Ibu yang stress minum sendirian di rumah. Jang Mi menghentikannya, menebak ayah dan ibunya bertengkar lagi. Ibu tersenyum, pasangan yang sudah lama menikah pasti sering bertengkar. Jang Mi tau ibunya menjual rumah dan toko, apa ibu sudah gila? Tapi ibu Jang Mi bahkan rela menjual nyawanya agar Jang Mi tak malu di depan wanita itu.
Jang Mi tak mengerti, “Wanita
itu?” Ibu menyodorkan sebuah majalah berisi liputan tentang keluarga Ki Tae dan
cincin berlian pink ibunya. Saat suaminya memberinya cincin itu, ibu Ki Tae
sangat senang dan berkata ia harus memberikan cincin itu pada menantunya nanti.
Se Ah yang saat itu masih bersama Ki Tae berterimakasih pada ibu yang mau
memberikan cincin berharga itu padanya. Ibu Ki Tae berterimakasih dan menggenggam
tangan suaminya. Anggota keluarga lain juga tertawa hangat. Well, it’s kinda
weird..
“Kita harus menerima cincin itu,”
ujar ibu. Jang Mi hendak membantah, tapi ibu minta Jang Mi melakukan pernikahan
ini, jangan hidup seperti dirinya. Saat menikah dengan ayah Jang Mi, ibu tau ia
tak akan bahagia. “Tapi ibu bilang ibu menikah karena cinta?” potong Jang Mi. Ibu
mulai menangis, jika cuma harus mencintai pasti akan bahagia, setidaknya ada
cinta untukmu, satu hal yang tak pernah kumiliki, hal yang tak bisa kuberikan
padamu, kau bisa miliki semuanya. Berbahagialah dengan penuh cinta, itu
keinginan ibu.
Ibu Jang Mi: “Berlian pink itu,
apapun yang terjadi kau harus menerimanya, kau mengerti?” Jang Mi hanya bisa
memandang ibunya sedih.
Jang Mi mendatangi Ki Tae di
kliniknya, langsung meletakkan majalah itu di hadapan Ki Tae dan berkata ibu
menyuruhku menerima cincin ini. “Seberapa jauh lagi pernikahan palsu ini?
Tidak, bahkan jika ini pernikahan sungguhan, ibuku tetap lakukan ini untukku. Aku
tak bisa tahan lagi,” keluh Jang Mi tanpa sadar pandangan Ki Tae mengeras saat
melihat majalah itu. Jang Mi berkata soal ibunya yang menjaminkan rumah dan
toko untuk mendapatkan uang, ia bahkan membeli lagi kasur termal yang
kukembalikan kemarin. “Karena cincin ini, keluargaku hancur berantakan! Kita harus
bagaimana?” tanya Jang Mi.
“Mintalah itu, minta cincin itu
padanya,” jawab Ki Tae serius. Jang Mi bingung. “Jika ia tak berikan cincin
itu, berarti ia menentang pernikahan kita. Katakan itu padanya,” lanjut Ki Tae,
masih dengan nada serius. Jang Mi mengerti dan berandai-andai, bagaimana jika
ia berikan cincin itu?
“Tak akan.”
“Bagaimana jika diberikan..”
“Sudah kubilang tak akan. Tak akan
pernah,” jawab Ki Tae yakin. Jang Mi setuju, jika ibumu menentang pernikahan
kita, berarti kau dan aku bisa bebas, itu ide yang bagus! Dan Jang Mi benar-benar
menelpon ibu Ki Tae.Ibu Ki Tae benar-benar terkejut saat Jang Mi to the point meminta
belian pink itu, jika ia menerima berlian berharga itu, artinya ibu menerimanya
sebagai menantu keluarga Gong. Jang Mi akan bisa lega dan lebih menghargainya,
aku tak butuh apapun, aku hanya mau itu.
Hening. Jang Mi sampai harus
tanya, ibu, kau dengar? Ibu tak ingin membicarakan ini di telpon dan minta Jang
Mi datang akhir minggu ini. Dari setrikaannya yang sampai gosong, jelas ibu
sangat terganggu dengan permintaan Jang Mi ini.
