Jang Mi tersenyum dalam gaun
pengantinnya. ‘Orang itu memanggil namaku
seperti bunga ’ (note: Jang Mi artinya mawar)
“Jang Mi..” panggil Ibu Ki Tae lembut.
Episode 8. Marry Me If You Can
Ibu Ki Tae membersihkan kulkas
sampai bersih sekali. Semua gara-gara Ki Tae yang begitu marah soal Jang Mi
kemarin. Nenek datang dan tanya apa ibu baik-baik saja? Kau bisa sakit. Ibu
merasa dirinya kalah, Ki Tae benar-benar serius. Nenek senang, itu yang
kubilang, lalu apa yang akan kau lakukan?
“Apa lagi yang bisa kulakukan?
Pernikahan harus dilaksanakan,” ujar ibu tak semangat. Tapi nenek semangat
sekali, pemikiran bagus! Begitu nenek pergi, ibu melanjutkan, “.. kalau mereka
bisa.”
Ponsel Ki Tae berbunyi. Jang Mi
yang belum benar-benar bangun mengangkatnya, “Halo.. ya.. ini Jang Mi.. siapa ini?” Dan Jang Mi langsung
terduduk kaget saat tau ibu Ki Tae yang ada di seberang telpon. “Aku menelpon
ponsel Ki Tae tapi kau yang menjawabnya, kau pasti ada di sana? Aku ada di
luar, aku akan segera masuk,” ujar ibu Ki Tae. “Sekarang?” tanya Jang Mi panik,
tapi ibu sudah menutup telponnya. Detik berikutnya Jang Mi langsung sadar
dirinya yang ada di kamar Ki Tae, kenapa aku tidur di sini?
Lalu di mana Ki Tae? Ternyata ia
dan Yeo Reum tidur berpelukan di sofa. Jang Mi sampe merinding lihatnya, hahaa.
Pelan-pelan Jang Mi membangunkan mereka, tapi Yeo Reum malah makin meluk Ki
Tae. Ki Ta jadi terbangun dan begitu liat Yeo Reum ia kesal sekali, jangan lagi!
Jang Mi heran, “Lagi?” Yeo Reum juga heran, perasaan aku tidur bersama Jang Mi.
Ternyata semalam Ki Tae mengangkat Jang Mi pindah ke tempat tidurnya, meskipun
yah pas sampe kasur si Jang Mi malah dijatuhin gitu aja, tapi Ki Tae nggak tega
juga, jadi Ki Tae benerin selimut Jang Mi dengan lembut.
Yeo Reum tertawa, ah kau
memisahkan kami berdua? Cemburu? Ki Tae jelas menyangkal, seorang gadis harus
tidur di kamar! “Kau bahkan mengorbankan dirimu yang sakit tidur di luar,”
gumam Yeo Reum sambil memegang kening Ki Tae, berkat aku memelukmu kau tidak
demam lagi.
Ki Tae menyingkirkan tangan Yeo Reum kesal, dan Jang Mi minta mereka berhenti, kalian tau ada siapa di luar? Tepat saat itu seseorang menekan password apartemen Ki Tae. “Ibumu ada di sini!” teriak Jang Mi panik. Dan yak, mereka langsung kelimpungan menyuruh Yeo Reum sembunyi ke kamar Ki Tae.
Ki Tae menyingkirkan tangan Yeo Reum kesal, dan Jang Mi minta mereka berhenti, kalian tau ada siapa di luar? Tepat saat itu seseorang menekan password apartemen Ki Tae. “Ibumu ada di sini!” teriak Jang Mi panik. Dan yak, mereka langsung kelimpungan menyuruh Yeo Reum sembunyi ke kamar Ki Tae.
Saat ibu masuk, Jang Mi sudah
tersenyum manis memeluk Ki Tae di sampingnya. “Ibu seharusnya jangan langsung
masuk. Ibu seharusnya membunyikan bel dulu,” sapa Ki Tae. Ibu berkata sudah
menelpon kalau akan datang, benarkan Joo Jang Mi-ssi? Jang Mi tertawa
membenarkan. “Kalian sudah mulai hidup bersama ya?” tanya ibu. Jang Mi
menyangkal, tapi Ki Tae malah merangkul Jang Mi dan mengiyakan, aku tak mau
berpisah dengannya walau sebentar.
