Ah mengajak segera ke rumah sakit, tapi Ki Tae masih tak mau, aku baik-baik saja, aku juga dokter. Jang Mi memukulnya, “Kau harus pergi karena dia dokter juga!” Dan Jang Mi pun kembali menggendong Ki Tae di punggungnya.



Di mobil, Se Ah sedikit masam melihat Jang Mi – Ki Tae yang tampak seperti pasangan yang overworried. Jang Mi memegang dahi Ki Tae, kau demam. Ki Tae menyingkirkan tangan Jang Mi, kepalanya yang sakit. Jang Mi makin khawatir, jadi kepalamu? Bagian mana yang terbentur, depan atau belakang? Pusing? Tutup matamu. Se Ah cuma diam dan melirik dari spion.


Di UGD, Ki Tae meyakinkan dokter kalau ia tak sakit dimanapun. Jang Mi mengomel karena Ki Tae tak memberitahunya saat terkunci di kamar mandi. “Aku sudah bilang aku baik-baik saja,” kata Ki Tae pelan. Ki Tae akan melepas selang infusnya, tapi dicegah Se Ah, selesaikan sebelum kau pergi (habiskan dulu infusnya maksudnya), kau tak makan apapun selama 48 jam, Jang Mi adalah penyelamat hidupmu, dan aku datang karena ia memberitahuku. Ki Tae kesal karena Jang Mi menyebar rumor kemana-mana dan ingin pulang, yang langsung dicegah Jang Mi, bertemulah dengan keluargamu sebelum pergi, mereka akan segera sampai.

“Bagaimana mereka bisa tau?” tanya Ki Tae heran. Jang Mi tersenyum, aku menelpon nenekmu, kupikir kau sangat kesakitan. “Kau mengenal keluarganya?” tanya Se Ah terkejut. Jang Mi bingung akan menjawab apa, tapi Ki Tae berkata kalau keluarga mereka sudah saling mengenal, kau pergi saja sekarang. 


Jang Mi mendengus, “Sepertinya kau baik-baik saja sekarang, baiklah aku akan pergi.” Tapi ternyata bukan Jang Mi yang dimaksud, karena Ki Tae menahan tangan Jang Mi yang hendak pergi. Ki Tae minta maaf dan berterimakasih pada Se Ah, sebaiknya kau pergi sekarang. Kecewa, tapi Se Ah terpaksa tersenyum dan berkata dirinya memang butuh istirahat dan pergi. Se Ah meninggalkan rumah sakit persis saat keluarga Ki Tae datang.


“Kau sangat kekanak-kanakan, ingin dia cemburu?” selidik Jang Mi. Ki Tae menyangkal, kalau ibunya melihat semua akan jadi rumit. Dia akan menyukainya, sahut Jang Mi tanpa berfikir. “Itulah masalahnya,” jawab Ki Tae. Keluarga Ki Tae datang dan menghampiri dengan panik. “Kau suka mengejutkan kami ya?” komentar ibu Ki Tae saat melihat Jang Mi. Bibi mengomel, kenapa kita selalu bertemu di UGD? Itulah kenapa kau perlu menantu yang baik. Jang Mi minta maaf, tapi ia belum jadi menantu, dan karena keluarga Ki Tae sudah disini, ia akan pergi sekarang. Tapi lagi-lagi Ki Tae menahannya, tinggallah denganku. Semua memandang tak percaya karena Ki Tae malah meminta mereka pergi saja. Bibi ngomel lagi, kau sudah membuat kami khawatir dan terbangun tengah malam. Ki Tae berkata kalian tak akan membantu, aku hanya butuh istirahat.


Nenek penasaran dengan apa yang terjadi, dimana tepatnya kau terluka? Ki Tae berbisik, “Ini serius, aku bahkan belum yakin, tapi jantungku sepertinya berhenti kalau aku tak melihat Jang Mi, aku perlu ia disekitarku agar aku bisa bernapas. Aku tak tau ini masalah kardiopulmonar atau mental. Mereka perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan.” Semua langsung yang “yaelah”, Jang Mi malah kayak mau muntah, hahahaa.