Jang Mi memberitahu Ki Tae kalau
ibunya menyuruh ke rumah akhir minggu ini, puas? Jang Mi mulai lega, sekarang
perlahan aku bisa melihat akhir skenario ini. Jang Mi berkata ia merasa lebih
baik dan pergi. Dan Ki Tae, ia diam saja sampai Jang Mi pergi.
“Apa pentingnya cincin berlian
itu?” tanya Jang Mi yang mabuk, aku sungguh tak mau menerimanya, aku juga tak
akan menikah nanti. Jang Mi mendadak sedih, kenapa aku merasa seperti ini? “Tandanya
kau mulai menyukai Gong Ki Tae,” sahut Hyun Hee. Jang Mi tak suka mendengarnya.
“atau kau sungguh ingin menikah,” tebak Hyun Hee. Tentu saja aku ingin menikah,
jawab Jang Mi, tapi dengan orang yang benar-benar kucintai. Hyun Hee yakin Jang
Mi terpengaruh pada sosok Gong Ki Tae yang luar biasa.
Jang Mi mendesah, “maksudmu aku
begini karena sosoknya? Dalam hatiku seperti ada angin bertiup, dan rasanya
aneh. Hyun Hee tetap yakin Jang Mi benar-benar jatuh cinta pada Ki Tae. Dan
Jang Mi tetap menyangkal, aku dan Gong Ki Tae akan berpisah jika rencana
terakhir ini berhasil.
“Kau tak menyukai ini karena ini
terakhir kalinya? Karena kau tak akan pernah melihat Gong Ki Tae lagi nanti.”
Jang Mi terdiam sesaat, tapi
lalu menyangkal lagi, aku punya Han Yeo Reum, walau pernah berciuman... Jang Mi
tiba-tiba diam dan memegang bibirnya. Hyun Hee tak percaya, unni dan Gong Ki
Tae berciuman? Jang Mi berdalih itu kecelakaan, bibirku yang seharusnya tak
boleh disentuh entah kenapa jadi bersentuhan dengannya. Hyun Hee tertawa, ia
dan Hoon Dong oppa juga begitu dulu.
Hoon Dong minta Ki Tae
mengatakan semuanya karena ia sudah tau. “Apa yang kau tau?” tanya Ki Tae
malas. Hoon Dong beneran curiga Ki Tae jatuh cinta pada orang yang tak
seharusnya, dia orangnya kan? “Hei! Aku temanmu! Aku bisa tau itu dengan
instingku! Ada yang bisa kubantu untuk kalian berdua?” tanyanya. Bantu dengan
berpura-pura tak tau apapun, aku tak ingin itu terkuak, jawab Ki Tae. Dan yak,
Hoon Dong makin salah paham, apalagi pas Ki Tae nyentuh tangannya, langsung dia
heboh banget! Takut ntar Ki Tae juga naksir dia kali, hahaa.
Ki Tae yang mabuk pulang ke
rumahnya, dan menemukan Jang Mi yang tidur di sofanya. Ki Tae memandangi Jang
Mi lembut dan perlahan membelai rambutnya. Jang Mi terbangun dan langsung
bertanya, kenapa aku tak bisa? Ki Tae tak mengerti. Jang Mi bangun, “Cincin
itu.. kenapa aku tak bisa menerimanya?”
Di luar Se Ah frustasi dengan
apa yang harus ia katakan pada Ki Tae. Ia merasa sangat menyedihkan, apalagi
saat mengingat kejadian terakhir kalinya dengan Ki Tae. Se Ah memutuskan
berbalik pergi, namun Yeo Reum ada di hadapannya, bingung kenapa Se Ah ada di
depan apartemen Ki Tae.