Ibu melihat dapur yang
berantakan dan Ki Tae segera menjelaskan kalau ibu Jang Mi mengirim samgyetang,
berkatnya aku sudah sembuh total sekarang. Ibu melihat gelas wine dan tanya apa
Jang Mi memberi minuman keras saat Ki Tae sakit? Jang Mi tertawa, tidur nyenyak
sangat baik buat kesehatan. “Tapi kenapa ada 3 gelas?” selidik ibu. Ki Tae
beralasan gelas satunya kotor, ibu tau aku sangat gila bersih sama sepertimu.
Ibu beralih menginspeksi kamar
tidur, Ki Tae dan Jang Mi mengejarnya panik. Tapi untung Yeo Reum sudah
sembunyi. Menurut ibu sebaiknya sprei dan kasurnya diganti, juga lemari yang
lebih besar dan meja rias. Ki Tae berkata Jang Mi yang akan melakukannya. Tapi
ibu berpendapat lain, aku ingin melakukannya untuk kalian. Ki Tae merasa tetap
saja ibu tak boleh menerobos masuk seperti ini, dan Jang Mi juga ada di sini.
Ibu hanya senyum dan menyodorkan
ponsel Jang Mi, aku minta maaf soal yang kemarin. Jang Mi bingung, tapi
diterima juga ponselnya. Ibu sudah memutuskan untuk berhenti meragukan Ki Tae
dan Jang Mi, “Joo Jang Mi-ssi, tidak, aku akan memanggilmu dengan nyaman, Jang
Mi..?”
“Hah?” jawab Jang Mi gugup.
“Gong Ki Tae?” panggil ibu. Ki Tae jadi ikut gugup.
“Menikahlah,” lanjut ibu (dengan
senyum creepy :p), aku ingin melihat kalian segera menikah, jadi akan ada
pertemuan keluarga di akhir pekan nanti. Jang Mi dan Ki Tae cuma bisa
berpandangan, speechless. Jang Mi memaksakan diri tertawa.
“Kau tak serius kan?” tanya bibi
di mobil. Ibu berkata ia serius, mereka yang akan memutuskan apakah akan menikah atau tidak. Ibu akan
melakukan yang terbaik untuk pernikahan mereka, kau tau kan jika aku serius aku
akan keluarkan kemampuanku yang terbaik? Tentu saja bibi tau, bibi juga tau
betapa menakutkannya kemampuan ibu itu. “Yang paling menakutkan adalah saat
pernikahan itu jadi kenyataan,” lanjut ibu.
“Jadi maksudmu, nikahi dia jika
kau bisa?” tebak bibi. Ibu hanya senyum tanpa menjawab.
Jang Mi masih shock, “Aku harus
bagaimana sekarang? Dia benar-benar ingin kami menikah.” Yeo Reum yang ikut
mendengarnya tadi berkata itu terdengar seperti hukuman mati, sangat
menakutkan. Jang Mi stress, aku sudah menggali kuburanku sendiri, semakin aku
menggali, semakin dalam lubangnya dan aku tak bisa keluar dari lubang itu.
”Gong Ki Tae, apa yang akan kau lakukan,” tanya Jang Mi, pertemuan keluarga itu
di luar rencana, keluargaku punya harapan tinggi yang palsu, bagaimana kita
bisa mengurusnya nanti? Kita jangan melangkah sejauh itu ya, pinta Jang Mi.
Ki Tae daritadi diam saja, ia
melirik panci samgyetang di dapur dan berkata pelan, aku mengerti. Ki Tae tak
mau menyeret orang tua Jang Mi lebih jauh lagi. “Bagaimana denganmu?” tanya
Jang Mi. Ki Tae diam saja, Jang Mi jadi ikut terdiam.
Ki Tae berpikir panjang sebelum
akhirnya menekan tombol call di kontak ‘ibu mertua’. Ibu Jang Mi di seberang
telpon bertanya bagaimana kondisi Ki Tae? Panas-panas begini paling enak makan
sup. Ki Tae berterimakasih, tapi ibu berkata tak perlu, kau kan menantu kami
sekarang. “Ibumu baru saja menelponku, ia ingin bertemu akhir pekan ini,” ujar
ibu. Ki Tae kaget, ibuku sudah menelponmu? Ah, aku baru saja ingin memberitahu
tentang pertemuan itu dan menemui ibu. “Kau kan sibuk! Biar aku yang ke rumah
sakitmu!” cegah ibu Jang Mi. Ki Tae mau tak membolehkan, tapi ibu bersikeras akan
datang. Ki Tae menghela napas berat, pusing.
