Ki Tae terus menghubungi Jang
Mi, tapi telponnya tak pernah diangkat. Jang Mi memandangi toko tempatnya
bekerja selama 5 tahun ini untuk terakhir kali dan mengucapkan selamat tinggal.
[Aku telah menyentuh dan menatap semua ini berkali-kali, tapi semua ini
tak pernah jadi milikku. Aku akan mencari apa yang benar-benar milikku
sekarang.]
Ki Tae pulang dan menemukan Jang
Mi yang menunggunya di depan gedung apartemen. Ia tersenyum lebar, tapi saat
Jang Mi melihatnya, ia memasang wajah datar dan kesal pada Jang Mi yang tak
mengangkat telpon tapi malah menunggu di depan rumahnya. Ki Tae heran, biasanya
Jang Mi menerobos masuk ke rumahnya begitu saja.
Ki Tae mengulurkan tangannya,
mengajak Jang Mi masuk. Tapi Jang Mi sama sekali tak menyambutnya dan dengan
dingin berkata kita tak boleh lakukan ini lagi. Jang Mi menyesal, ia seharusnya
tak memulai ini dari awal, ia seharusnya tak melewati batas padahal Ki Tae
sudah memperingatkannya, dan ia seharusnya meninggalkan Ki Tae sendiri saat Ki
Tae bilang ingin sendiri. Jika Jang Mi bisa memutar waktu, ia tak akan
mengikuti skenario ini.
“Aku tak menyesal,” sahut Ki
Tae. Jang Mi tanya, kau tak menyesal walau sudah menyakiti orang tua kita? Ki
Tae tak peduli pada mereka, karena sebenarnya ia menyukai..
“Kau memang orang jahat!” potong
Jang Mi, “bagaimana bisa kau hanya memikirkan dirimu sendiri di situasi begini?
Kau tak tau betapa terlukanya ibumu? Dia selalu terluka selama ini karena suami
tak setia, dia ada di sana dan melihatku berpelukan dengan Han Yeo Reum. Kau
mengerti sekarang?”
Ki Tae terdiam dan mengajak Jang
Mi bicara di dalam, tapi Jang Mi tak mau. Keinginan Ki Tae untuk selalu
sendirian di rumah sekarang menjadi kenyataan, Jang Mi mengakhiri semuanya,
termasuk datang ke rumah Ki Tae dan bertemu dengannya. Jang Mi pergi. Ki Tae yang
shock hanya bisa memandangi kepergian Jang Mi.
Rumah berantakan saat Jang Mi
pulang. Orang tuanya bertengkar hebat, meributkan kepemilikan rumah. Ayah
bersikeras restoran dan rumah semua miliknya, ibu akhirnya setuju setelah
mengancam ayah akan bangkrut karena tunjangan perceraian. Jang Mi daritadi
berteriak minta mereka berhenti, tapi tak ada yang mendengarkan. Ibu pergi ke
rumah bibinya, dan ayah memilih tinggal di restoran sementara ini.
Lagi-lagi Jang Mi ditinggal
sendirian, persis saat ia berusia 5 tahun dulu. Refleks Jang Mi akan menelpon
Ki Tae, tapi ia terhenti dan bergumam sedih, “Apa yang kulakukan? Aku bukan
lagi anak 5 tahun.” Jang Mi pergi ke tempat tidur, dan menangis sendirian di
sana.
Nenek dan bibi Ki Tae merasa
rumah sangat kosong dan membosankan. Ibu tak setuju, rasanya menyenangkan dan
damai. Nenek penasaran dengan kehidupan Ki Tae, bibi bisa menebak pasti sama
seperti biasanya, rumah – klinik – rumah – klinik. Ibu justru senang semua
kembali seperti dulu. Ayah daritadi disitu tapi ia hanya melamun, bibi mengira
ia mulai menyukai Jang Mi, tapi ayah malah pusing memikirkan soal insiden di
dept. store waktu itu. Nenek mendengus kesal dan pergi, bibi juga.