“Ibuku bilang ia akan
menghabiskan semua yang ia punya dan akan berikan itu semua, tapi aku bahkan
tak bisa menerima cincin kecil itu darimu?” Ki Tae tak menjawab, kau mabuk Jang
Mi. Jang Mi tetap minta jawaban, kenapa cincin menakjubkan itu tak sesuai untuk
jari lusuhku? Apa hanya orang seperti Kang Se Ah yang bisa memakainya? Bukan begitu,
jawab Ki Tae, ada alasan. Tapi saat Jang Mi bertanya alasannya, Ki Tae hanya
diam dan bangkit menuju kulkas.
Jang Mi tau betapa anehnya ia
sekarang, tapi ia harus dengar jawaban Ki Tae. “Aku ingin dengar, terlepas dari
betapa inginnya aku menikah, aku harus tau alasan utama kenapa kita tak bisa
menikah. Kau memilihku karena kau tak akan menikah denganku kan? Jadi kau tau
kan kenapa aku tak bisa? Karena aku tak punya uang? Apa karena keluargaku
miskin? Jika tidak, karena aku.. aku?”
Ki Tae mengela napas berat dan
menatap Jang Mi, karena cincin itu.. bukan cincin ibuku. Flashback 3 tahun
lalu. Ki Tae dan Se Ah bertemu ayah saat akan mencari cincin. Ki Tae melihat
berlian pink yang dibeli ayah, dan Se Ah langsung menduga kalau itu pasti
hadiah untuk ibu mertua. Ayah tersenyum canggung, aku mau melamarnya untuk
kedua kalinya. Ayah lalu pergi, tapi kartu ucapan untuk cincin itu terjatuh, Ki
Tae melihat penerimanya, to: J.
Back scene foto di majalah yang
dibawa Jang Mi tadi siang. Keluarga Gong berfoto bersama, dengan Se Ah di
antara mereka. Ia nyeletuk sepertinya akan bagus jika kita mengabadikan momen
pelamaran kedua. Ayah terkejut, ibu bingung, dan wajah Ki Tae mengeras. Se Ah
mengira kalau ayah merencanakan kejutan. Ki Tae mengajak ayah bicara sebentar.
Seorang yang meliput mereka
penasaran, kejutan apa? Se Ah menjelaskan kalau sebelum kesini mereka bertemu
ayah di saat pergi mencari cincin. Air muka keluarga Gong semuanya berubah.
Ki Tae menyodorkan kartu ucapan
yang dipungutnya pada ayah, J bukan ibu kan? Melihat ayah diam saja, Ki Tae
jadi marah, kenapa kau melakukan ini? Ibu masuk dan minta keduanya diam, mereka
akan mendengarnya dari luar. Sadarlah Ki Tae kalau ibunya sudah tau soal ini.
Ibu minta Ki Tae mengubah ekspresi wajahnya, sembunyikan perasaanmu.
Ki Tae tak habis pikir, ibunya malah khawatir orang mendengarnya. “Dimana cincin itu?” tanya ibu Ki Tae serius. Ragu ayah mengeluarkannya dari saku jas. Pasangkan di jariku, pinta ibu.
Dan itulah yang terjadi, mereka berakting bahagia, seolah tak terjadi apa-apa. Ki Tae hanya memandang mereka serius, tak sanggup ikut bersandiwara.
Ki Tae tak habis pikir, ibunya malah khawatir orang mendengarnya. “Dimana cincin itu?” tanya ibu Ki Tae serius. Ragu ayah mengeluarkannya dari saku jas. Pasangkan di jariku, pinta ibu.
Dan itulah yang terjadi, mereka berakting bahagia, seolah tak terjadi apa-apa. Ki Tae hanya memandang mereka serius, tak sanggup ikut bersandiwara.
Ki Tae terdiam setelah
menceritakannya. Jang Mi menangis dan tak habis pikir, bagaimana bisa ibu
memakai cincin wanita itu.. di majalah yang semua orang di dunia bisa
melihatnya. “Karena semua orang melihatnya, jadi kami harus menyembunyikan
emosi dan juga kebenarannya.” ungkap Ki Tae.