Yeo Reum mengantar minuman Ki
Tae, ia sedih melihat Jang Mi terus diseret ke dalam masalahmu, Jang Mi terlalu
baik hati, jadi terima kasih kau mau mengakhirinya. Ki Tae: “Aku tak
melakukannya untukmu, memangnya ada urusannya denganmu?” Yeo Reum bersyukur,
sekarang aku bisa mengencaninya di depan umum.
Ki Tae bangkit dengan kesal,
ke.. kencan? Yeo Reum berkata ingin melakukan banyak hal bersama Jang Mi,
menonton film, naik sepeda, dan berpegangan tangan di jalanan. Ki Tae melotot
kaget, dan Yeo Reum seenaknya meminjam ponsel Ki Tae untuk menelpon Jang Mi,
mengajaknya nonton akhir pekan ini.
Ibu Jang Mi ke rumah sakit Ki
Tae, tapi Ki Tae tampak ragu mengatakan sesuatu, jadi ibu bertanya duluan ada
apa? Ki Tae tak tau bagaimana mengatakannya. “Apa itu? Katakan saja semuanya,”
pinta ibu sambil memegang tangan Ki Tae. Ki Tae menelan ludah, mengangguk.
Hyun Hee mendekati Jang Mi yang
tampak bimbang dan bertanya kapan pertemuan keluarganya? Ia penasaran dengan
persiapan pernikahan Jang Mi. Melihat Jang Mi tak menjawab, Hyun Hee berkata ia
tak apa-apa, kau harus bahagia sekarang, aku akan benci jika kau menjauhiku.
Jang Mi berkata ia belum bisa mengatakan apapun pada Hyun Hee dan segera pergi
setelah menerima pesan di ponselnya.
Jang Mi langsung menemui Ki Tae
di rumah sakitnya, apa yang kau lakukan pada ibuku? Tidak ada, jawab Ki Tae.
Tanpa banyak omong Jang Mi menunjukkan pesan ibunya, ‘Jemput aku di rumah sakit, aku dioperasi hari ini.’
“Kau mengoperasinya?” tanya Jang
Mi. Ki Tae berkata santai ia cuma membuang lemak di bawah matanya, operasi
sederhana yang selesai dalam 20 menit saja. Jang Mi tak mengerti kenapa Ki Tae
malah mengoperasi ibunya, kau bilang kau akan menghentikan pernikahan palsu
kita? Ki Tae menyangkal, aku tak pernah bilang begitu, kita cuma harus mencegah
pertemuan orang tua.
Jang Mi menemui ibunya yang
matanya masih diperban dengan khawatir, tapi ibu malah berterimakasih pada Jang
Mi, menantuku akan membuatku terlihat lebih cantik untuk acara nanti. Ki Tae
melepas perbannya dan berdecak kagum, ibu memang cantik, aku cuma
mengoperasinya sedikit tapi hasilnya fantastis, para tamu pernikahan nanti akan
berpikir ibu adiknya Jang Mi. Err, Ki Tae berlebihan, Jang Mi sampe melirik
sebal.
Tapi begitu diberikan cermin,
ibu kaget melihat wajahnya. Ki Tae menenangkan, bengkak dan memarnya akan
segera hilang, setidaknya satu minggu. “Seminggu? Bagaimana dengan pertemuan
itu?” tanya ibu panik. Ki Tae pura-pura baru ingat, ah ya pertemuan! Ibu makin
panik, aku tak bisa bertemu mereka seperti ini. Ki Tae pun usul agar
pertemuannya diundur saja. Tapi ibu tak mau, tak enak pada keluarga Ki Tae.
Jang Mi berkata ia yang akan memberitahu ibu Ki Tae, dan ibunya pesan jangan
pernah bilang padanya aku operasi plastik ya? Jang Mi mengiyakan, aku tak
sebodoh itu.
“Wasir?” tanya ibu Ki Tae di
telpon. Jang Mi mengiyakan, sangat sakit dan operasinya tak bisa ditunda. Pasti
rasanya sangat menderita, sahut ibu Ki Tae, makanya Jang Mi minta agar
pertemuannya ditunda. Ibu Ki Tae setuju saja, kesehatan ibumu lebih penting,
aku mau mengunjunginya. “Tidak! Tidak usah datang!” cegah Jang Mi, dia akan
malu nanti. Ibu Ki Tae mengerti dan menutup telponnya. Huahahaa, Jang Mi
paraah! Ibunya nggak mau dibilangin habis operasi plastik malah dibilangnya
operasi wasir..
