Monday, July 21, 2014

Sinopsis Marriage Not Dating Episode 4 Part 2

[D-Day]


Ibu Jang Mi membangunkan putrinya yang masih tidur nyenyak dan memilihkan baju untuknya. Jang Mi membuka mata dan berkata ia sudah memilih baju semalam. “Mana? Tunjukkan padaku?” suruh ibu. Jang Mi bangun, aku sedang mengenakannya sekarang. Muahahaa, jadi Jang Mi sudah tidur pake baju yang mau dipakenya ke rumah Ki Tae, plus celemeknya. Ibu Jang Mi sampe speechless liatnya.


Dan Jang Mi langsung keluar tanpa mandi atau apapun. Ibu mengejarnya, kau kesana dengan penampilan seperti baru bangun tidur? Jang Mi tak peduli, aku hanya akan membuat pancake seharian ini, kenyamanan adalah yang terbaik. “Tapi tetap saja, kau akan bertemu keluarga besan,” sanggah ibu. Jang Mi menegaskan kalau ia ingin penampilan dengan konsep rajin dan langsung pergi.


Jang Mi datang dan ibu Ki Tae memandangi penampilan Jang Mi dari atas ke bawah. Jang Mi cuek dan tersenyum menyapa ibu, disini sepi sekali, belum ada yang datang ya? Ibu berkata para tamu baru akan datang malam nanti. Jang Mi pun menanyakan dimana nenek dan bibi Ki Tae? Sedang pijat refleksi, jawab ibu sambil melangkah ke dapur.


Di dapur, Jang Mi takjub melihat banyaknya hal yang sudah dikerjakan ibu. Ibu bertanya dimana chestnutnya? “Oh, Ki Tae akan membawanya nanti,” jawab Jang Mi. Ibu bingung, Ki Tae? Jang Mi menjelaskan kalau mereka mengupasnya bersama. “Kau membuat dokter mengupas chestnut? Dia selalu mengoperasi orang, bagaimana jika tangannya terluka?” tanya ibu tak percaya. Jang Mi menunduk, tapi sedetik kemudian ia memuji Ki Tae yang sangat hebat mengupasnya dan tertawa, aku penasaran darimana dia belajar.


Ibu merasa ini semua salahnya, seharusnya ia tak meminta bantuan Jang Mi. Jang Mi jadi tak enak, apalagi ibu bilang kalau lebih baik ia melakukan semuanya sendirian, Jang Mi istirahat saja. “Tidak! Biar kubantu,” cegah Jang Mi.


Nenek dan bibi Ki Tae yang sedang pijat refleksi membicarakan Jang Mi, bibi penasaran apa Jang Mi akan datang? Dia akan membuat kekacauan besar. Nenek berkata itulah yang diinginkan Bong Hyang (ibu Ki Tae). Bibi mengajak nenek pulang agar tak kelewatan hal seru di rumah. Nenek tak setuju, Jang Mi bisa membuat pancake yang sangat enak.


Dan Jang Mi menggelar tikar di taman, berkutat membuat pancake di bawah terik matahari. Jang Mi nyaris tak kuat, keringat bercucuran, bahkan rambutnya sudah basah oleh keringat. Jang Mi menelpon Ki Tae dan kesal saat tau yang ditelpon sedang santai memesan jus, “Aku mati-matian membantu keluargamu dan kau malah menikmati minuman di restoran? Segar kan?”


“Bakar saja semua itu, atau hancurkan sampai jadi bubur,” suruh Ki Tae. Tapi Jang Mi tak bisa bermain dengan makanan dan bertanya kenapa kau belum datang. Ki Tae berkata kerjaannya belum selesai. Jang Mi melepaskan sutil yang dipegangnya kesal, “Aku malah ambil cuti hari ini. kehidupan pernikahan memang tak adil ya?”

“Siapa yang peduli? Kita tak akan benar-benar menikah.”

“Aku tak akan sejauh ini jika itu sungguhan,” teriak Jang Mi. Ki Tae minta Jang Mi sabar, dan Jang Mi minta Ki Tae cepat datang, jangan lupa chestnut-nya dan menutup telponnya. Jus pesanan Ki Tae sudah siap dan saat berbalik, ada Hoon Dong di hadapannya. Ia berpesan jangan sakiti Jang Mi.