Ayah tetap
tak merasa bersalah, dan dengan tenang ibu menyuruh ayah yang takut rumor itu
untuk tidur di rumah, jangan pergi ke rumah wanita itu sampai semuanya tenang. Yaampun
nyebelin banget ini si bapaknya Ki Tae, semua masalah di rumah itu kan akarnya
dari dia, graoo..
Ki Tae pulang ke rumahnya yang
kosong dan sepi. Saking sepinya, Ki Tae mulai berhalusinasi seseorang datang
menekan password rumahnya, Ki Tae pura-pura mengeluh, tapi saat menoleh.. tak
ada siapapun yang datang.
Ki Tae membersihkan akuarium Nemo, dan Jang Mi
tiba-tiba muncul menyapa Nemo. Senyum terbit di wajah Ki Tae, tapi lalu hilang
saat sadar tak ada Jang Mi disampingnya.
Ki Tae makan ramen, dan Jang Mi
datang mencicipi ramennya. Seperti yang pernah dilakukannya dulu, ia minta Jang
Mi jangan melewati batas dan mendorong dahinya.. sampai Jang Mi menghilang. Tak
ada siapapun di hadapannya.
Ki Tae akan mandi, tapi Jang Mi
memanggilnya dan langsung memeluknya. Ki Tae terkejut, ia mulai melingkarkan
tangannya, memeluk Jang Mi.. tapi tak ada siapapun, Ki Tae hanya memeluk udara
kosong.
Ki Tae tak bisa tidur dan
benar-benar merasa tak nyaman di rumahnya sendiri sekarang, jadi pergilah ia ke
jimjilbang, dan malah bertemu Hoon Dong di sana. Hoon Dong heran, biasanya Ki
Tae tak tidur di sini. Ki Tae tak menjawab, malah menebak kalau Hoon Dong
diusir lagi. Hoon Dong minta Ki Tae tak mengatakannya pada Hyun Hee, dengan
uang yang ia sembunyikan dari ibunya, Hoon Dong membeli rumah, ia akan pindah
setelah menikah. Hoon Dong mengeluh, sekarang aku punya banyak hutang, aku
harus bagaimana?
“Kau ingin jadi cleaning service
di klinikku?” tanya Ki Tae. Yang jelas langsung ditolak Hoon Dong, hahaa. “Kau
akan datang ke pernikahanku kan?” tanya Hoon Dong. Ki Tae malah bertanya soal
Jang Mi, apa ia akan datang?
Jang Mi menemani Hyun Hee
periksa kandungan, dan Hyun Hee menyodorkan undangan pernikahannya, kau akan
datang ke pernikahanku kan unni? Jang Mi membuka undangannya dan heran,
pernikahan kalian di sungai Han? Hyun Hee mengiyakan, akan ada pesta sampanye
di siang bolong, kedengaran menyenangkan kan? Jang Mi malah khawatir dengan
orang tua mereka, mereka akan datang ke pernikahanmu? Hyun Hee minta Jang Mi
tak usah khawatir, kau harus datang nanti. Jang Mi tersenyum mengiyakan,
tapi... apa Ki Tae juga datang?
Jang Mi sibuk memilih baju,
sampai ia tersadar kenapa ia serepot ini. Sementara itu Ki Tae juga sedang
bersiap-siap (tanpa ribet milih baju). Ia teringat jawaban Hoon Dong kalau Jang
Mi tentu akan datang, dia orang yang mempertemukannya dengan Hyun Hee. Saat itu
Ki Tae berkata pelan berarti ia tak usah pergi. Hoon Dong langsung menebak
kalau Ki Tae belum bisa melupakan Jang Mi. Ki Tae berusaha menyangkal, ia hanya
tak ingin berurusan lagi dengannya.
“Benarkah? Maka tak usah datang,”
suruh Hoon Dong. Ki Tae terpaksa mengalah, ia akan datang sebentar untuk
menyapa. Dan Hoon Dong langsung buat ekspresi lucu, tau kalo sahabatnya ini
kangen berat sama Jang Mi, fufuu..