Lewat papan tulisnya yang biasa,
ayah berkata ibu menyedihkan. Ibu cuek saja dan mengangkat telpon masuk, dari
ibu Ki Tae yang khawatir mendengar ibu habis dioperasi.
“Astaga! Dia bilang padamu? Jang
Mi tidak bisa berbohong sama sekali, kami selalu mengajarinya untuk jujur.”
“Kau baik-baik saja?” tanya ibu
Ki Tae. Ibu Jang Mi mengiyakan, cuma sedikit bengkak saja.
“Oh, kau pasti sulit sekali
duduk.”
“Tidak separah itu, hanya saja
memalukan saat orang lain melihatnya.”
Ibu Ki Tae terkejut, “Saat orang
lain melihatnya?” Dan ibu Jang Mi malah berkata jika waktunya tepat aku juga
akan menunjukkannya pada kalian. Ah, ibu Ki Tae sampai speechless, tapi terus
berkata ia akan berkunjung. Ibu Jang Mi merasa waktunya tak tepat, bentuknya
sangat jelek. Ibu Ki Tae tertawa, jangan khawatir aku tak akan melihat daerah
itu, kau ada di rumah? Ibu bersikeras ia baik-baik saja dan minta ibu Ki Tae
tak usah datang.
“Apa anakku atau salah satu dari
kami melakukan kesalahan padamu?” tanya ibu Ki Tae. Ibu Jang Mi menyangkal,
bukan seperti itu. Ibu Ki Tae jadi merasa kecewa, kau menunda pertemuan dan
sekarang kau menolak kunjunganku, sepertinya kau tak ingin anak kita menikah.
Ibu Jang Mi tak enak dan berubah pikiran, pertemuan tetap kita lakukan di waktu
yang direncanakan saja, aku harusnya tak usah malu menunjukkannya pada kalian
dan minta pengertiannya, bahkan jika tak enak dilihat. Ibu Ki Tae berkata tak
perlu khawatir, dan membatalkan pesanan bunganya yang tadinya untuk menjenguk
ibu Jang Mi.
Di hari pertemuan, ibu Jang Mi
sudah siap berangkat lengkap dengan kacamata hitamnya. Jang Mi minta dengan
panik, jangan pakai kacamata hitam. Tapi ibu Jang Mi merasa tak masalah, lagian
mereka sudah tau kalau aku operasi mata. Jang Mi bingung, mereka sudah tau? Kan
kau yang memberitahu, jawab ibu, lagipula anaknya kan dokter bedah plastik jadi
dia pasti akan mengerti. Ayah tak ambil pusing soal kacamata dan mengajak
buru-buru berangkat sebelum terlambat. Tinggal Jang Mi yang mendesah kesal.
Ponsel Jang Mi berdering, Jang Mi hanya berkata ia sedang ada pertemuan keluarga, nanti saja ya. Yeo Reum yang ada di seberang telpon dengan popcorn di tangannya tersenyum kecut, kupikir semua sudah berakhir.
Ponsel Jang Mi berdering, Jang Mi hanya berkata ia sedang ada pertemuan keluarga, nanti saja ya. Yeo Reum yang ada di seberang telpon dengan popcorn di tangannya tersenyum kecut, kupikir semua sudah berakhir.
Keluarga Ki Tae sudah datang
dengan lengkap, nenek, ayah, ibu, dan bibi. Ki Tae masuk terburu-buru, ada apa
ini? Kupikir acaranya ditunda. Nenek minta Ki Tae duduk dulu, tapi Ki Tae makin
tak sabar, kenapa kalian mengatur pertemuan tanpa berdiskusi denganku dulu.
“Kau berkomunikasi dengan Jang Mi jauh lebih baik daripada denganku, jadi
kupikir ia sudah bilang padamu,” sahut ibu. Ki Tae minta pertemuan dibubarkan,
lain kali saja. Ayah membujuk Ki Tae, nenekmu juga sudah ada di sini. Bibi
membenarkan, pertemuan ini bukan lelucon.
“Kau tak ingin menikahinya
lagi?” tanya ibu. Ki Tae belum menjawab, tapi keluarga Jang Mi sudah datang.
Ayah Jang Mi minta maaf sudah datang terlambat, dan masing-masing mulai
memperkenalkan diri. Sementara Jang Mi dan Ki Tae sibuk sendiri, saling
mengomel tanpa suara.
Sebelum ibu Jang Mi duduk, ibu Ki Tae minta pelayan meletakkan bantal untuk alas duduknya. Ibu Jang Mi bingung, jadi ibu Ki Tae menenangkan, duduk saja dan beritahu kalau kau merasa tak nyaman.