“Berarti kau baik-baik saja,” ujar nenek lega. Jang Mi menjelaskan kalau pintu kamar mandi Ki Tae rusak dan ia terkunci di sana, jangan khawatir. Ki Tae mulai lagi dan meraih tangan Jang Mi, “Jika bukan karena dia, aku mungkin akan mati kelaparan.” Nenek memegang tangan keduanya dan berterimakasih, kau benar-benar penyelamat. Ibu menganggap ini cukup dan mengajak nenek pulang. Sebelum pulang, bibi sempat berkata kalau ia akan mengawasi mereka.

Begitu keluarganya pergi, Ki Tae dan Jang Mi langsung melepaskan tangan mereka. Jang Mi malah memukul kepala Ki Tae, minta Ki Tae berhenti memperalatnya.


Di mobil, nenek berkata kalau kalian harusnya mendengarkan Jang Mi. Bibi terlanjur berpikir itu semua karena Jang Mi, karena nenek mabuk dan pingsan saat bersamanya. Nenek malah berkata ia merasa lebih baik karena tidur nyenyak malam itu, keriputku hilang dan kulitku bersinar. “Tapi kau bengkak, aku akan membuatkan bubur untuk mengurangi bengkaknya,” ujar ibu. Nenek mendengus, kau tak selalu benar, dan kau jangan menghakimi orang begitu gampang, Jang Mi baik, dan dia bisa memasak pancake yang enak juga. “Benarkah? Itu poin plus di keluarga kita,” sahut Bibi senang. Ibu berkata kalau Jang Mi harus bisa membantu Ki Tae.


“Ki Tae bahkan tak bisa hidup tanpanya, Jang Mi yang membuatnya ingin hidup. Apalagi yang kau inginkan?” ujar nenek yang percaya omongan Ki Tae tadi. Bibi membenarkan, Ki Tae menginginkannya, jika kau tetap menentang mungkin dia benar-benar akan memutuskan hubungan dengan kita. Ibu Ki Tae diam saja, tapi mukanya sereem. Nenek minta ibu mencoba lebih dekat dengan Jang Mi. Ibu mengiyakan, aku akan melakukan yang kau katakan.

[D-3]


Jang Mi yang baru pulang dengan sepedanya kaget saat melihat ibu Ki Tae ada di depan rumah bersama ibunya. Sepertinya ibu Ki Tae minta tolong sesuatu tentang Jang Mi. Jang Mi buru-buru menyapa, kenapa ibu kesini? Tapi ibu Ki Tae hanya senyum dan pamit pergi. Jang Mi penasaran apa yang terjadi, tapi ibunya malah buru-buru menyusul ayah Jang Mi ke restoran.


“Upacara peringatan?” tanya Jang Mi kaget. Ibu menyuruh Jang Mi pergi membantu, kau bisa dapat poin bagus dari mereka, jadi kau bisa terbiasa dengan mereka sebelum menikah nanti. “Kau menyebut dirimu ibuku? Para ibu lainnya benci anak gadis mereka menderita karena mertua,” jawab Jang Mi tak rela. Ayah membela Jang Mi, dia kan bisa melakukannya selamanya setelah menikah nanti, kenapa dia harus pergi sekarang? Ibu malah komentar kalau ayah tak pernah peduli padanya tapi selalu peduli pada putrinya. “Jangan khawatir, memasak pancake beberapa kali dalam setahun jauh lebih baik daripada harus menggoreng ayam setiap hari,” jawab ibu tenang.

Jang Mi tak punya pilihan, “Aku tak akan menikah dengan Ki Tae, maaf aku telah berbohong, tapi sebenarnya kami tak ada hubungan.” Tentu saja ibu tak percaya. Seorang tamu protes karena mereka sangat ribut dan minta Jang Mi menuangkan minuman. Ibu kesal dan melempar ayam ke tamu itu, pergi ke bar sana kalau ingin ditemani gadis! Si tamu tak terima, Jang Mi terpaksa menahan ibunya dan ayah menyuruh tamunya pergi saja. Ibu makin kesal karena mereka belum bayar, tapi ayah berkata kau harus mengusir orang mabuk dengan cara seperti itu.


“Kau ini ayah yang lembek, itu sebabnya dia tak mau menikah. Sudah kubilang tak usah jual minuman keras!” semprot ibu Jang Mi. “Tapi kenapa kau malah bawa Jang Mi kesini?” sahut ayah tak mau kalah. Meski Jang Mi minta mereka berhenti, tak ada yang mau mengalah. Ibu mengeluarkan surat cerai dan cap, minta mereka berpisah.