Ki Tae hanya berkata ia mengerti dan pergi, Hoon Dong tak terima dan menahannya, kau tak merasa bersalah ya? Aku duluan yang bersamanya. Jika kau temanku jangan dekati dia. Ki Tae minta maaf, tapi ibuku mencintainya, Jang Mi malah sedang memasak untuk upacara peringatan keluarga sekarang. Yeo Reum yang juga ada di situ menoleh mendengar perkataan Ki Tae. Hoon Dong tak percaya, Ki Tae kan ingin tetap melajang, kau sungguh ingin menikahinya? Ki Tae cuma senyum, membetulkan dasi Hoon Dong dan pergi.



Setelah bersusah payah, akhirnya Jang Mi selesai memasak pancake! Jang Mi langsung nari-nari dengan hebohnya, tapi di tengah-tengah pose yang nggak banget, nenek, bibi, dan bibi Ki Tae yang lain datang. Freeze! Jang Mi baru sadar dan bangun setelah semua memandanginya dengan aneh, dan menyapa mereka semua. Seorang bibi bertanya apa dia pembantu baru? Hahaa. Bibi berkata kalau ia pacar Ki Tae. Bibi lainnya terkejut, jadi nenek mengajak mereka segera masuk saja.


Nenek menghampiri dan memegang tangan Jang Mi, kau kelelahan ya? Jang Mi mengiyakan, tapi ia senang, para wanita sudah di sini sekarang. Nenek diam saja melihat ekspresi lega Jang Mi. Karena ternyata, tak satupun yang berniat membantu di dapur, nenek, bibi dan yang lainnya malah asik mengobrol sambil makan. Jang Mi yang sedang cuci piring melirik sebal, ini tak adil, mereka cuma mau makan pancakenya. Dan saat bibi minta dibawakan arak beras, ibu berkomentar kalau mereka tak cuma makan pancake dan pergi mengambilkannya.


Jang Mi benar-benar tak sabar, mereka hanya minta berbagai macam hal tanpa membantu sama sekali, tunggu saja adegan terjelek nanti. Ponsel Jang Mi berdering, dari Yeo Reum. Jang Mi berbisik-bisik mengangkatnya dan berkata nanti ia akan menelpon, ia sedang sibuk sekarang. “Dimana kau sekarang?” tanya Yeo Reum. “De..department store,” jawab Jang Mi bohong, tepat saat bibi muncul dan minta Jang Mi membawakan buah. Refleks, Jang Mi berteriak iya bibi, dan langsung diralat, maksudku nyonya! Bibi bingung, kenapa dia memanggilku begitu? Bibi penasaran siapa yang ditelpon Jang Mi dan malah menguping.


Jang Mi berkata pada Yeo Reum kalau ia tak bisa keluar sampai tengah malam nanti. Tak apa, jawab Yeo Reum, aku akan menunggu di restoran. Ki Tae yang baru datang mencium keadaan bahaya dan langsung berteriak memanggil Jang Mi. Jang Mi kaget dan ponselnya terlempar ke.. bak cuci piring, hahaa. Ki Tae menyapa bibi yang kaget melihat kedatangan Ki Tae, sementara Jang Mi panik mengambil ponselnya. Btw, itu Ki Tae kok keliatan ganteng banget pake jas rapi gitu? *eh, salah fokus*


“Hati-hatilah, banyak orang yang mengawasimu,” bisik Ki Tae. Jang Mi malah bergumam sedih, ponselku mati. Ki Tae mengatai Jang Mi yang selalu saja memakai ponsel bodoh itu. “Kau juga selalu memanfaatkan orang! Tapi ini berharga untukku..” sahut Jang Mi tak mau kalah. Ki Tae sibuk minta Jang Mi diam, kau ini keras kepala.


“Kau bawa chestnut-nya?” tanya Jang Mi. Ki Tae pun langsung menyodorkan tas yang dibawanya. Ki Tae bilang harusnya Jang Mi istirahat saja, apa yang kau lakukan di sini? Jang Mi juga tak tau. Btw, di scene ini mereka beneran tampak seperti pasangan suami istri, aaaah, urri Nemo couple!


Malamnya, upacara peringatan untuk kakek Ki Tae dilaksanakan, dan Jang Mi hanya berjongkok di belakang, kelelahan. Jang Mi melihat ayah Ki Tae dan mengingat perselingkuhannya. Saat makan malam, Jang Mi tampak tak bersemangat. Ayah minta Jang Mi makan, kudengar kau yang memasak semua pancake. Ki Tae berkata kalau Jang Mi sedang tak enak badan, tuangkan dia alkohol, ayah. 