Wedding day. Ki Tae datang dan
tak melihat Jang Mi, apa dia tak datang? Jang Mi baru datang, tapi ia ragu, ia
tak cukup berani berhadapan dengan Ki Tae dan berbalik pergi. Tapi ia ragu
lagi, ini kan pernikahan Hyun Hee, baiklah aku akan langsung pergi setelah
menemuinya. Baru berapa langkah Jang Mi berhenti lagi, “Tapi aku pasti akan
bertemu Ki Tae, dia pasti akan semakin terluka.” Jang Mi berbalik dengan sedih,
dan ada ibu Hyun Hee di hadapannya. “Kalau mau masuk, masuk saja. Jika tidak,
pergi sana,” komentar ibu Hyun Hee kesal. Jang Mi tak enak dan pamit pergi,
tapi ibu Hyun Hee tersenyum dan menariknya masuk, kau temannya Hyun Hee kan?
Di dalam Ki Tae malah bertemu Se
Ah. Tak ingin menjawab satupun perkataan Se Ah, Ki Tae pergi, dan melihat
keberadaan Jang Mi. Ki Tae berjalan perlahan menuju Jang Mi yang membeku. Jang
Mi berbalik dan bergumam gugup dalam hatinya, dia akan kesini.. dia akan
kesini.. dia akan kesini.
Ki Tae memang mendekat, tapi
langkahnya terhenti oleh kedatangan pengantin kita hari ini, Hyun Hee dan Hoon
Dong. Mereka melangkah bahagia menuju altar pernikahan. Setelah tukar cincin,
Hoon Dong yang malu-malu hanya mencium pengantinnya di kening, tapi Hyun Hee
menarik Hoon Dong dan menciumnya di bibir. Semua langsung bersorak, haha.
Selanjutnya, perkenalan dari
masing-masing pihak mempelai. Hoon Dong memberi isyarat MC untuk melewatkan
bagian itu, tapi Jang Mi memotong dan berkata ibu Hoon Dong sudah datang. Hoon Dong
langsung berteriak memanggil ibunya seperti anak 5 tahun, dan berlari memeluk
ibunya terharu. Hyun Hee berterimakasih, ibu Hoon Dong berpesan agar mereka
selalu bahagia, jika kau mengomeli dia, aku akan.. Ibu Hyun Hee juga
menghampirinya penuh haru, dan menariknya ikut merayakan kebahagiaan anak-anak
mereka.
Se Ah menghampiri Jang Mi,
mengajaknya minum bersama. Melihat Jang Mi yang enggan, Se Ah menyalahkan Jang
Mi yang merusak semuanya, bukan dirinya. Ia sudah kenal Ki Tae selama 20 tahun,
ia sudah sering sekali makan bersama dan bicara banyak hal dengannya.
Se Ah
berkata Jang Mi belum mengenal masa lalu Ki Tae, ia selalu bersamanya sejak dulu
dan ia terlalu memaksa dirinya. “Saat aku minta ia menikah denganku, ia bilang
oke. Saat aku ingin kami berpisah, ia juga bilang oke. Aku menginginkannya,
tapi aku tau aku tak bisa membuatnya menurut terus. Itu sebabnya aku ingin
punya anak sepertinya. Aku akan menyingkir darinya mulai sekarang,” ucap Se Ah
panjang lebar.
Ki Tae melihat mereka dari
kejauhan. Se Ah belum pernah membuka hatinya pada siapapun, tapi ia sadar tak
bisa memaksa orang memiliki perasaan yang mereka tak punya. “Kau bilang
ketulusan pasti bisa dimengerti orang, tapi kenapa ketulusan hatiku tak bisa
dipahaminya?”