Sebelum ibu Jang Mi duduk, ibu Ki Tae minta pelayan meletakkan bantal untuk alas duduknya. Ibu Jang Mi bingung, jadi ibu Ki Tae menenangkan, duduk saja dan beritahu kalau kau merasa tak nyaman.
Nenek merasa ibu Jang Mi tak sopan
dengan kacamata hitamnya karena kami tak bisa melihat matamu, bisa kau lepaskan
kacamatamu bila berkenan? Ibu Jang Mi berkata ia habis operasi mata. Semua
kaget, dan Jang Mi cuma bisa garuk-garuk rambut canggung. Saat sadar ibu Ki Tae
tak tau kalau anaknya yang mengoperasinya, ibu Jang Mi langsung curiga pada
Jang Mi, apa yang kau bilang padanya? Belum dijawab, ibu langsung sadar dari
bantal yang didudukinya, dan menunjuk bagian belakang tubuhnya, tapi punyaku di
sana sangat sehat. Jang Mi tertunduk lemas karena perkataan ibu, sementara yang
lain menahan tawa. Ayah Jang Mi minta maaf, istrinya pasti sedang bingung
sekarang. Dan Jang Mi lagi-lagi mengomeli Ki Tae tanpa suara.
Saat makan malam, ayah Ki Tae
sangat perhatian pada istrinya dengan mengambilkan makanan yang menurutnya
enak. Tapi ayah Jang Mi malah asik sendiri dengan makanannya, tanpa
memperhatikan istrinya yang kesulitan mengambil makanan gara-gara kacamata
hitamnya sampai makanan di piring berantakan ke meja.
Ibu Ki Tae ingin cepat-cepat
menikahkan Ki Tae dan Jang Mi, dan menetapkan tanggalnya 2 bulan dari sekarang.
Jang Mi dan Ki Tae langsung shock. Tapi ibu Jang Mi tak ingin terburu-buru,
Jang Mi putri satu-satunya, jadi ia ingin mempersiapkannya secara perlahan dan
benar. Ibu Ki Tae berkata tak perlu khawatir, ia yang akan mengurus semuanya.
Ibu Jang Mi bingung.
“Rumah Ki Tae yang sekarang
cocok untuk mereka berdua hidup bersama. Furnitur dan elektronik semuanya
baru.” Ibu akan pergi ke toko dengan Jang Mi untuk mempersiapkan apa yang
dibutuhkan. Ayah Jang Mi tak setuju, keluarga pihak wanita yang seharusnya
melakukannya, tapi ia langsung dicubit istrinya.
“Kalian cuma berikan saja putri
kalian yang berharga itu sudah cukup. Bukankan begitu, Jang Mi?” tanya ibu Ki
Tae. Jang Mi terpaksa pura-pura tertawa senang.
Di perjalanan pulang, nenek,
bibi, dan ayah tak bisa menahan tawanya, mereka semua orang yang baik, sudah
berapa lama kita tak tertawa bersama begini? “Aku tak tertawa,” sahut ibu
serius. “Jangan begitu, bukankah kau juga senang tadi?” tanya ayah sambil
memegang tangan istrinya, yang langsung ditepis. Ibu merasa tadi itu sama
sekali tak menyenangkan. Nenek berkata sepertinya ibu akan sibuk sekarang, yang
langsung ditimpali bibi yang tertawa, Jang Mi juga. Tapi ibu diam saja.
“Masa depan Jang Mi sangat bagus
dan terang sekarang,” ujar ibu senang begitu sampai rumah. Ayah malah merasa
ini aneh, mereka ingin buru-buru dan menawaran akan melakukan semuanya, tak ada
yang gratis di dunia ini. Ibu berpikiran positif, mereka begitu karena sangat
mencintai Jang Mi, tidak semua orang perhitungan sepertimu. Lihatlah mereka,
mereka sangat berbeda dari kita. Ayah membenarkan, mereka sangat berbeda dari
kita, semuanya mulai dari tindakan, perkataan yang lembut dan tenang, dan kau
mengacau seperti anak kecil saja. Ibu malah menyalahkan ayah, kita pasti sudah
bahagia seperti mereka kalau kau banyak uang.