Jang Mi tak percaya surat itu masih ada, ibu selalu bilang begitu saat Jang Mi masih SMA. Ibu bertahan agar Jang Mi tak sulit menikah nanti, tapi Jang Mi malah tak ingin menikah, jadi sudah saatnya ia berpisah sekarang. Ibu siap membubuhkan cap di surat itu, tapi Jang Mi langsung berteriak, aku akan ke rumah mereka! Haha, ibu berhasil, meski Jang Mi jelas nggak rela.

[D-2]


“Kau harus pergi,” ujar Ki Tae. Jang Mi masih nggak rela, kau bahkan tak peduli. Ki Tae minta Jang Mi jangan memperumit masalah. Jang Mi mengungkit ia sudah menyelamatkan hidup Ki Tae.

“Kaulah yang hampir membunuhku. Kau yang merusak kenop pintu kamar mandiku.”

Jang Mi tertawa, “Kau langsung memelukku erat setelah melihatku datang.”

Ki Tae terdiam. “Mungkinkah.. kau mulai punya perasaan padaku? Jadi itu sebabnya kau menyuruhku pergi? Karena kau benar-benar ingin menikah denganku?” selidik Jang Mi. Ki Tae tertawa, ia ingin Jang Mi pergi karena ia tak ingin menikah. Ibu mengundangmu karena ia tak ingin kau jadi menantunya. Jang Mi bingung. “Ia ingin kau merasakan kalau menjadi menantunya sangatlah rumit, jadi ia ingin kau menyerah. Ia akan bilang kalau ia menerimamu, padahal ia ingin mengakhirinya dengan baik-baik,” jelas Ki Tae.


Jang Mi menyerah, kita mengaku saja. Ki Tae menolak, sudah terlambat. Jang Mi bersikeras, kebohongan kita semakin banyak, kita harus akhiri ini. Ki Tae setuju saja, tapi harus ibunya yang mengakhiri ini, ini pertarungan harga diri, ia tak bisa menyerah begitu saja. Jang Mi ngedumel, kenapa aku harus terlibat dalam pertarungan harga dirimu ini? Ki Tae meminta Jang Mi menunjukkan sosok yang paling jelek di hari itu.


“Aku harus bagaimana?” keluh Jang Mi. Seakan mendapat ide, Ki Tae langsung berkata Jang Mi cukup menjadi dirinya yang biasa. Muahahaa, maksudnyaa??


Jang Mi dan Ki Tae keluar RS bersama. Ki Rae berkata ia akan istirahat di rumah hari ini, jadi jangan datang. Jang Mi tak masalah, ia juga punya rencana lain. “Dengan siapa?” tanya Ki Tae langsung. Yeo Reum muncul dan merangkul Jang Mi pergi.


Ki Tae yang tampak, uhukk, cemburu mengikuti mereka dengan mobilnya. Saat mereka pergi makan, tiba-tiba Ki Tae ikut bergabung dan dipelototi Jang Mi, kenapa kau kesini?


“Bagaimana bisa aku membiarkan pacarku makan dengan pria lain?” jawab Ki Tae. Yeo Reum tak tau itu, yang ia tau Jang Mi pacar bosnya, dan ia tau Ki Tae dan bosnya berteman. Ki Tae berdalih cinta lebih penting dari persahabatan. Yeo Reum bercanda kalau Ki Tae harus berhati-hati padanya. Melihat Ki Tae menanggapi serius, Yeo Reum berkata ia mana mungkin berani, kau lebih kaya dan.. lebih tua dariku. Hmmph, Jang Mi cuma menahan tawa dan minta mereka berhenti.

Pesanan mereka datang, Jang Mi dan Yeo Reum sama-sama tak suka menggunting mie-nya. Ki Tae yang kesal karena beda sendiri meraih mangkuk Jang Mi, berkata kalau mereka sering banyak berbagi, dan menyeruput kuahnya.


“Kalian pernah tidur bersama juga?” tanya Yeo Reum datar. Dan yak, nyemburlah itu kuah mi dari mulut Ki Tae. Yeo Reum bisa mengambil kesimpulan sendiri, ternyata belum. Ki Tae kesal, “Memangnya kenapa kalau sudah?” Jang Mi minta mereka berdua berhenti. Yeo Reum dengan cuek malah berkata ia tak peduli kalaupun sudah dan kembali asik memakan mie-nya. Jang Mi pun mengomel tanpa suara pada Ki Tae, hahaa.