Semua yang di meja kaget, Jang Mi juga, tapi ia terus menyodorkan gelasnya pada ayah. Selesai 1 gelas, Jang Mi minta dituangkan 1 gelas lagi, dan lagi. Ayah berkomentar, kau pasti merasa sangat stress.


Setelah minum 3 gelas, Jang Mi mulai beraksi, “Ya, aku stress sekali. Kalian tak merasa bersalah?” Jang Mi melirik Ki Tae, anak manja berhargamu ini malah muncul terlambat. Ki Tae berkata ia sudah mengupas chestnut-nya. Jang Mi gantian melirik bibi yang heran melihatnya, kau pergi untuk pijat relaksasi kan? Padahal ibu yang pantas mendapatkannya. “Itu mensucikan kami untuk ritual,” dalih Bibi. Jang Mi mulai menyemprot bibi lainnya yang kerjanya cuma ngobrol, yang dijawab sudah lama mereka tak bertemu dan mengobrol. Jang Mi berkata ia yang tak punya hubungan apapun sudah bekerja keras dengan ibu.

Nenek mencoba menengahi, tapi Jang Mi juga kecewa pada nenek yang pura-pura tak tau, kupikir nenek baik. Gantian ayah yang bicara, tapi Jang Mi berkata kalau ayahlah yang terburuk, istrimu mengorbankan dirinya untuk semua orang, tapi apa yang ayah lakukan?


Ayah, “Oh, aku menulis...” Jang Mi tak peduli ayah menulis apa dan bertanya apa yang ayah lakukan di luar? Semua melemparkan pandangan tak mengerti, termasuk ayah. Jang Mi berkata ia juga pernah di posisi itu, saat orang tua tidak akur hati anak sangat terluka dan sebelum Jang Mi membeberkan apa yang dilihatnya, ibu memintanya berhenti dan ikut dengannya.


Seorang bibi bertanya pada ayah sebenarnya ada masalah apa. Tak ada, jawab ayah lalu pergi. Gantian Ki Tae yang ditanyai, kata Ki Tae ini tentang orang tua Jang Mi, mereka tak akur.

Ibu merasa Jang Mi keterlaluan. Jang Mi menyesal dan hanya ingin membantu. Ibu menghela napas, memangnya aku terlihat menyedihkan? Ibu bukan orang bodoh, ia tau semua yang terjadi di keluarga ini. “Tidak, kau tidak tau, ibu bodoh jika membiarkannya saja,” sahut Jang Mi. Dan plak, ibu menampar Jang Mi, memintanya diam. Jang Mi sadar, ibu sudah tau? Ibu minta Jang Mi jangan mengacau hanya karena sudah membantu sedikit. Ki Tae mendengarnya dan ingat perkataannya yang serupa saat marah pada Jang Mi kemarin. 


Jang Mi mengiyakan dengan sedih, ia sudah salah paham, ia pikir ia bagian dari keluarga ini karena ibu bekerja keras dengannya seperti keluarga. Orang sepertiku hanya punya kewajiban, dan tak ada hak, benar kan? Jang Mi tak mungkin bisa hidup seperti ibu, ia mungkin bisa mencuci piring atau membuat pancake, tapi ia tak bisa menyembunyikan kebenaran dan perasaan seperti ibu. Jang Mi yang marah pergi, dan terhenti saat melihat Ki Tae ada di sana. Tapi tak mengatakan apapun, dan pergi.



Di ruang keluarga, para bibi malah membicarakan Jang Mi yang memberikan kesan pertama yang buruk, sepertinya dia labil. Seorang bibi membenarkan, jika orang tua labil, maka anaknya akan seperti itu juga. Langkah Jang Mi terhenti. Dan para bibi masih menggosipkan orang tua Jang Mi yang menjual minuman keras, pantas saja ia kuat minum seperti itu. Apalagi orang tuanya seperti itu, kita perlu menerima cinta agar bisa memberikan cinta.


Jang Mi tak tahan dan menatap Ki Tae, “Kau.. kau bilang pada mereka tentang keluargaku?” Ki Tae diam saja. “Jadi bukan hanya aku, kau juga melibatkan keluargaku dalam masalah ini? kau pasti memanfaatkan sakit hatiku? Brengsek kau!” Jang Mi marah dan mulai memukuli Ki Tae. Para bibi berusaha melerai, tapi Jang Mi malah mengambil ikan kering dari meja peringatan dan memukuli Ki Tae dengan itu, “Aku sudah bekerja sangat keras untukmu!” Dan Ki Tae pun jatuh tersungkur di meja peringatan sampai semuanya berantakan.