Jang Mi mendekat dan menggenggam
tangan Ki Tae, ungkapkan saja padaku, tak apa karena aku.. tak nyata. Keduanya hanya
berpandangan dalam diam. Seolah mereka mengerti isi hati masing-masing hanya
dengan saling menatap. Mereka bahkan tak sadar ada Yeo Reum dan Se Ah sampai
mendengar gumaman sedih Se Ah yang lalu pergi. Jang Mi tak enak pada Yeo Reum,
tapi Yeo Reum lagi-lagi tersenyum, kau seharusnya menyadarkanku saat aku
mencaritahunya, dan kau seharusnya tak membiarkanku mengetahuinya. Hih, salah
situ sendiri! Emosi aku, Se Ah sama Yeo Reum gangguuuu!
Di hari hujan, Ki Tae membawa Jang
Mi menuju rumahnya. Perasaan mereka persis cuaca saat itu, gloomy. Jang Mi
berusaha meyakinkan dirinya untuk mengakhiri ini, tapi kenapa ia gelisah
begini? Ia terus menatap Ki Tae yang menyetir dalam diam, teringat perkataan
Hyun Hee, kau begini karena akan jadi
yang terakhir kalinya kan? Karena kau tak tau apakah bisa bertemu Ki Tae lagi.
“Ini akan jadi terakhir kalinya
aku ke rumahmu,” ucap Jang Mi saat mereka sampai. Karena itu Ki Tae minta Jang
Mi tak membuat kesalahan, buatlah adegan yang menakjubkan. Jang Mi meyakinkan
kalau ia akan melakukannya, demi kau dan aku, dan juga demi Han Yeo Reum.
Jang Mi dan Ki Tae sudah di
dalam, tapi ibu malah menyibukkan diri mengelap batu-batu di hadapan mereka. Nenek
berusaha memecah kebekuan dan bertanya apa Jang Mi menginginkan berlian pink
itu? Jang Mi mengangguk, aku sungguh ingin menerimanya. Ibu akhirnya bersuara,
meski ia tau berlian itu adalah tanda cinta bagi para gadis, permintaanmu itu
terlalu berani sampai menyinggungku.
Jang Mi hanya ingin memastikan
apakah ibu benar-benar menginginkan pernikahan ini atau apakah ia bisa diakui
menantu. Ibu meletakkan batunya dan bertanya kenapa kau perlu cincin itu untuk
memastikannya? “Karena cincin itu berharga bagimu ibu,” Ki Tae yang menjawab. Bagaimana
jika aku menolaknya, tanya ibu. Jang Mi akan menganggap ibu menolaknya.
Sementara itu, ayah bersama
selingkuhannya, dan cincin berlian pink itu terpasang di jari manisnya. Jang Mi
sudah menduga kalau ibu tak menerimanya dengan tulus, tapi tanpa banyak kata
ibu menyodorkan kotak cincinnya, bukalah.
Jang Mi terkejut. Semua terkejut,
karena benar-benar berlian pink itu yang ada dalam kotak. “Kau puas?” tanya ibu
sebelum bangkit pergi. Tunggu dulu, cegah Jang Mi, apa ini sungguh memiliki
arti khusus buatmu? Ibu mengiyakan. “Benar sangat berharga?” tanya Jang Mi
lagi. Ibu kembali mengiyakan, jadi kau harus memperlakukannya dengan istimewa.
Jang Mi mengeluarkan cincin dari
kotak dan meletakkannya di meja. Tak ada yang tau apa yang akan Jang Mi lakukan
sampai Jang Mi mengambil batu pajangan di meja.. untuk menghancurkan cincin
itu. “Joo Jang Mi!” teriak Ki Tae. Tapi, berlian itu benar-benar hancur. Semua semakin
kaget.
Ini palsu, ujar Jang Mi. Sekarang ia sudah mengerti apa yang ibu pikirkan tentangnya. Jang Mi bisa mengerti ibu menolaknya, tapi tolong bebaskan Ki Tae, jangan paksa dia lagi untuk pernikahan yang terlihat baik bagi orang lain.
Ini palsu, ujar Jang Mi. Sekarang ia sudah mengerti apa yang ibu pikirkan tentangnya. Jang Mi bisa mengerti ibu menolaknya, tapi tolong bebaskan Ki Tae, jangan paksa dia lagi untuk pernikahan yang terlihat baik bagi orang lain.