Selesai makan, Jang Mi menarik Ki Tae keluar dan seperti biasa, mereka mulai bertengkar. Jang Mi bilang agar Ki Tae jangan khawatir, ia baru mengenal Yeo Reum dan akan berhati-hati. Ki Tae menganggap Jang Mi tak cocok dengan Yeo Reum. “Bukan urusanmu!” sahut Jang Mi. Tapi Ki Tae tak setuju, bagaimana kalau ibu melihatmu dengan pria lain? Jang Mi mengingatkan kalau urusan mereka sebentar lagi selesai. “Jadi, berkencanlah setelah urusan kita selesai. Makanya, kacaukan dulu upacara peringatan itu,” tegas Ki Tae.

Yeo Reum keluar membawa bill dan menyodorkannya pada Ki Tae. Melihat pandangan Jang Mi dan Yeo Reum, Ki Tae terpaksa masuk dan membayarnya. Dan Yeo Reum dengan teganya menarik Jang Mi pergi, meninggalkan Ki Tae yang kesal setengah mati saat keluar.


Jang Mi yang berlari bersama Yeo Reum berhenti sebentar karena ada sebuah pesan masuk. Dari Ki Tae, bibiku bisa saja memata-mataimu, jangan sampai ketahuan. Jang Mi jadi panik melihat sekeliling dan mengajak Yeo Reum pergi ke tempat sepi. Mereka berdua pun ke taman, dan Jang Mi tetap saja waswas dan curiga ada yang memata-matainya. “Kau harus terbiasa dengan itu, para wanita menyukaiku,” ujar Yeo Reum pede. Jang Mi yang tadinya khawatir jadi tertawa. Melihat gerak gerik Jang Mi, Yeo Reum merasa kalau Jang Mi sedang menunggu seseorang.


“Kau khawatir pada Ki Tae? Kalia benar-benar berkencan?” tanya Yeo Reum. Jang Mi tak tau dan pandangannya tertuju pada mobil yang baru parkir di dekat mereka. Dasar Jang Mi merasa bersalah, ia khawatir itu mobil bibi yang memata-matainya dan buru-buru mengajak Yeo Reum pergi sambil menutupi mukanya dengan kaleng minuman.


Jang Mi berhenti, menutupi wajah dengan rambut, dan mengamati dari balik pohon. Yeo Reum bingung, kenapa Jang Mi bersembunyi? Jang Mi juga tak tau. Jang Mi mengajak Yeo Reum pergi, tapi malah melihat sesuatu yang lebih menghebohkan dan buru-buru sembunyi lagi. Tambah bingunglah si Yeo Reum, apa kau mengenal mereka?


Ternyata Jang Mi melihat ayah Ki Tae dan seorang wanita yang ia kira ibu Ki Tae, jadi Jang Mi takut dan sembunyi. Tapi scarf yang dipakai wanita itu terbang, dan rupanya itu wanita lain. Ayah Ki Tae berjalan ke arah Jang Mi untuk mengambil scarfnya dan Jang Mi langsung panik. Ia berpaling ke arah Yeo Reum agar wajahnya tak terlihat. Melihat posisi Jang Mi yang seolah akan menciumnya, Yeo Reum malah menutup mata dan memonyongkan bibirnya, jadi ditaboklah itu bibir sama Jang Mi, huahahaa.


“Dia bukan ibu mertua,” gumam Jang Mi shock saat melihat ayah Ki Tae mencium kening wanita itu. Yeo Reum penasaran, siapa itu? Jang Mi masih tak percaya dan mengajak Yeo Reum pergi. Yeo Reum akan mengantarnya, tapi Jang Mi menolak, ia ingin pergi sendiri.

Yeo Reum mendatangi mobil yang tadi dicurigai Jang Mi, yang ternyata Se Ah-lah yang ada di dalamnya dan menyuruh Yeo Reum masuk. “Kau sepertinya dekat dengan Jang Mi, memangnya apa hubungan kalian?” tanya Se Ah. Yeo Reum berkata kalau Jang Mi berbeda dengan wanita lain, semua orang pasti akan langsung tertarik. Se Ah langsung ke intinya dan berkata kalau ia tertarik pada Gong Ki Tae, kudengar dia dan Jang Mi bertemu dengan orang tua masing-masing. Ki Tae tak mungkin tulus mencintainya. 