“Apaan ini?” teriak ibu. Jang Mi menatap Ki Tae, kau puas? Aku sudah melakukan tugasku, aku akan pergi sekarang. Ki Tae mengejar Jang Mi dan menahannya. Jang Mi berkata ia sudah mengakhirinya sekarang, apa lagi yang kau inginkan? Jang Mi tak mau mendengar apapun lagi dan pergi.



Ki Tae kembali ke ruang keluarga dan menemui ibunya yang sedang diomeli bibi lainnya karena memilih sembarang wanita untuk Ki Tae, lebih baik hidup sendiri daripada menikah dengannya. Ki Tae minta semua berhenti, “Aku hanya akan menikah dengan Jang Mi. Jika kau menolak, aku akan tetap melajang.”


Bibi berkata Ki Tae tak normal, kau kembali ke RS lagi saja, meja peringatan ayah jadi begini. Nenek yang daritadi diam saja tertawa, ayahmu juga selalu memukul meja setiap kali ia marah, kau pantas mendapatkannya sayang.


Di taksi, Jang Mi melepas celemeknya dan memandangi ponselnya yang mati, Jang Mi jadi ingat Yeo Reum yang berkata akan menunggunya. Jang Mi datang ke restoran yang sudah tutup, ia mengetuk pintu tapi tak ada jawaban. Saat Jang Mi putus asa dan pergi, Yeo Reum keluar, ternyata ia masih menunggu Jang Mi.


Bibi memberitahu ibu soal Jang Mi yang mencurigakan dan akan bertemu seseorang di restoran, Jang Mi pasti menyembunyikan sesuatu. Ibu menelpon seseorang.. ibu Hoon Dong dan bertanya apa Hoon Dong sering menemui seseorang belakangan ini? Ibu Hoon Dong berkata kalau ada seorang stalker, ia tak ingat namanya. Ibu penasaran dan mengajak mereka bertemu besok. Ibu Hoon Dong setuju, besok ia akan menunggu di cafe Hoon Dong.



Yeo Reum memasak sesuatu, sementara Jang Mi malah minum alkohol yang digunakan untuk masak. Spaghetti buatan Yeo Reum sudah jadi dan Jang Mi makan dengan lahap.

“Kau kesulitan di rumah Ki Tae ya?”

Jang Mi bingung, darimana kau tau?


“Kau sangat ingin menikah ya?” tanya Yeo Reum lagi. Jang Mi berhenti makan dan meminum alkoholnya, aku tak ingin menikah dengannya, aku ingin membuat adegan yang jelek di sana, tapi malah jadi kenyataan. Yeo Reum bertanya apa Jang Mi benar-benar punya perasaan pada Ki Tae? Jang Mi menggeleng, tak ada hal seperti itu di antara kami.

“Benarkah?”


Jang Mi mengangguk, “Sebenarnya.. aku sebenarnya.. benar-benar.. benar-benar.. khawatir padanya.” Dan setelah berkata begitu, Jang Mi yang mabuk langsung tertidur. Yeo Reum tersenyum memandangi Jang Mi, aku juga khawatir padamu. Di rumahnya, Ki Tae tak bisa tidur mengingat Jang Mi yang tadi ditampar ibunya.



Paginya, ibu Ki Tae sudah siap berangkat ke cafe Hoon Dong dan bibi memberi informasi itu pada Ki Tae. Ibu Hoon Dong juga sudah mau berangkat. Sementara di mana Jang Mi? Ia masih di cafe Hoon Dong, tertidur di sana, bersama Yeo Reum. Ki Tae berusaha menghubungi Jang Mi, tapi tak tersambung. Ki Tae baru ingat ponsel Jang Mi mati, Ki Tae panik dan menekan pedal gas lebih dalam. Sementara Jang Mi masih tidur dengan nyenyaknya.



Dan, terdengarlah seseorang membuka kunci pintu cafe..

Siapakah itu?


Komentar:
Ampun yah Jang Mi – Ki Tae ini, biar kerjaannya bertengkar terus tapi aura couplenya kerasa banget, beneran kayak pasangan yang udah nikah. Dan waktu Ki Tae ngomong kalo dia cuma akan nikah sama Jang Mi, rasanya Ki Tae tulus dan itu bukan akting. Aww, Ki Tae...


2 comments:

  1. Ki tae keliatannya udah mulai ada rasa nih, gemes deh sama couple ini hihi. Thanks sinopsis ya tetap dilanjut ya semangat^^

    ReplyDelete
  2. aduhh.. jd penasaran nih... tanks sinopsisnya y...

    ReplyDelete