Jang Mi tau dan menyindir Se Ah, tapi siapa yang
menyebarkan kebohongan itu? Pasti menyakitkan karena tak bisa dipahaminya,
benar kan? Sebenarnya tak semua orang tau arti ketulusan, kita ingin bahagia
dan dicintai, semua orang pasti ingin tulus mendapatkannya. Karena semua ingin
begitu, jadi tulus itu sulit. Jang Mi tersenyum samar dan pergi.
Ki Tae menyusul Jang Mi dan
memanggilnya. Panggilan itu membuat Jang Mi lagi-lagi membeku, ia berbalik
menatap Ki Tae. Pergolakan batin mulai terjadi di antara keduanya.
Jang Mi: [Aku sangat berharap situasi ini akan terjadi.]
Ki Tae: [Aku sudah berpikir jutaan kali apa yang harus kukatakan ini.]
Jang Mi: [Haruskah kubilang aku merindukannya?]
Ki Tae: [Akankah dia percaya padaku? Tidak, atau dia akan menertawakanku?]
Jang Mi: [Haruskah kubilang mari kita berteman lagi?]
Ki Tae: [Apa aku bisa melakukannya?]
Jang Mi: [Aku pasti bisa, kan?]
Keduanya mulai bicara bersamaan.
Ki Tae mempersilahkan Jang Mi bicara duluan. Jang Mi menatap Ki Tae lurus dan
bergumam dalam hatinya, aku
merindukanmu.. aku merindukanmu.. aku merindukanmu. Tapi bukan kata itu
yang keluar dari mulut Jang Mi, karena ia malah menutup matanya dan minta Ki
Tae bersikap baik pada Se Ah. Ki Tae tertegun, kenapa?
“Dia masih mencintaimu,” ujar
Jang Mi.
“Aku tak mencintainya,” jawab Ki
Tae langsung. Tapi dia sangat menderita, sahut Jang Mi. Ki Tae mendesah kesal,
apa yang bisa kulakukan untuknya? Jika aku tak bisa memberikan hatiku, lebih
baik aku memutuskan hubungan dengannya, agar aku tak menyakitinya lagi dan
lepas dari rasa bersalah. Jang Mi tau itu masa lalu,tapi Ki Tae tak harus
mengabaikan orang yang mencintaimu, kau bertanggung jawab pada perasaannya. “Maka
kau juga bertanggung jawab atas perasaan Yeo Reum,” sahut Ki Tae. Jang Mi akan
mencoba bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
“Kau sungguh berharap aku mencintainya?
Kau benar-benar ingin aku bersama Se Ah?” tanya Ki Tae marah. Jang Mi
mengiyakan. Ki Tae mengerti dan menarik Se Ah pergi. Jang Mi akhirnya
mengeluarkan air mata yang daritadi ditahannya.
Ki Tae terus menarik Se Ah dan
baru melepaskannya saat Se Ah terus berteriak Ki Tae akan membawanya kemana. Se
Ah bisa tau perasaan Ki Tae yang tulus hanya dengan melihatnya dari belakang. “Pergilah..”
ucap Se Ah yang berlalu sedih. Tanpa menunggu sedetik pun, Ki Tae berlari..
mencari Jang Mi.
Jang Mi berdiri di tepi sungai,
memandangi ponsel pemberian Ki Tae sedih dan meyakinkan dirinya kalau ia pasti
bisa sendirian sekarang. “Selamat tinggal, Gong Ki Tae..” ucap Jang Mi sebelum
melempar ponselnya ke sungai. Ponsel itu terlepas dari tangan Jang Mi persis
saat Ki Tae menelponnya. Jang Mi tergeragap, tapi terlambat, ponsel itu sudah
mendarat di air.
Ki Tae terus berlari mencari
Jang Mi, sementara Jang Mi akhirnya sadar, ia tak ingin melepaskan Ki Tae, ia
ingin bersama Ki Tae. Jang Mi mulai berlari. Keduanya terus berlari, saling
mencari.
thanks ya min, 4 episode lagi ni. nggak sabar nunggunya
ReplyDelete