Yeo Reum tertawa, ia merasa sebaliknya, sepertinya Ki Tae-lah yang sangat serius mencintainya, tapi Jang Mi yang tak peduli. Yeo Reum malah merasa kalau Jang Mi tertarik padanya.


Se Ah hanya tertawa dan minta Yeo Reum mencari tau tentang hubungan mereka. “Kenapa harus aku?” tanya Yeo Reum. “Bukankah kau ingin mengenal dia sekarang? Kau akan membunuh dua burung dengan satu batu,” jawab Se Ah sambil menyodorkan sebuah amplop. Tanpa pikir panjang, Yeo Reum tersenyum dan mengambilnya.


Di bis, Jang Mi tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya tadi, ia jadi merasa kasihan pada Ki Tae. Sementara itu, Ki Tae mengecek pintu kamar mandinya yang sudah benar sambil bergumam kesal, kenapa harus Yeo Reum dari semua pria? Seleranya sangat buruk.

[D-1]


Jang Mi dilema, beritahu Ki Tae atau tidak? Hyun Hee yang ada di sampingnya penasaran dan tanya apa yang mengganggu Jang Mi. Tak ada, jawab Jang Mi. Hyun Hee kecewa, dulu kita selalu berbagi segalanya, apa ini karena Hoon Dong oppa? Persahabatan para wanita memang dangkal. Bukan seperti itu, jawab Jang Mi. Tapi Hyun Hee tetap merasa Jang Mi tak percaya padanya, kalau begitu tanya saja sendiri pada Hoon Dong oppa.

Dan, muncullah Hoon Dong. Jang Mi melirik kesal Hyun Hee yang malah berkata gara-gara Hoon Dong menyakitinya, Jang Mi malah berkencan dengan sembarang pria. “Apa? Sembarang pria?” tanya Jang Mi kesal. Hyun Hee, “Gong Ki Tae atau Han Yeo Reum? Atau Hoon Dong oppa?”


Hoon Dong berkata Jang Mi bisa bilang perasaanmu yang sebenarnya sekarang. Jang Mi tentu tak mau. Hoon Dong pun berlutut dan menyodorkan buket bunga pada Jang Mi, “Sekarang aku tulus mencintaimu.” Jang Mi mengerti, ia memberitahu kalau ia tak suka salah satu dari kalian bertiga, terutama kau! Hoon Dong tak percaya dan minta Jang Mi jangan bersikap seperti itu. Jang Mi kesal  dan saat melihat ke arah lain, ada ibu Ki Tae yang berjalan ke tokonya. Panik, Jang Mi menyeret Hoon Dong dan menyembunyikannya ke ruang ganti.


Jang Mi buru-buru keluar menyambut ibu dan bertanya kenapa ibu kesini? Ibu ingin mengajak Jang Mi belanja daging dan buah. Jang Mi sedikit ragu, tapi melihat Hoon Dong yang keluar ruang ganti, Jang Mi segera mengiyakan dan mengajak ibu pergi. Hoon Dong masih sempat melihat dan mengenali kalau itu ibu Ki Tae.


Di supermarket, Jang Mi memandangi ibu iba. Ibu bertanya apa Jang Mi pernah mengupas chestnut sebelumnya? Jang Mi mengingat-ingat, kalau yang dipanggang sudah. Ibu menebak kalau keluarga Jang Mi tak punya ritual seperti itu. Jang Mi mengiyakan, tapi waktu kecil ia pernah melihat para pria mengupas chestnut. Ibu berkata kalau dikeluarganya hanya wanita yang melakukannya. Jang Mi tak setuju, kita kan harus saling membantu. Ibu tak apa-apa, ia senang melakukannya, jika ia bekerja lebih keras, orang yang ia cintai bisa menikmati banyak makanan enak buatan sendiri. Itu kesenangan dan hak istimewa dari wanita. Jang Mi tertegun dan mendesah.


Btw, Hoon Dong rupanya penasaran dan menyusul Jang Mi. Jang Mi memandanginya kesal, dan ibu mengikuti arah pandang Jang Mi dan mendekat. Hoon Dong jadi panik dan sembunyi. Jang Mi buru-buru menyusul ibu yang merasa melihat orang yang ia kenal. Tapi Hoon Dong sepertinya sudah berhasil pergi tanpa ketahuan.