“Ki Tae, kau yang mengatakan ini
padanya?” tanya ibu. Ki Tae malah bertanya balik, yang mana? Tentang cincin
orang lain itu? Atau ulahmu yang membodohi orang lain? Ibu menatap Ki Tae, “Meskipun
kau tau semua itu, apa maksudmu meminta cincin itu? Untuk membuatku malu? kau
ingin melihatku kalah?”
Jang Mi yang menjawab, kami
ingin dengar perasaan ibu yang jujur... kalau pernikahanmu sangat berbeda dari
foto di majalah. Ibu minta Jang Mi menutup mulut, apa yang kau tau. “Kebenaran
kalau kau sangat terluka dan keluargamu berantakan. Kalau kau tak ingin Ki Tae
mempunyai pernikahan sepertimu dan itu sebabnya kau terobsesi pernikahan yang
sempurna untuk Ki Tae. Betapa ibu sangat menginginkan kebahagiaan untuk Ki Tae.
Aku tau, tapi jika ibu ingin Ki Tae bahagia, ibu harus bahagia lebih dulu. Jangan
kelabui mata orang dengan kebahagiaan palsu.”
Nenek berusaha menengahi, tapi
Jang Mi hanya minta maaf dan melanjutkan kalau orang yang ingin membuat Ki Tae
ingin sendiri adalah kau, ibu. Jang Mi lalu pergi, Ki Tae menyusulnya. Dan ibu
ke kamarnya, membiarkan ia menangis sepuasnya. Mengeluarkan emosinya.
Ki Tae, [Dari semua orang, aku tak ingin kau mengetahuinya]
Di luar, Jang Mi juga menangis
dan segera menghapus air matanya saat Ki Tae datang. Ia berusaha tersenyum dan
bertanya bagaimana akting terakhirnya. Ki Tae lagi-lagi diam saja, jadi Jang Mi
minta Ki Tae katakan terima kasih jika kau suka, jangan hanya menatap kosong
padaku.
Ki Tae, [Jika aku bilang terima kasih, aku khawatir kata itu akan jadi yang
terakhir]
“Kurasa ini akan benar-benar
jadi yang terakhir,” ujar Jang Mi sambil mengulurkan tangannya. Ki Tae menyambutnya,
namun terus menarik Jang Mi ke pelukannya. Jang Mi membalas pelukan Ki Tae dan
menepuk-nepuk punggungnya, minta Ki Tae mulai mengeluarkan emosinya, meski ia
tak akan berada di samping Ki Tae.
Ki Tae, [Walaupun begini, aku ingin tetap tinggal di sisinya]
Air mata Jang Mi keluar lagi,
akhirnya skenario pernikahan palsu kita akan segera berakhir. Ki Tae hanya
memeluk Jang Mi makin erat.
“Apa katamu?” tanya nenek yang
ternyata ada di belakang mereka. Mereka melepaskan pelukan, terkejut. “Apa
katamu tadi? Pernikahan palsu?” tanya nenek lagi. Ki Tae dan Jang Mi hanya bisa
membeku.
Komentar:
Tone second half episode 10 beda dan sediiih banget. but i love their holding hands, their hug, and their fear that they can't see each other again.. Ah :'(
Iya ep 10 ini sedih bgt......
ReplyDelete# sedih ga ada gambarny.
Keep fighting buat lanhut terus sinopny, makasih
Setuju n suka sm komentarx mb difa...
ReplyDeleteMakasih ya ... drama ini lucu
ReplyDelete..aq suka... skali lg makasih ya... aq tongkrongin terus ini blog...
Nggak tau kenapa, aku nangis pas baca part 2 nya. Walau gambarnya belum ada tpi ... yah boleh lah. Makasih yah mbak difa sinopsisnya. Semangat & sehat slalu
ReplyDeleteBaca sinopsisnya aja keren.. Apalagi nnton dramanya.. Ditunggu eps selanjtnya
ReplyDelete