“Ayah Ki Tae makan dengan
tenang, dan kau malah melahap semuanya, apa kau ke sana hanya untuk makanan?”
sindir ibu. Ayah tak mau kalah, “Daripada kau yang mengoperasi matamu dan
kesana memakai kacamata. Kau orang paling memalukan dalam hidupku!” Jang Mi
daritadi di situ tapi diam saja dan memilih masuk kamar. Ki Tae mengiriminya
pesan, ‘aku ada di luar’
Di luar, Ki Tae menyerahkan
hadiah pertemuan orang tua. “Kau merasa bersalah ya?” tanya Jang Mi. Ki Tae
mengkhawatirkan keluarga Jang Mi, apa semuanya baik-baik saja? Tentu saja
tidak, jawab Jang Mi, begitu pulang mereka langsung bertengkar. Padahal
pertemuan ini cuma bohongan, tapi Jang Mi merasa aneh. Ki Tae minta maaf, tapi
ia sudah berjanji akan menyingkirkan keriput ibu Jang Mi seumur hidupnya. Jang
Mi tertawa, terima kasih banyak.
Jang Mi, “Ah, aku khawatir
dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, badai seperti apa yang akan datang?”
Dan sepertinya badai itu langsung datang, ibu Ki Tae menelponya. Jang Mi
memberitahu Ki Tae panik, bagaimana ini? Jang Mi pura-pura riang, halo?
“Jang Mi.. Jang Mi..” panggi ibu
Ki Tae lembut. Jang Mi seperti dihipnotis dan terdiam.
[Dia memanggil namaku, seperti namaku adalah bunga]
Seperti kerbau dicucuk
hidungnya, Jang Mi mengikuti ibu Ki Tae. Ibu memilihkan selimut, tapi Jang Mi
berkata jujur kalau ia ingin selimut yang sederhana agar bisa masuk mesin cuci.
Karena kami yang akan memakainya, jadi biarkan kami yang beli. Ibu malah
bertanya apa Jang Mi tak mau menerima pemberiannya? Seorang pelayan toko
nimbrung dan berkata pada Jang Mi kalau ibu mertuamu sangat baik, orang lain
biasanya sangat ketat dengan furnitur yang dibeli calon menantunya.
“Keturunan Gong yang berharga
akan dibuat di tempat tidur yang bagus, jadi kau perlu selimut berkualitas,”
ujar ibu. Jang Mi hanya bisa menelan ludah.
Jang Mi baru saja akan makan
siang saat ponselnya kembali berdering. “Jang
Mi..” panggil ibu Ki Tae lembut. Kali ini Jang Mi diminta mencoba kasur termal,
tapi bukan untuk Jang Mi. Ibu berkata ini hadiah pernikahan untuk nenek dan
bibi. Menurut Jang Mi ini berlebihan, ia tak bisa melakukannya. “Maksudmu kau
tak bisa menikah?” tanya ibu.
“Bukan itu, ini kan pernikahan
kami berdua,” sanggah Jang Mi. Ibu mengingatkan, ini untuk kalian berdua, apa
kau pikir bisa bertahan dengan keluargaku hanya dengan mencintai 1 anggota
keluarga saja? Lagi-lagi Jang Mi hanya bisa menelan ludah.
Bahkan saat Jang Mi di toilet
ponselnya kembali berdering, ibu Ki Tae kembali memanggilnya lembut (tapi creepy),
Jang Mi... Terpaksa Jang Mi datang, meski ia mengeluh karena ibu terus datang
selama jam kerja. “Kapan kau akan berhenti bekerja?” tanya ibu tiba-tiba. Ibu ingin
Jang Mi segera berhenti bekerja, ibu akan mengajari memasak dan mengurus rumah
tangga. Ibu tak suka Jang Mi bekerja, kau hanya bertugas sebagai istri dari
cucu keluarga Gong. Ziiiiing, Jang Mi cuma bisa cemberut.
Bersambung ke Part 2
Horeee...sdh ad ep 8...sblm bc koment dl hehehe...mksh y sist aq dah bolak balik ke blog ini tp br sempat koment...
ReplyDeleteSemangat y sist smpi episode final ��
yes! posting juga episode 8..gak sabar liat kelanjutannya di eisode 9 setelah baca previewnya kemren....gumawo udah posting cepet...
ReplyDeleteheheheee
oiya mumpung masih suasana lebaran, maaf lahir batin yaa difa
Sama2, maaf lahir batin juga yaa.. ^^
Delete({})♡̷̬̩̃̊˚˚♥♍άKα§îîîîîĦ♥˚˚♡̷̬̩̃̊({}) Y̶̲̥̅̊ά̲̣̣ difa, semngat, dtnggu klnjutannya,
ReplyDelete