Jang Mi membawa banyak belanjaan ke mobil. Ibu Ki Tae berbasa basi ingin mengajak Jang Mi minum teh, tapi ia masih banyak kerjaan, memasak nasi,sup, dan persiapan lainnya, kami juga harus mengupas chestnut semalaman. Jang Mi jadi tak tega dan menawarkan bantuan. Ibu senang dan memberikan gembolan chestnut dan minta Jang Mi datang lebih pagi besok.


Jang Mi menggendong chestnut ke tempat kerjanya, dan langsung disambut omelan manajernya karena Jang Mi pergi begitu saja saat jam kerja. Jang Mi minta maaf, dan malah minta ijin untuk besok. Manajer malah berkata kalau Jang Mi berpikir untuk berhenti demi pernikahan, beritahu saja aku, kudengar calon ibu mertuamu datang. Jang Mi melirik curiga Hyun Hee yang langsung ngoceh kalau Hoon Dong yang bilang padanya, dia ibunya dokter itu kan?

Manajer melihat sesuatu di punggung Jang Mi dan begitu berbalik, manajer kaget ternyata itu gembolan chestnut, hahaa. Begitu manajer pergi, Jang Mi melirik Hyun Hee yang langsung minta maaf.


Jang Mi yang lembur pulang terlambat dan stress melihat segitu banyaknya chestnut yang harus dikupas. Jang Mi pun ke apartemen Ki Tae, dan membuka sendiri passwordnya. Ki Tae keluar kamar dan kesal karena Jang Mi masuk tanpa menekan bel dan kenapa kau kesini? Jang Mi malah bilang kalau harusnya Ki Tae bersyukur, bagaimana kalau kau terkunci lagi di kamar mandi? Jang Mi berbalik dan menurunkan chestnut yang digendongnya daritadi, ibu menyuruh mengupasnya, ini pekerjaan rumahmu! Ayo lakukan bersama!


“Kau yang bilang pada ibuku kau akan melakukannya? Kau sudah jatuh ke dalam perangkapnya,” sahut Ki Tae kesal. Jang Mi biasa saja dan menyodorkan pisau pada Ki Tae. Ki Tae tak mau, kau lakukan sendiri saja. “Ini kan untuk kakekmu! Atau haruskah aku mengaku kalau semua ini hanya akting?” ancam Jang Mi.


Jadi terpaksalah Ki Tae membantu Jang Mi mengupas itu chestnut, yah meski sambil ngomel, ia tak menyuruh Jang Mi melakukan ini. “Aku cuma merasa kasihan padanya,” jawab Jang Mi. “Siapa? Ibuku?” tebak Ki Tae. Jang Mi mengangguk, dia sudah bekerja keras untuk keluargamu, tapi kau tak menurutinya. Kau tak pernah tinggal bersamanya, dalih Ki Tae. Sedikit ragu, tapi Jang Mi berkata akan mememberitahu Ki Tae sesuatu, tapi nanti kau bisa terluka.

“Apa?”

“Tapi aku harus memberitahumu sebelum terlambat. Kau bisa bicara denganku, aku akan mendengarkannya. Aku juga terluka saat orang tuaku bertengkar.”

“Apa yang ingin kau katakan?”


“Jangan terkejut.. ayahmu punya selingkuhan.” Ki Tae minta Jang Mi diam dan marah, urus saja urusanmu sendiri. “Kau sudah tau ya?” duga Jang Mi. Jang Mi minta Ki Tae memberitahu ayahnya agar berhenti sebelum ibu tau, jika kau tak bisa aku akan menemuinya dan..

“Kau pikir kau siapa?” tanya Ki Tae.


“Apa maksudmu? Aku...” Jang Mi tak bisa melanjutkan. Ki Tae minta Jang Mi tak usah ikut campur dalam urusan keluarganya, kau pikir kau bagian keluarga kami? Ki Tae marah dan menendang chestnut-nya, “hubungan kita akan berakhir besok, ingat itu?” Jang Mi berkata kalau ia menyesal sudah ikut campur dalam urusan keluarga Ki Tae yang hebat itu dan pergi.



Di luar Jang Mi ngedumel kalau ia kan hanya khawatir pada Ki Tae, si bodoh itu.. dia terus saja diam begini. Tapi dalam sedetik Jang Mi berubah pikiran, aku juga tak ingin berhubungan denganmu! Adegan terjelek akan kutunjukkan agar semuanya berakhir besok.


Bersambung ke Part 2

1 comment: